MUKHLIS DENROS
DAKWAH DARI
MIMBAR HINGGA GORESAN PENA
Tabloid Media Islam Batam
Edisi Minggu III dan IV/ Tahun ke II, Juli 2015
Pria berkacamata berpenampilan
sederhana itu, namanya Mukhlis Denros. Lahir di Metro Lampung Tengah, Provinsi
Lampung, 51 thaun silam, tepatnya 3 April 1964. Sekarang aktif menjadi staf
yayasan Perguruan Islam Al Azhar yang dipimpin oleh helma Munaf yang mengelola
perguruan Islam dari tingkat TK, SD, SDIT, SMP, SMA dan SMK. Mukhlis Denros dan
isterinya Yulismar menetap di Kota Industri ini sejak 13 Februari 2015. Mereka
dikarunia seorang anak perempuan bernama Rani Ihsani Mukhlis. Diusianya yang
sudah menapaki setengah abad, telah mengecap sederet pengalaman dakwah.
Dalam pandangannya, berdakwah tidak
sekedar berdiri di atas mimbar lalu menyampaikan tausiah atau ceramah [dakwah
amah]. Menurutnya dakwah memiliki cakupan yang luas, diantaranya bisa saja
dakwah melalui tulisan atau yang dikenal dakwah bil qalam, dakwah bil hal yakni
dengan menunjukkan perbuatan nyata sebagai teladan, ada juga dalam bentuk yang sederhana yakni dakwah fardiah,
contohnya seperti menasehati teman sekerja.
Maka tidak heran
berbagai profesi digelutinya, diantaranya sebagai pendidik, penulis, mubaligh
hingga sebagai politisi pernah mewarnai perjalanan dakwah anak ketiga dari
tujuh bersaudara ini. Diantara tulisannya pernah dimuat oleh Buletin Dakwah
Garda Anak Nagari, ada juga media lain diantaranya Majalah Serial Khutbah
Jum’at, Majalah Suara Masjid, Majalah Sabili, Majalah Tarbawi, Majalah Ishlah,
Majalah Reformasi Jakarta, Majalah Al Muslimun Bangil serta Koran Swadesi dan
Sentana, sementara di Padang diantaranya Media Mimbar Minang, Tabloid Sumbar
Pos, Tabloid Suara Keadilan Kota Sawah Lunto dan Media Rakyat Kota Solok.
Aktif di dunia
tulis menulis mengantarkannya meraih penghargaan bidang tulis menulis sebagai
Penulis Terbaik dari Media Suara Keadilan Rakyat [SKR], Minggu [15/12] di
Gedung Pusat Kebudayaan Kota Sawahlunto.
Moto hidupnya
sangat sederhana, agar bermanfaat bagi orang lain dengan potensi yang dimiliki,
semua itu hanya bisa dilakukan dengan pendidikan yang berkualitas. Dibalik itu semua peran orangtualah yang
besar sehingga mengantarkan dirinya meraih apa yang dicita-citakannya.
Bagaimanakah sepak terjang Mukhlis Denros dalam menjalani
kegiatan dakwah ? berikut wawancara Tabloid Media Islam dengannya.
Bagaimana
ayahanda memandang pentingnya dakwah ?
Sangat penting.
Dan hal itu benar-benar dididik di lingkungan keluarga kami sejak dini. Dulu
sayakan ada kerbau, sambil gembala kerbau saya sempatkan baca-baca Al Qur’an,
hafal-hafal pidato yang pernah didengar, hal itu diulangi terus. Kalau lihat
daijuga cendrung senang lihatnya.
Di Batam ingin
berdakwah, kabarnya ayahanda akan bergabung di Persatuan Mubaligh Batam
[PMB],benar demikian ?
Saya sudah
mengajukan berkas untuk menjadi anggota. Namun saya tidak tahu nanti apakah
masih ada tes semisal uji kelayakan, saya tidak tahu hal itu. Tapi
Alhamdulillah saya sudah diberikan amanah untuk melakukan dakwah sebulan penuh
di masjid dan Mushalla selama Ramadhan di wilayah Kecamatan Sekupang. Kebetulan
saya juga tinggal di Sekupang.
Berminat masuk
dunia dakwah apasih yang melatar belakangi ? dan kapan ?
Waktu itu saya
pertama masuk dunia dakwah di Masjid Al Jihad di Metro Lampung sebagai remaja
masjid serta sering ikut pelatihan-pelatihan tentang keislaman di masjid itu
sendiri. Sebagai contoh yang diadakan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia [DDII].
Organisasi ini didirikan oleh Muhammad Natsir salah satu tokoh Islam Indonesia.
Waktu kuliah
aktif di organisasi mana ?
Waktu kuliah di
IAIN Raden Intan Lampung saya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam [HMI] sebagai
wakil sekretaris cabang waktu itu sampai pada jenjang pengkaderan Intermediate
Training atau LK II, ikut seminar-seminar Islam juga di kampus.
Lalu setelah
kuliah aktivitas dakwah seperti apa yang digeluti ?
Iya, setelah
kuliah saya meninggalkan Lampung kemudian pindah ke Solok Sumatera Barat, aktif
mengajar di Tsaniwiyah Negeri Koto Baru, Sekolah Menengah Kejuruan [SMK] sampai
Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak [PGTK] yang
SMK milik Yayasan Budi Mulia Koto Baru Solok. PGTK dibawah Yayasan
Cendekia Adzkia, punya Gubernur Sumbar sekarang [Prof. Dr. Irwan Prayitno].
Datang ke Batam kapan, sehingga tertarik
masuk PMB ?
Saya di Batam baru sebenarnya. Bulan
Februari 2015 saya kesini lalu gabung di Yayasan Al Azhar. Saya sering ikut
pengajian, lalu ada kawan yang tawarin kenapa tidak bergabung dengan PMB saja,
lalu saya sampaikan berkas ke PMB Sekupang. Bisa dibilang sekarang saya masih
calon anggota PMB, karena belum ada SK resmi.
Kira-kira kepuasan seperti yang didapatkan
ketika berdakwah ?
Kepuasan itu kita dapatkan ketika
dakwah kita sampai, itu kepuasan batin yang didapat. Contohnya dari orang yang
tidak baik menjadi baik. Ada haditsnya, “Sungguh, sekiranya Allah memberikan
hidayah kepada seorang lelaki lantaran [dakwah] mu, itu lebih baik dari pada
seekor unta merah” [HR. Bukhari dan Muslim].
Dengar-dengar ayahanda pernah jadi wakil
rakyat ?
Iya benar, saya
jadi anggota DPRD Kabupaten Solok selama dua periode 1999-2004 dan periode
2004-2009. Diusung Partai Keadilan [nama PKS dulu] dan PPP kota Solok tahun
2000 pernah juga dicalonkan sebagai Wakil Wali Kota Solok yang berpasangan
dengan Drs. Syukriadi Syukur.
Saat menjadi
wakil rakyat, apakah dakwah efektif dilakukan ?
Efektif sekali. Selama diamanahi ada beberapa
Perda Syariah yang berhasil kami terapkan. Ada Perda Busana Muslimah, Perda
tentang zakat ada juga Perda Wajib bisa baca Al Qur’an bagi calon Pengantin.
Masuk dunia
politik sebagai jalan dakwah apakah dari pribadi atau ada dorongan dari orang
lain?
Kalau boleh
jujur, saya awalnya tidak suka dengan politik, karena dulu saya memandang
politik selalu menzalimi. Setelah saya ikut kelompok pengajian [tarbiyah] saya
mulai sadar. Ada ungkapan Islam Yes, Partai Islam No, saya pribadi tidak
sepakat dengan itu, saya fikir akan berakibat tersisihnya orang baik dari
politik.
Disamping
berdakwah diatas mimbar, dakwah lewat kekuasaan. Dakwah apalagi yang digeluti ?
Ada lewat tulisan. Alhamdulillah sudah banyak
buku yang sudah diterbitkan. Contohnya saja Renungan Ramadhan oleh Pustaka
Setia Bandung tahun 2011, Memanusiakan Manusia oleh Qibla Jakarta tahun 2011,
Kumpulan Khutbah oleh Pustaka Setia Bandung tahun 2011 juga. Waktu kuliah saya
aktif juga di Pers Mahasiswa, namanya Raden Intan Pos.
Sekarang
masih aktif menulis ?
Ia
masih, tema yang saya angkat sekarang ada juga judul “Da’i Pemburu Materi”.
Makna materi disini adalah materi yakni bahan ceramah yang akan disampaikan ke
publik serta materi dalam arti uang. Tulisan serupa juga pernah saya tulis dulu
di buku Renungan Ramadhan, judulnya Ramadhan dan Amplop. [Anwa as-syifa].