ISLAM YANG ALAKADARNYA
Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Umum Garda Anak Nagari
Staff Yayasan Perguruan Islam Al Azhar Batam
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
Kalaulah seorang
muslim itu melakukan hal-hal yang wajib ditambah
dengan yang
sunnah-sunnah, dia tinggalkan segala yang dilarang Allah, menjauhi syirik dan
meninggalkan maksiat maka hal itu sudah dapat
dipastikan dia
adalah muslim yang baik.
Beruntunglah kita
yang beragama islam sejak lahir karena orangtua kita muslim sehingga kitapun
otomatis muslim yang dididik sejak di rumah tangga dan sekolah dengan didikan
islam, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam meneybutkan “setiap manusia
lahir dalam keadaan fitrah atau suci, maka orangtuanya yang menjadikannya
sebagai Yahudi, Majusi atau Nasrani”. Artinya walaupun kita lahir dalam keadaan
muslim, tapi peluang untuk kafir besar sekali, yang dilakukan oleh orangtua
kita, apakah orangtua di rumah tangga yaitu ayah dan ibu, orangtua di sekolah
yaitu bapak dan ibu guru atau orangtua di masyarakat sekitar.
Seorang muslim
yang baik, pasti menginginkan agar anaknya beragama islam dalam rangka untuk
menjaga keturunan, yaitu keturunan Islam, tapi bagi mereka yang menikah dengan lain agama, akan terjadi dualisme
pendidikan di rumah tangga, sehingga ada anak yang muslim dan lainnya kafir. Sungguh
keberuntungan diberikan Allah kepada seseorang lahir dalam kalangan muslim
sehingga dia jadi seorang yang beragama islam, juga keberuntungan bila
seseorang bershahadat menyatakan diri masuk Islam setelah bergelut dengan
keyakinannya, sebagai muslim adalah nikmat yang tidak terkirakan dari
Allah.
Banyak nikmat Allah sudah direguk manusia, baik nikmat
lahir maupun bathin, sejak dari bangun tidur hingga tidur lagi, sehingga sulit
kita untuk mengkalkulasikannya, nikmat itu diantaranya digambarkan Allah dalam
firman-Nya; ”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
[Ibrahim 14;32-34].
Dari sekian
nikmat Allah itu maka islam adalah nikmat yang besar yang patut disyukuri
karena tidak semua orang menerima dan mendapat hidayah islam ini. Nikmat islam dan iman hanya
diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan ini merupakan hak
preogratif Allah tanpa bisa dicampuri oleh siapapun. Walaupun demikian islam
tersebut akan diberikan memang kepada orang-orang yang mencarinya atau orang-or"Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya" [Ali Imran 3;19]
Berarti semua bentuk isme dan dien lain selain islam
adalah bathil dan sia-sia, alangkah meruginya manusia bila salah memilih agama
apa yang layak untuk dijadikan sebagai pegangan hidup, tapi tidak sedikit pula
manusia yang mengetahui kebenaran islam namun enggan untuk mengakui
kebenarannya karena beberapa faktor.
Allah memberikan ultimatum
secara terbuka di dunia ini kepada manusia yang tidak mengakui dan meyakini
islam sebagai agama yang layak diikuti, bagi mereka yang menganut ajaran
apa saja walaupun nampaknya indah,
ilmiah, sesuai dengan zaman dan selera manusia tapi tidak agama wahyu yang kita
sebut dengan islam, maka semua penyembahan mereka, pengabdian mereka terhadap
agama itu sia-sia dan bahkan mendapat kerugian yang sebesar-besarnya, Allah
menjelaskan dalam firman-Nya; “Barangsiapa
mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”[Ali
Imran 3;85]
Itulah keyakinan
azasi seorang muslim terhadap islam sebagai agama baginya walaupun banyak asfek
islam yang belum mampu dia laksanakan, tapi tentang keyakinan ini tidak dapat diragukan lagi, seawam-awamnya
mereka terhadap islam tidak mungkin mengingkari asfek ini. Mengingkari salah
satu dari lima hal tersebut apalagi semuanya jelas telah keluar dari iman
tauhid yang diajarkan oleh nenek moyang dan orangtua kita.
Dapat kita
saksikan, betapa banyaknya ummat manusia yang tidak terlahir dari kalangan keluarga
muslim sehingga sulit sekali dari mereka untuk mendapat hidayah Islam
kecuali orang-orang yang dikehendaki
Allah, dengan mempelajari islam akhirnya memutuskan diri sebagai mualaf,
bergabung dalam barisan muslim dengan segala konsekwensinya.
Rukun Islam
menyebutkan beberapa konsekwensi seorang muslim diantaranya shalat, zakat,
puasa dan haji setelah mendalami kalimat shahadat. Shalat merupakan tiang agama
yang harus ditegakkan oleh seorang muslim dan tidak bisa dianggap enteng
perintah ini. Abdullah ibnu Mas'ud Ra berkata, "Aku bertanya
kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling
afdol?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya
lagi, "Lalu apa lagi?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua
orang tua." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi, ya
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah." (HR. Bukhari)
Dari Abu Qatadah ra., ia berkata : Rasulullah saw
bersabda : Allah berfirman : "Sesungguhnya Aku menfardhukan atas umatmu
shalat lima (waktu). Dan Aku janjikan janji bahwasanya barangsiapa yang menjaga
shalat itu pada waktunya, maka Aku masukkan ke sorga. Dan barangsiapa yang
tidak menjaganya maka tidak ada janjiKu padanya".
Karena pengetahuan agama yang tidak cukup, iman yang
dangkal dan ibadah yang sekedarnya, banyak
sekali ummat islam yang tidak shalat, padahal pada satu sisi orangnya
baik, pekerja keras untuk mencari nafkah bagi kepentingan keluarganya, tapi
sayang sekali dia tidak melakukan shalat, ketika ketika banyak mengunjungi
warga yang sedang sakit, sebelum sakit mereka adalah warga yang rajin shalat,
tapi ketika jatuh sakit saat itu dia
tinggalkan shalat, alangkah ironinya, seharusnya saat sakit itulah saat-saat
semakin dekat kepada Allah, siapa tahu ajal semakin dekat, tapi tidak shalat
apalah jadinya, apalagi sakit yang diderita sekian hari, sekian bulan, maka
otomatis shalat tidak dikerjakan dengan alasan tidak mampu berbuat apa-apa
karena terserang penyakit.
Padahal dalam islam sudah dituntunkan bahwa ummat ini
banyak mendapatkan dispensasi dalam ibadah apalagi dalam keadaan sakit, kalau
tidak mampu berdiri maka lakukanlah shalat dengan duduk, tidak sanggup duduk
maka berbaringlah, dalam keadaan sakit yang parah, dengan gerakanpun tidak
sanggup maka lakukan dengan isarat atau kedikan mata saja, sehingga tidak ada
alasan untuk tidak shalat, berhalangan menggunakan air maka dapat dilakukan dengan
bertayamum.
Di kampung-kampung kita menemukan masyarakat yang tidak
shalat karena mereka beranggapan shalat cukup dengan mengingat Allah saja,
bahkan ada aliran sesat yang mengajak masyarakat untuk mendalami suatu ilmu,
semakin bagus ilmunya semakin meninggalkan shalat, mereka mengutamakan hakekat
saja dan meninggalkan syariat. Ada pula yang
menyatakan yang penting hati bersih, karena shalatkan untuk membersihkan
hati, padahal siapa yang lebih bersih hatinya di dunia ini selain Rasulullah
tapi beliau luar biasa ibadah shalat dilakukannya.
Kita juga bisa melihat ada masyarakat yang menghabiskan
waktunya dari siang sampai siang lagi hingga malam sampai malam lagi untuk
mencari rezeki dengan berbagai profesi, hal itu dia peroleh dengan keberhasilan
yang luar biasa, rezekinya bagus, usahanya maju, anak-anaknyapun banyak yang
pandai mencari uang dengan berbagai pekerjaan tapi keluarga itu walaupun muslim
tapi tidak satupun yang shalat.
Itu baru masalah shalat, banyak dari
kaum muslim yang tidak melakukannya bahkan ilmu tentang shalatpun hanya
sekedarnya, padahal diantara kita banyak yang sudah sarjana pada satu bidang
tapi untuk mempelajari islam sangat enggan sekali, sehingga keislamannya hanya
alakadarnya, ironinya mereka yang terpelajar tadi banyak yang terlibat praktek
syirik, kurafat, tahayul dan bid’ah. Padahal ayat pertama kali turun adalah
perintah untuk membaca, menelaah dan mengkaji tentang kebenaran penciptaan
manusia oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala; "bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”
[Al Alaq 96;1-5].
Perintah membaca
ditujukan kepada ummat Islam agar jadi orang yang punya ilmu pengetahuan,
dengan membaca pula Allah mengokohkan ilmu pada dada manusia, lebih jauh dari
itu posisi seorang muslim yang berilmu
dilebihkan beberapa derajat dari mereka yang tidak berilmu. Memang tidak
mungkin masing-masing kita mengetahui tentang semua seluk beluk islam, tapi
paling tidak hal-hal yang pokok dan
merupakan kewajiban harian kita mengetahuinya.
Masalah bersuci
dan urusan shalat selayaknya kita mengetahuinya melalui membaca atau belajar
dengan seorang ustadz secara talaqi sehingga jangan sampai seorang muslim tidak
bisa membedakan shalat jamak dan qashar, atau tidak bisa membedakan antara adat
dan ibadat, bahkan ada yang tidak tahu antara
syirik dan tauhid.
Betapa malangnya
kita, yang diberikan Allah posisi mulia sebagai muslim tapi tidak bisa
menempatkan posisi itu dengan baik, keislaman kita hanya sekedarnya saja,
dianggap dengan mengucapkan dua kalimat shahadat selesai semua perkara tanpa
melakukan praktek ibadah dan pengabdian yang sempurna kepada Allah. Satu ketika datang seseorang kepada
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menyatakan dirinya sebagai Mukmin,
artinya orang yang telah beriman, maka Rasulullah menyatakan bahwa orang itu
sebagai Muslim, karena iman belum menghunjam ke hatinya, Hal itupun diungkapkan
Allah dalam firman-Nya “orang-orang Arab Badui itu berkata:
"Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi
Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu;
dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
mereka Itulah orang-orang yang benar." [Al Hujurat 49;14-16].
Agar kita tidak
sekedar muslim atau muslim alakadarnya maka gunakanlah waktu untuk menimba ilmu
agama melalui kajian, membaca dan diskusi untuk menambah wawasan keislaman,
karena menuntut ilmu agama merupakan kewajiban semua muslim, apakah laki-laki
ataupun perempuan. Dengan menuntut ilmu agama maka dapat dipastikan seorang
muslim mengetahui tentang seluk beluk agamanya, minimal hal-hal yang prinsip.
Kalaulah seorang muslim itu melakukan hal-hal yang wajib ditambah dengan yang
sunnah-sunnah, dia tinggalkan segala yang dilarang Allah, menjauhi syirik dan
meninggalkan maksiat maka hal itu sudah dapat dipastikan dia adalah muslim yang
baik.
Mumpung Allah
masih memberikan waktu kepada kita dalam detik, menit, jam, hari, minggu,
hingga bulan dan tahun bahkan beberapa
tahun lagi berarti Allah masih sayang kepada kita, agar kita gunakan
kesempatan itu untuk membenahi diri kita sebelum ajal, memohon ampun atas
segala dosa dan menuntut ilmu agama secara intensif guna mencapai derajat
muslim kenuju mukmin, meraih tingkat mukmin menuju taqwa, sehingga ketika ajal
datang kita sudah ada modal untuk menghadapi kehidupan yang baru yaitu alam
barzakh dan akherat, Wallah A’lam [Cubadak Solok, Jum’at 19
Rabiul Awal 1436.H/ 10 Januari 2015.M].
[Tulisan ini telah dimuat pada Tabloid Media Islam Kota Batam, edisi Agustus 2015]