Minggu, 22 November 2015

Dakwah dari Mimbar hingga Goresan Pena




MUKHLIS DENROS
DAKWAH DARI MIMBAR HINGGA GORESAN PENA
Tabloid Media Islam Batam
Edisi Minggu III dan IV/ Tahun ke II, Juli 2015



            Pria berkacamata berpenampilan sederhana itu, namanya Mukhlis Denros. Lahir di Metro Lampung Tengah, Provinsi Lampung, 51 thaun silam, tepatnya 3 April 1964. Sekarang aktif menjadi staf yayasan Perguruan Islam Al Azhar yang dipimpin oleh helma Munaf yang mengelola perguruan Islam dari tingkat TK, SD, SDIT, SMP, SMA dan SMK. Mukhlis Denros dan isterinya Yulismar menetap di Kota Industri ini sejak 13 Februari 2015. Mereka dikarunia seorang anak perempuan bernama Rani Ihsani Mukhlis. Diusianya yang sudah menapaki setengah abad, telah mengecap sederet pengalaman dakwah.

            Dalam pandangannya, berdakwah tidak sekedar berdiri di atas mimbar lalu menyampaikan tausiah atau ceramah [dakwah amah]. Menurutnya dakwah memiliki cakupan yang luas, diantaranya bisa saja dakwah melalui tulisan atau yang dikenal dakwah bil qalam, dakwah bil hal yakni dengan menunjukkan perbuatan nyata sebagai teladan, ada juga dalam  bentuk yang sederhana yakni dakwah fardiah, contohnya seperti menasehati teman sekerja.

Maka tidak heran berbagai profesi digelutinya, diantaranya sebagai pendidik, penulis, mubaligh hingga sebagai politisi pernah mewarnai perjalanan dakwah anak ketiga dari tujuh bersaudara ini. Diantara tulisannya pernah dimuat oleh Buletin Dakwah Garda Anak Nagari, ada juga media lain diantaranya Majalah Serial Khutbah Jum’at, Majalah Suara Masjid, Majalah Sabili, Majalah Tarbawi, Majalah Ishlah, Majalah Reformasi Jakarta, Majalah Al Muslimun Bangil serta Koran Swadesi dan Sentana, sementara di Padang diantaranya Media Mimbar Minang, Tabloid Sumbar Pos, Tabloid Suara Keadilan Kota Sawah Lunto dan Media Rakyat Kota Solok.

Aktif di dunia tulis menulis mengantarkannya meraih penghargaan bidang tulis menulis sebagai Penulis Terbaik dari Media Suara Keadilan Rakyat [SKR], Minggu [15/12] di Gedung Pusat Kebudayaan Kota Sawahlunto.

Moto hidupnya sangat sederhana, agar bermanfaat bagi orang lain dengan potensi yang dimiliki, semua itu hanya bisa dilakukan dengan pendidikan yang berkualitas.  Dibalik itu semua peran orangtualah yang besar sehingga mengantarkan dirinya meraih apa yang dicita-citakannya.


Bagaimanakah  sepak terjang Mukhlis Denros dalam menjalani kegiatan dakwah ? berikut wawancara Tabloid Media Islam dengannya.

Bagaimana ayahanda memandang pentingnya dakwah ?
Sangat penting. Dan hal itu benar-benar dididik di lingkungan keluarga kami sejak dini. Dulu sayakan ada kerbau, sambil gembala kerbau saya sempatkan baca-baca Al Qur’an, hafal-hafal pidato yang pernah didengar, hal itu diulangi terus. Kalau lihat daijuga cendrung senang lihatnya.

Di Batam ingin berdakwah, kabarnya ayahanda akan bergabung di Persatuan Mubaligh Batam [PMB],benar demikian ?
Saya sudah mengajukan berkas untuk menjadi anggota. Namun saya tidak tahu nanti apakah masih ada tes semisal uji kelayakan, saya tidak tahu hal itu. Tapi Alhamdulillah saya sudah diberikan amanah untuk melakukan dakwah sebulan penuh di masjid dan Mushalla selama Ramadhan di wilayah Kecamatan Sekupang. Kebetulan saya juga tinggal di Sekupang.

Berminat masuk dunia dakwah apasih yang melatar belakangi ? dan kapan ?
Waktu itu saya pertama masuk dunia dakwah di Masjid Al Jihad di Metro Lampung sebagai remaja masjid serta sering ikut pelatihan-pelatihan tentang keislaman di masjid itu sendiri. Sebagai contoh yang diadakan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia [DDII]. Organisasi ini didirikan oleh Muhammad Natsir salah satu tokoh Islam Indonesia.

Waktu kuliah aktif di organisasi mana ?
Waktu kuliah di IAIN Raden Intan Lampung saya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam [HMI] sebagai wakil sekretaris cabang waktu itu sampai pada jenjang pengkaderan Intermediate Training atau LK II, ikut seminar-seminar Islam juga di kampus.

Lalu setelah kuliah aktivitas dakwah seperti apa yang digeluti ?
Iya, setelah kuliah saya meninggalkan Lampung kemudian pindah ke Solok Sumatera Barat, aktif mengajar di Tsaniwiyah Negeri Koto Baru, Sekolah Menengah Kejuruan [SMK] sampai Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak [PGTK] yang  SMK milik Yayasan Budi Mulia Koto Baru Solok. PGTK dibawah Yayasan Cendekia Adzkia, punya Gubernur Sumbar sekarang [Prof. Dr. Irwan Prayitno].

            Datang ke Batam kapan, sehingga tertarik masuk PMB ?
            Saya di Batam baru sebenarnya. Bulan Februari 2015 saya kesini lalu gabung di Yayasan Al Azhar. Saya sering ikut pengajian, lalu ada kawan yang tawarin kenapa tidak bergabung dengan PMB saja, lalu saya sampaikan berkas ke PMB Sekupang. Bisa dibilang sekarang saya masih calon anggota PMB, karena belum ada SK resmi.

            Kira-kira kepuasan seperti yang didapatkan ketika berdakwah ?
            Kepuasan itu kita dapatkan ketika dakwah kita sampai, itu kepuasan batin yang didapat. Contohnya dari orang yang tidak baik menjadi baik. Ada haditsnya, “Sungguh, sekiranya Allah memberikan hidayah kepada seorang lelaki lantaran [dakwah] mu, itu lebih baik dari pada seekor unta merah” [HR. Bukhari dan Muslim].

            Dengar-dengar ayahanda pernah jadi wakil rakyat ?
Iya benar, saya jadi anggota DPRD Kabupaten Solok selama dua periode 1999-2004 dan periode 2004-2009. Diusung Partai Keadilan [nama PKS dulu] dan PPP kota Solok tahun 2000 pernah juga dicalonkan sebagai Wakil Wali Kota Solok yang berpasangan dengan  Drs. Syukriadi Syukur.

Saat menjadi wakil rakyat, apakah dakwah efektif dilakukan ?
 Efektif sekali. Selama diamanahi ada beberapa Perda Syariah yang berhasil kami terapkan. Ada Perda Busana Muslimah, Perda tentang zakat ada juga Perda Wajib bisa baca Al Qur’an bagi calon Pengantin.

Masuk dunia politik sebagai jalan dakwah apakah dari pribadi atau ada dorongan dari orang lain?
Kalau boleh jujur, saya awalnya tidak suka dengan politik, karena dulu saya memandang politik selalu menzalimi. Setelah saya ikut kelompok pengajian [tarbiyah] saya mulai sadar. Ada ungkapan Islam Yes, Partai Islam No, saya pribadi tidak sepakat dengan itu, saya fikir akan berakibat tersisihnya orang baik dari politik.

Disamping berdakwah diatas mimbar, dakwah lewat kekuasaan. Dakwah apalagi yang digeluti ?
 Ada lewat tulisan. Alhamdulillah sudah banyak buku yang sudah diterbitkan. Contohnya saja Renungan Ramadhan oleh Pustaka Setia Bandung tahun 2011, Memanusiakan Manusia oleh Qibla Jakarta tahun 2011, Kumpulan Khutbah oleh Pustaka Setia Bandung tahun 2011 juga. Waktu kuliah saya aktif juga di Pers Mahasiswa, namanya Raden Intan Pos.

Sekarang masih aktif menulis ?
Ia masih, tema yang saya angkat sekarang ada juga judul “Da’i Pemburu Materi”. Makna materi disini adalah materi yakni bahan ceramah yang akan disampaikan ke publik serta materi dalam arti uang. Tulisan serupa juga pernah saya tulis dulu di buku Renungan Ramadhan, judulnya Ramadhan dan Amplop. [Anwa as-syifa].