Jumat, 08 Juni 2012

Renungan Hari Ke 22 Ramadhan

MEMBINA FIKIR DAN ZIKIR
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Di bulan Ramadhan ini sudah banyak taujih, petuah agama, pengajian dan khutbah yang kita dengarkan dalam berbagai kesempatan, ada kuliah subuh, pengajian tarawih, pesantren kilat, khutbah jum'at hingga ceramah kocak di televisi, yang seharusnya sudah banyak ilmu dan pengetahuan agama yang kita peroleh dari sarana itu, semakin banyak ilmu semakin banyak amal ibadah yang bisa kita lakukan karena tiada artinya ilmu tanda diamalkan.

Kita kini berada di hari keduapuluhdua Ramadhan, puasa tidak lagi jadi masalah karena hal itu sudah biasa dilakukan, rasanya kita siap menghadapi kalau setiap hari bulan yang kita lalui adalah Ramadhan, sebagaimana sabda Rasul,"Seandainya manusia tahu bahwa begitu banyaknya keutamaan Ramadhan maka mereka akan meminta agar setiap waktu adalah Ramadhan".

Di bulan Ramadhan kita dilatih pula untuk berfikir atas fenomena yang terjadi dari waktu yang kita lalui, kejadian alam yang nampak sehingga dapat dikatakan "Alam takambang jadi guru", fikir yang sempurna akan melahirkan zikir kepada Allah, kedua hal ini tidak bisa dipisahkan, orang yang berfikir akan jadi hamba yang berzikir dan keampuhan zikir akan membentuk ummat yang berfikir.


Landasan mutlak orang yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadhan yaitu surat Al Baqarah 2;183 dan ayat 185 ,”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan...siapa diantara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya dibulan itu maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu”.

Menjelang bulan Ramadhan Rasululah pada suatu hari berdiri menghadap kiblat dan dengan penuh kerendahan hati di hadapan Allah memohon keberhasilan dalam bulan suci Ramadhan dengan mengatakan,”Ya Allah, jadikanlah fajarnya bagi kamu kedamaian, keyakinan dalam iman, keselamatan, penyerahan, kelimpahan rezeki, kekebalan diri dari penyakit, pembacaan Al Qur’an serta bantuan dalam bulan Ramadhan dan yakinkanlah iman kami di dalamnya, dan janganlah kiranya ia berlalu tanpa keampunan”.

Apa saja tugas dan kewajiban seorang muslim dipersada bumi ini tidak menghalangi dia untuk mentaati Allah yang merupakan salah satu dari lima rukun islam yang disyariatkan pada tahun kedua hijriyah sesudah turunnya perintah shalat dan zakat, pelaksanaannya dilakukan pada bulan Ramadhan selama sebulan penuh.

Puasa dalam bahasa Arab disebut As Shaum atau shiyam, yang berarti ”menahan” yaitu menahan diri dari sesuatu perbuatan seperti makan, minum, berbicara, tidur dan bersetubuh dengan isteri semenjak waktu terbit fajar sampai waktu terbenam matahari karena mengharapkan ridha Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya dengan jalan mentaati dan melatih kemauan dari godaan hawa nafsu.


Puasa bagi seorang muslim mengandung tiga arti yaitu;
1. Arti moral; puasa akan mengingatkan manusia akan kemaha kuasaan Allah dan bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya, termasuk hari-hari yang dilaksanakan denan sia-sia. Itu akan membentuk perasaan-perasaan manusiawi dan akan menguatkan imannya serta kekuatan kemauannya.

2. Arti sosial; statistik telah membuktikan bahwa selama bulan Ramadhan ini, persengketaan dan kejahatan menurun. Orang yang berpuasa akan menahan situasi lapar, lalu dia akan tergugah untuk menolong orang-orang fakir miskin. Oleh karena itu maka perbedaan-perbedaan klasik itu akan berkurang. Dalam dunia, lapar menjadi suatu problem yang paling penting, puasa dapat merupakan salah satu jalan terbaik untuk mempersempit jurang antara sikaya dan si miskin.

3. Arti kesehatan; teranglah bahwa penimbunan lemak tubuh menjurus kepada banyak macam penyakit. Dengan demikian maka puasa adalah salah satu diet yang bagus bagi jasmani dan konstruksi badan dapat beristirahat selama satu bulan.

Ramadhan adalah bulan yang mulia karena dibulan ini allah mencurahkan berkah, rahmat dan maghfirahNya, mengajarkan kaum muslimin untuk menjadi sama rata diantara sesamanya dan memperkuat persatuan diantara mereka. Keagungan bulan Ramadhan karena dibulan ini mengandung suatu malam yang lebih baik dafri seribu bulan, pada malam ini penuh berkah Allah.

Pada bulan ini Allah menurunkan petunjuk bagi manusia yaitu berupa pedoman hidup yang disebut dengan Al Qur’an, membedakan antara yang baik dan yang buruk serta menunjukkan jalan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi bagi ummat manusia untuk selama-lamanya. Karena demikianlah maka malam saat risalah Ilahi itu mula pertamanya diwahyukan patut mendapat kehormatan yang besar, Jibril turun dengan perintah Allah untuk memenuhi ketetapan-Nya.

Apabila seseorang berpuasa dan shalat serta berdoa pada bulan ini sebagaimana yang diajarkan dan dilaksanakan oleh nabi dapatlah ia mengatakan yang sebenarnya seperti yang dinyatakan dalam surat Al An’am 6;162,”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Keagungan Ramadhan bukan sekedar sejarah dan khazanah dalam islam tapi harus melakukan sesuatu didalamnya dengan berpuasa dan menambah amaliyah ibadah sebagai bekal hidup di akherat. Keagungan Ramadhan adalah kemurahan Allah bagi manusia yang berfikir dan berzikir. Berfikir; dia mempelajari apa yang terkandung di dalam Ramadhan, berzikir; dia menumpuk amal sebanyak-banyaknya, hasil Ramadhan akan terpadu antara fikir dan zikir maka itulah dia ulul albab.

Berhasil atau gagalnya Ramadhan ini tergantung kepada kita semua untuk memanfaatkan momen yang sangat strategis untuk membina fikir dan zikir, membentuk jasmani dan rohani yang seimbang sehingga target taqwa yang dicanangkan Allah dapat kita raih; semoga ini menjadi motivasi bagi kita dalam rangka menghidupkan Ramadhan, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 21122000].

Renungan Hari Ke 21 Ramadhan

PENTINGNYA ZAKAT FITHRAH
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Sudah duapuluh hari kita menyelesaikan puasa Ramadhan tahun ini dan kini menginjak ke hari duapuluh satu yang merupakan awal dari itqun minannar yaitu semoga kita terlepas dari siksa api neraka, memang target akhir puasa itu agar terujudnya mukmin yang muttaqin yaitu bertaqwa kepada Allah, tidak ada balasannya taqwa itu selain syurga, selayaknya sepuluh hari atau sembilan hari ke depan semakin baik ibadah puasa yang kita lakukan, tarawih, tahajud, zikir, doa dan tilawah serta infaq dan sedekah tidak mengurangi semangat walaupun Ramadhan telah menepi untuk meninggalkan kita. banyak yang perlu dipersiapkan memasuki hari keduapuluh satu atau sepuluh hari ketiga Ramadhan ini, selain ibadah rutin, maka zakat dan zakat fithrah penting ditunaikan.


Kegiatan Ramadhan yang semarak akan berakhir, terpaksa atau suka rela, kita akan meninggalkannya dan atau dia meninggalkan kita. Semua itu akan berlansung secara alami dan wajar, ”Puasalah kamu dengan sebaik-baiknya seolah-olah ini puasamu yang terakhir” [Hukama]. Maksudnya agar kita melaksanakan dengan serius karena ini ibadah puasa yang terakhir bagi kita ditahun ini karena belum tentu kita akan bertemu dengan Ramadhan ditahun yang akan datang.

Rasulullah dan para sahabat dikala Ramadhan akan berakhir sangat sedih bahkan menangis, bahkan nabi menyatakan, seandainya ummat ini tahu keutamaan bulan Ramadhan, maka mereka berharap agar seluruh bulan ini adalah Ramadhan. Walau hanya satu bulan dalam setahun,seorang mukmin berupaya mengoptimalkannya sehingga bisa berkualitas sepanjang tahun.

Ada satu kegiatan yang tidak boleh dilupakan ummat islam yaitu membayar zakat fithrah, paling lambat sebelum khatib Idul Fithri turun dari mimbar, untuk menyempurnakan puasa yang dilakukan satu bulan. Jika ada cacat dan celanya hingga ada nilai kurangnya, dapat ditambal dengan pembayaran zakat fithrah. Selain itu untuk menyantuni fakir miskin supaya dia tidak memikirkan lagi darimana dapat makanan karena disediakan saudaranya yang mampu walau minimal melalui zakat fithrah,”Puasa seseorang tergantung antara langit dan bumi sehingga ditunaikannya zakat fithrah” [Hadits].

Hukum pembayaran zakat fithrah itu wajib pada semua ummat islam yang mampu, bahkan bayi yang baru lahirpun wajib dibayarkan zakat fithrahnya oleh orangtuanya. Sebenarnya persoalan zakat fithrah bagi ummat islam bukanlah hal yang baru, kadangkala pendistribusiannya tidak sesuai dengan yang dituntunkan Rasulullah. Zakat fithrah diprioritaskan untuk fakir miskin yang disekitar tempat tinggal seseorang. Sangat ironis dan menyedihkan bila kita gencarkan dana termasuk zakat fithrah selain yang diprioritaskan itu. Masjid semakin indah dan megah tapi umat disekitarnya dalam keadaan tidak makan, miskin, melarat sampai tidak ada yang akan dimakannya di hari raya Idul Fithri, sementara orang lain bergelimang dengan kemewahan. Zakat sebenarnya untuk mengentaskan kemiskinan, tapi karena penyaluran zakat yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul malah terkesan menetaskan kemiskinan.

Kita masih menyaksikan di kampung-kampung pembayaran zakat fithrah untuk seorang guru menaji atau seorang ustadz, sampai dia bisa mengantongi beras berton-ton dari jamaah pengajiannya. Ini memang tidak dilarang, tapi tidak etis rasanya semua zakat fithrah itu untuknya. Ini adalah amal ritual yang diwajibkan Allah selain untuk melengkapi kekurangan ibadah puasa Ramadhan juga untuk membersihkan diri seseorang dari sifat kikir yang telah diawali dengan berbagai amal kebaikan dalam bulan Ramadhan. Dia punya waktu tertentu, hanya boleh dibayar diawal Ramadhan sampai sebelum khatib turun dari mimbar. Bila dibayarkan setelah itu maka kebaikan yang dikeluarkan tidak dinilai sebagai zakat fithrah tapi sebagai sedekah biasa.


Zakat fithrah juga untuk menyucikan diri dan harta ummat dari segala kotoran. Orang yang telah terbiasa membayar zakat mal, zakat profesi dan sedekah maka tidak ada keberatan baginya mengeluarkan sedikit harta untuk zakat fithrah, jumlahnya hanya 2,5 kg setiap jiga, atau bahan makanan lainnya yang sesuai dengan daerah masing-masing. Selain itu mendidik umat agar menyantuni orang miskin dan fakir, inilah yang saat yang tepat untuk peka terhadap penderitaan orang lain.

Rasulullah pernah terlambat menunaikan shalat Idul Fithri karena berpapasan denan seorang bocah yang bermasalah, pakaiannya kumal, rambutnya kusut dan tidak terurus,”Kenapa kamu menangis sementara teman-temanmu sibuk dengan permainannya, pakaiannyapun bagus-bagus dan di tangannya da kue yang enak, dimana orangtuamu?”.

Anak itu terkejut dengan datangnya seorang lelaki di hadapannya, dia tidak tahu kalau sedang berhadapan dengan Rasulullah,”Bagaimana saya tidak sedih, ayah saya sudah meninggal, ia syahid dalam peperangan mengikuti perintah jihad dari Rasulullah, sedangkan ibu saya sudah menikah lagi, mereka tidak memperhatikan saya...”, Keluhan lirih itu disambut oleh ajakan Rasulullah,”maukah engkau berayahkan Muhammad, beribukan Aisyah, bersaudarakan Fatimah dan bertemankan Hasan?”.

Spontan anak itu menerima tawaran itu, Rasulullah mengantarkan anak itu pulang untuk dimandikan, diberi makan, diberi baju baru dan belanja layaknya seorang anak yang sedang merayakan Idul Fithri.

Zakat fithrahpun bukan sebatas itu, dia menyentuh hati manusia agar menghilangkan sifat kikir yang selama ini bersemayam di hati, lebih suka menerima daripada memberi, segala yang untuk kita ”oke” jawabnya, tapi yang untuk orang lain nanti dulu. Inilah watak manusia yang cendrung suka menumpuk harta tanpa mau mengeluarkan daki-daki harta itu dengan zakat, infaq dan sedekah. Sudahkah anda bayarkan zakat fithrah ? Ramadhan tahun ini segera berakhir maka yang satu ini jangan sampai lupa! Wallahu a’lam. [Harian Mimbar Minang Padang, 10 Desember 2001].

Renungan Hari Ke 20 Ramadhan

PROFIL PRIBADI MUHSININ
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



satu ketika seorang teman bertanya kepada saya, kenapa pada bulan Ramadhan ini banyak orang yang beribadah seperti puasa, shalat berjamaah, membaca Al Qur'an, infaq semakin giat, tarawih dan tahajud dilakukan selain ibadah-ibadah lain. tapi ketika Ramadhan berakhir maka berakhir juga segala-galanya, tidak ada bekas Ramadhannya, yang merokok kembali memulai untuk mencairkan anggaran rokoknya, semua amalan Ramadhan itu hilang. Maka jawabannya adalah; Ramadhan itu ibarat musim, sama dengan musim durian, ketika durian sedang musim, maka dimana-mana kita melihat durian bahkan harganya murah sekali, karena banyaknya sehingga hargapun dibanting, tidak ada orang yang tidak mencicipi buah durian karena mudah dan murahnya mendapatkan buah ini. begitu juga dengan Ramadhan, karena dia bulan musim amal maka banyak amal ibadah yang bisa dilakukan, seharusnya ketika Ramadhan berakhir akan berkelanjutan amal-amal itu dilakukan tapi nyatanya tidak, karena ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan belum lagi jadi jati diri, belum lagi menjadi pribadinya yang demikian, bisa saja karena ikut-ikutan, malu dengan tetangga dan mertua serta lainnya, begitu juga dengan kebaikan, ada orang berbuat baik hanya diRamadhan saja, setelah Ramadhan tidak ada kebaikan yang ditaburnya, bahasanya kasar, candanya jorok, sikapnya arogan karena hal itu belum jadi pribadinya, begitu juga dengan muhsin [orang yang berbuat baik] akan bertahan lama amal-amalnya itu bila sudah menjadi pribadinya.


Yang dimaksud dengan Muhsinin adalah orang-orang yang mampu berbuat dengan amaliyah ibadah dalam seluruh asfek kehidupannya,bukan ibadah sebatas ritual dan mahdhoh saja tapi segala aktivitasnya bernilai ibadah semuanya yang diawali dari niat yang ikhlas, berbuat dengan standard acuan pribadi Rasulullah hingga pada tujuan hanya mencari ridha Allah.

Ada orang yang berbuat nampaknya ibadah tapi tidak dapat dikatakan sebagai muhsin sebab amalnya tadi mengandung kecacatan sehingga tidak berpahala disisi Allah. suatu ketika malaikat Jibril datang kepada Rasulullah yang ketika itu hadir para sahabat, dialog ini terjadi dalam masjid nabi di Madinah, salah satu pertanyaan Jibril kepada Rasulullah adalah tentang Ihsan/Muhsin, maka beliau menjawab,”Ihsan atau Muhsin itu adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya, tapi bila engkau tidak dapat melihat-Nya [Karena memang manusia tidak dapat melihat Allah di dunia ini] maka yakinlah bahwa Allah pasti melihatmu”.

Asfek ibadah seorang ihsan sangat luas sekali,salah satunya dengan harta benda sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya surat Al Baqarah 2;195
”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

Dalam sebuah peperangan, sebelumnya Rasulullah menyampaikan taujih [pengarahan] kepada para sahabat bahwa biaya jihad itu sanga besar sekali, maka beliau menawarkan kepada muhsinin di zaman beliau, maka tampillah ketika itu Umar bin Khattab dengan ucapannya,”Ya Rasulullah akan aku serahkan separuh hartaku untuk berjihad besok”, dalam hati Umar menyangka bahwa dialah yang paling besar infaqnya, setelah itu tampil pula Abu Bakar dengan wibawa menyatakan.”Wahai Rasul, aku serahkan seluruh hartaku untuk jihad besok”, Rasull bertanya,”Apa yang kau sisakan untuk keluargamu ?”, Abu Bakar menjawab ”Yang tersisa adalah Allah dan Rasul-Nya.” Dalam hati Umar bergumam,”Memang Abu Bakar tidak bisa disaingi dalam kebaikan ini”.

Demikian semangatnya para sahabat dalam menanamkan kebaikan bagi kepentingan ummat dan da’wah, tidak boleh kita menghentikan kebaikan karena intres-intres pribadi, sebagaimana yang terjadi pula pada diri Abu Bakar, ketika itu telah ditemukan siapa orang yang menyebarkan isu tentang terjadinya dugaan penyelewengan Aisyah dengan Shafwan, isu itu berkembang sehingga merusak keutuhan rumah tangga Rasulullah. Rupanya salah seorang yang menyebarkan isu itu adalah pembantunya sendiri, maka langsung Abu Bakar menyatakan,”Saya tidak akan lagi memberimu makan dan memutuskan agar engkau keluar dari rumah ini”, mengetahui sikap Abu Bakar demikian maka Rasul melarangnya, bahwa tidak boleh memutuskan kebaikan kepada orang yang biasa kita beri kebaikan apalagi keluarga sendiri, Abu Bakarpun mencabut sumpahnya tadi.

Jangankan muslim, sedang manusia kafirpun hati nuraninya menuntut untuk berbuat kebaikan. Tersebutlah dizaman Rasul ketika beliau diboikot penduduk Quraisy di lembah Si’ib atau dikenal dengan nama lembah Abu Thalib, tidak boleh berdagang dan membeli dagangan dari non muslim, sehingga Rasul ketika itu dengan para sahabatnya menderita tanpa bahan makanan, ada seorang sahabat yang ketika malam hari saat buang air kecil dia merasakan ada sebuah benda keas yang teraba olehnya, dia bawa pulang, rupanya selembar kulit kambing yang sudah mengeras, itulah yang dia bersihkan lalu dimasak dan dimakan, demikian sengsaranya ummat islam diperlakukan oleh Abu Jahal dan kawan-kawan.


Dalam kondisi demikian, tergeraklah hati seorang kafir Quraisy untuk memberikan bantuan, dia ambi seekor kuda, lalu diisi dengan bahan makanan di seluruh pundaknya, sarat dengan bekal itulah, dia arahkan sang kuda ke lembah Si’ib, kemudian dia pukul pinggul kuda itu dengan kuatnya sehingga larilah sang kuda ke arah ummat islam yang sedang menunggu bantuan dari siapapun.
Profil muhsinin adalah pribadi yang siap untuk mencapai derajat taqwa dengan jalan berbuat baik dimana saja dan kapan saja, baik dalam kondisi lapang ataupun sempit, dalam kondisi kaya atau miskin;
 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”[Ali Imran 3;134].

Nilai pahalanya tentu beda bagi seorang kaya mampu menginfaqkannya dari harta sebesar umpamanya Rp. 5.000,- sedangkan orang miskin uang sebesar itu harus dicari dengan pengorbanan yang luar biasa sedangkan si kaya sangat mudah sekali, dan Allah memang menuntut ummatnya untuk berbuat baik tidak dinilai dari besarnya tapi kualitasnya.

Banyak sebenarnya bagi seorang mukmin peluang-peluang untuk berbuat baik itu yang tidak sebatas ibadah wajib saja, semisal ibadah haji, bagi yang sudah pernah menunaikannya,alangkah baik menahan diri untuk tidak ke Mekkah lagi, sementara dana untuk kesana dialokasikan untuk kepentingan lain yang pahalanya tidak dapat ditandingi seperti kepentingan pendidikan dan sosial dalam rangka membantu meringankan nasib dhu’afa.

Termasuk semangat membangun masjid, kita tahu bahwa sudah terlalu banyak masjid dibangun dengan dana ratusan juta, itu memang sebuah kebaikan akan bernilai pahala disisi Allah, tapi mengalokasikan dana tersebut untuk memakmurkan masjid apakah tidak berpahala, memang fisiknya tidak nampak, tapi hasilnya akan nampak bagi jamaah, termasuk untuk pembinaan generasi muda di masjid, apakah kita rela masjid indah sementara fakir miskin merintih disamping masjid atau ada remaja yang putus sekolah karena tidak ada biaya karena kita tidak memperhatikannya.

Kebaikan apapun dan seb esar apapun tidak boleh kita remehkan sebab nabi pernah mengabarkan bahwa dengan kebaikan yang kecil itu siapa tahu kita ditetapkan sebagai penduduk syurga selama-lamanya. Peran keluarga sangat baik dalam mendidik nak untuk berbuat baik seperti memberikan infaq dan sedekah kepada fakir miskin yang datang ke rumah kita.

Untuk mencapai derajat taqwa seseorang harus melewati fase muhsin ini sehingga dia diberi prediket orang yang selalu berbuat baik. Dengan kebaikan ini pulalah akan membuat simpati orang kepada kita sehingga rasul menyatakan kalau ummatnya ini seperti lebah yang selalu mengeluarkan hal-hal yang baik seperti madu dan bila lebah hinggap pada ranting yang rapuh sekalipun maka ranting itu tidak akan patah.

Saat Muhamad diproklamirkan Allah sebagai Rasul, waktu itu tersebar kabar yang menuduh Muhammad orang yang membuat kerusakan karena membawa ajaran baru. Datanglah seorang ibu ke Mekkah dengan kendaraan onta yang disewanya, tepat onta itu berhenti di depan Rasul yang sedang lewat, sang ibu berteriak agar dia dibantu untuk mengangkatkan barang-barangnya tersebut, maka tampillah Muhammad. Dalam perjalanan sang ibu banyak ceritanya tentang isu Muhammad yang mengaku sebagai nabi dan merusak bangsa Quraisy, ibu itu berpesan ,”Saya kasihan dengan kamu, janganlah kamu berteman dengan Muhammad nanti kami disesatkannya”.

Sesampai Muhammad mengantarkan barang itu, beliau menolak ketika sang ibu memberikan upah, lalu dia berkata,”Ibu tahu tidak dengan Muhammad?”, ibu itu menjawab bahwa dia belum kenal dengan Muhammad, baru sebatas informasi dari orang, beliau berkata,”Sayalah yang bernama Muhammad itu”, lansung sang ibu terkejut dan menyatakan diri sebagai muslimah.

Da’wah islam akan merambah cepat ke tengah masyarakat bila ummatnya mampu menampakkan kebaikan-kebaikan dalam seluruh lapangan kehidupan. Kebaikan yang kita gelar di dunia ini sebenarnya bukanlah untuk orang namun untuk kita sendiri, wallahu a’lam [Solok, 08012001]


Renungan Hari Ke 19 Ramadhan

PUASA DAN JILBAB MODIS

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Bulan maghfirah hampir mendekati selesai dengan masuknya kita kehari sembilanbelas, suasana Ramadhan masih kental dimana walaupun tarawih dan tadarus sudah semakin jarang digantikan dengan kegiatan MTQ pada setiap masjid dan surau, serta adanya tabligh akbar tentang Nuzulul Qur'an.

kita masih banyak menyaksikan wanita berjilbab berada di mana-mana, di perjalanan, di masjid apalagi dan dipasarpun mereka ramai untuk berbelanja harian dan ada juga yang sudah membeli pakaian baru, nampaknya jilbab bukan lagi pakaian yang asing bagi wanita muslim, sejak dari anak-anak, remaja putri hingga orangtua sudah terbiasa dengan jilbabnya, berkaitan dengan itu, sebuah topik puasa dan jilbab jadi bahasan kita;

Suasana bulan Ramadhan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Hendaknya pada setiap pribadi muslim sebagai atsar [bekas] pemahaman terhadap ajaran islam yang semakin baik melalui kajian-kajian islam di bulan ini sehingga praktek ibadah yang dilakukan tidak mengalami kendala. Sudah saatnya bagi ummat islam mengamalkan ajaran islam secara kaffah yang dulu hanya sebatas shalat dan ibadah ritual saja.

Kesadaran beragama itu tampak pada muslimah yang memakai jilbab atau busana muslimah,”Katakanlah pada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangnanya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa jua. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung [jilbab] ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya” [24;31].

Memakai jilbab untuk masa sekarang bukanlah yang langka lagi, bahkan para artispun telah senang memakaiknya. Demikian pula anak-anak remaja, meskipun baru sebatas pakaian tapi belum mengikuti standard jilbab yang diajarkan syari’at islam. Sebenarnya tidak apa mengingat mereka baru saja tertarik pada budaya islam yang selama ini mereka abaikan akibat derasnya arus budaya lain, khususnya dari segi pakaian.

Kalau kita perhatikan meeka baru bisa memakai jilbab yang hanya sebatas menutup kepala, sedangkan akhlak dan tingkah lakunya masih jauh dari pribadi seorang muslimah sejati. Memang banyak faktor yang menyebabkan seseorang memakai jilbab. Boleh jadi karena jilbab itu sedang trend di kalangan pemudi kita.


Kurang pas kiranya bila seorang wanita berjilbab hanya sebatas menutup kepala dan leher, dadanya masih menonjolkan tontonan gratis atau berjilbab tapi roknya pendek. Bagian atas ditutup tapi bagian bawahnya diobral. Layakkah muslimah memakai jilbab tapi baju yang dipakai kaos ketat hingga mencetak postur tubuhnya? Bukankah fungsi jilbab itu untuk menyembunyikan bagian-bagian wanita yang tidak baik di pandang orang lain ? Buat apa pakai jilbab tapi baju dan roknya transparan sehingga jarak 90 meter jelas benar lekuk tubuhnya. Apakah tidak bercermin dulu sebelum tampil dimuka umum ? Ingat ibadah puasa seseorang akan kurang nilainya bila memandng dengan syahwat, apakah pakaian anda itu tidak mengundang pandangan syahwat ?

Bila anda sudah pakai jilbab, berarti telah menjalankan perintah Allah sesuai dengan ayat diatas. Jarang orang mau pakai jilbab karena faktor kecantikan. Rambut indahnya tertutup oleh kerudung sehingga pandangn lelaki tidak lagi pada rambutnya. Mungkin mereka menyatakan tiada arti kecantikan tanpa rambut indah, seakan keindahan rambut menghalangi seseorang untuk menjalankan perintah Allah.

Tidak boleh muslimah memakai celana panjang levis dan jean bukan karena produksi Amerika, tapi diingatkan oleh hadits rasul,”Lelaki tidak boleh menyerupai wanita dan wanita tidak boleh menyerupai lelaki”. Apalagi celana panjang jean ketat dipasangkan dengan kaos ketat pula, menampakkan besar dan bahenolnya pinggul seseorang, jangankan orang yang baru jadi ustad sedangkan Pak Kiyai saja akan terhenti melihatnya.

Tak ada orangtua yang melarang anaknya memakai jilbab walau sang ibu sendiri tidak atau belum memakainya, kecuali orangtua yang tidak faham dengan syariat islam karena islamnya hanya di KTP saja. Tapi ingat jilbab bukan sebatas pakaian, juga sebagai identitas seorang muslimah yang taqwa. Pergaulilah akhlakmu pada orangtua dan masyarakat. Jauhilah pergaulan bebas dan jangan bebas bergaul dengan lawan jenis, tidak khalwal [bersunyi diri dengan lain jenis yang bukan muhrim] dan tidak ikhtilat [campur baur dalam pergaulan lelaki dan wanita].

Bila pakai jilbab tapi sibuk pula dengan maksiat berarti mencemarkan citra busana muslimah, selain itu bila seorang pelajar atau mahasiswa tingkatkan prestasi dan tidak kalah bersaing dengan orang lain, dengan cara menunjukkan prestasi yang baik akan mengangkat gengsi jilbab di lingkungan pergaulanmu.

Muslimah yang pakai jilbab boleh juga berhias asal tidak berlebihan, gincu bibir yang sederhana, bedak yang tidak medok [kental dan berlapis-lapis],”....dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyyah” [33;32]. Bau farfum jangan membuat orang pusing memikirkannya,”Parfum lelaki warnanya lembut tapi baunya semerbak, sedangkan parfum wanita mencolok warnanya tapi baunya lembut” [hadits].

Tutur kata dengan lawan jenis yang bukan muhrimpun tidak boleh bermanja-manja untuk menarik perhatian orang lain. Wanita shalehah yang sudah memakai jilbab hanya boleh bicara manja pada ayah, kakak /adik lelaki, suami dan anak lelakinya,”..maka janganlah lembut kamu bicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf” [33;32].

Ramadhan saat yang tepat untuk mengevaluasi diri, kita memang makhluk yang dhaif, butuh nasehat dan arahan dari orang lain. Remaja yang mulia telah melaksanakan satu asfek ajaran islam yaitu jilbab kemanapun pergi, jadikan ini sebagai identitas diri dan bukti taqwa kepada Allah, bukan pakaian saat tertentu saja. Istiqamahlah dengan jilbabmu, karena banyak orang yang pakai jilbab tapi tidak istiqamah. Tidak sedikit pula orang yang istiqamah tapi tidak pakai jilbab, seharusnya yang pakai jilbab sekaligus istiqamah, bila tidak berarti pakaian jilbabmu hanya gaya modis, wallahu a’lam [Harian Serambi Minang Padang, 8 Desember 2001]




Renungan Hari Ke 18 Ramadhan

IBADAH YANG FATAMORGANA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Delapan belas hari bukanlah waktu yang singkat, didalamnya membutuhkan sekian juta detik dan menit dan sekian jam, tidak sedikit pula energi terkuras untuk itu, siang kita harus lapar dan haus ditambah dengan keletihan sepanjang hari, malampun rasa ngantuk bergelayut, kita tidak ingin semua itu sia-sia, taujih pada renungan ini tentang ibadah yang sia-sia atau fatamorgana.

Banyak pahala yang bisa kita kumpulkan pada bulan ini. Peluang itu ada disamping termotivasi dengan ungkapan bahwa Ramadhan itu disebut juga dengan ”Syahrul Ibadah” artinya bulan ibadah. Hal itu memang nyata dari nasehat-nasehat rasul tentang keutamaan beribadah pada bulan yang penuh berkah ini. Pahala membaca Al qur’an satu huruf saja bernilai sepuluh. Infaq seperti diluar bulan Ramadhan dengan satu kebaikan saja berpahala tujuh ratus, shalat sunnah akan dibalas setara shalat wajib, memberi orang ifthar [perbukaan] akan diberi pahala sama dengan orang yang berpuasa. Bagi yang menemukan malam qadar akan bernilai ibadah seribu bulan, suatu pahala dan ganjaran fantastis yang diberikan Allah kepada orang-orang yang berpuasa.

Tidak tanggung-tanggung, bagi yang puasa dengan iman dan ihtisab [penuh perhitungan] akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Luar biasa kasih sayang Allah kepada ummata islam. Walaupun usianya pendek tapi dengan kelebihan yang diberikan Allah bisa mengalahkan pahala ummat terdahulu yang umurnya sampai ratusan tahun. Sedangkan ummat Muhammad rata-rata usianya hanya enam puluh tahun. Hakekat hidup ini bukanlah jumlah usia tapi amal-amal yang berkualitas yang dilakukan selama hidup, apalah artinya umur panjang tetapi lebih banyak maksiat daripada pahalanya. Biarlah hidup pendek tapi bisa mengukir sejarag gemilang. Idealnya memang berumur panjang dan banyak kebaikan, yang sangat buruk adalah orang yang umurnya pendek tapi kejahatannya menumpuk, Buya Hamka pernah berkata,”Hidup bukanlah diukur dari jumlah usia, sehari Srigala hidup di hutan seribu tahun hitungan domba”.

Bulan ini adalah bulan panen bagi abid [ahli ibadah] untuk mengisi kekurangan dan menambah amal-amal di kemudian hari dengan berbagai rangkaian ibadah Ramadhan sehingga peluang ini digunakan seoptimal mungkin oleh orang-orang yang cerdas. Sebab bulan Ramadhan hanya sekali dalam setahun,”Seandainya umatku tahu keutamaan bulan Ramadhan tentu mereka akan meminta agar seluruh bulan ini Ramadhan”[Hadits].

Dari ibadah yang dilakukan seorang hamba, akan mendapat pahala dari Allah dan diukur sebagai ibadah bila niatnya ikhlas hanya semata-mata termotivasi untuk beribadah kepada Allah saja. Tidak dipaksa dan tidak terpaksa oleh siapapun. Bukan karena atasan, bukan karena mertua dan tetangga,”Tidak Aku perintahkan mereka beribadah kepada Allah selain mengikhlaskan amal-amal itu dalam agama ini” [98;5]. Kegiatan hamba akan bernilai pahala bila aktivitas itu mengacu kepada tuntunan yang ditunjukkan oleh sistim yang diturunkan Allah dan Rasul-Nya, ”Ittibaur rasul” tidak melaksanakan ibadah tanpa aturannya,”Barangsiapa yang beribadah tidak sesuai dengan apa yang kami ajarkan maka tertolak”[hadits], inilah yang disebut dengan bid’ah, yaitu mengada-adakan ibadah yang tidak diajarkan oleh Rasul. Kerja kita akan bernilai pahala bila tujuannya tiada lain mencari ridha Allah. Bila sandaran ibadah mencari ridha yang lain maka akan bernilai nihil ”Barangsiapa mencari pahala akhirat maka dia akan mendapatkan dunia, barangsiapa yang semata-mata mencari dunia maka dia tidak akan mendapatkan pahala akherat” [Al Ghazali].


Ibadah yang dilakukan seorang hamba karena dua hal;
1. Disebabkan rasa syukur yang mendalam karena banyaknya nikmat yang diberikan Allah. Bahkan jika dihitung-hitung jumlah nikmat itu maka manusia tidak mampu untuk mengkalkulasikannya sejak dari tidur sampai tidur kembali, apalagi sejak lahir hingga wafat [16;18]

2. Pengabdian kita kepada Allah selain rasa syukur juga ujud rasa kagum atas keagungan Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya termasuk menciptakan diri manusia dengan fasilitas yang luar biasa [7;54], wajar bila seorang sufi berkata,”Barangsiapa yang mengetahui eksistensi dirinya niscaya dia mengenal siapa Tuhannya”.

Namun praktek ibadah itu tidak semuanya diterima Alah sebagai ibadah yang akan dinilai dengan pahala bila telah menyimpang dari niat. Jauh dari mencontoh Rasulullah dan tujuannya bukan karena mencari ridha Allah ” Betapa banyak orang yang melakukan amal besar tapi pahalanya kecil karena salah niatnya dan tidak sedikit pula orang yang beramal kecil tapi pahalanya besar karena benar niatnya” [Ulama Salaf], inilah yang disebut dengan fatamorgana. Disangka ibadah yang dilakukan di dunia dapat banyak pahala sebagai imbalannya tapi setelah berada di akherat hilang sama sekali,”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membatalkan sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti hati orang seperti halnya orang yang memberikan hartanya karena ria kepada manusia”[2;264].

Seorang musafir sudah dua hari dia menyusuri padang pasir dalam melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Rasa lapar bisa dia tahan tapi dikala haus sulit sekali mengendalikannya. Diantara kelelahannya itu dari kejauhan nampak olehnya sebuah oase yang penuh berisi air sehingga meningkatkan kembali semangat juangnya untuk melakukan perjalanan. Penuh harap terbersit di hatinya agar cepat sampai di lembah yang berair itu, tapi rasa takut dan khawatirpun hinggap di hatinya seandainya dia tidak mampu melanjutkan perjalanan. Dia usahakan sekuat tenaga dan kemampuannya, tempat dimaksud sudah dekat, tanda lokasi serumpun batang kurma jadi pedomannya. Tapi alangkah terkejutnya dikala sampai di tempat itu, disini tidak ada ada air sedikitpun, dia mengeluh, kesabarannya hampir lenyap.

Diantara kekecewaannya itu, dia melihat sebuah lembah yang penuh dengan air, persis sebagaimana pemandangan yang pertama tadi, ketika dituju, hal itu hilang dari pandangannya, itulah fatamorgana. Hanya sebuah pemandangan menurut prasangka dan imajinasi seseorang tapi realitanya tidak ada, kita khawatir demikian pula nanti ibadah puasa yang kita ukir dari malam ke malam dengan berbagai kegiatan. Dikira mendapat pahala, tapi di akherat tidak satupun kebaikan yang bisa kita terima bahkan berubah menjadi bencana, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 121220

Renungan Hari Ke 17 Ramadhan

HAMBA YANG MENCINTAI ALLAH

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Semarak Ramadhan masuk pada hari ketujuh belas biasanya diikuti dengan kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur'an yang kita kenal dengan MTQ. Kegiatan ini diberbagai mushalla, surau dan masjid dengan berbagai lomba, selain tilawah Qur'an juga ada yang disebut dengan syahril Qur'an, lomba pidato dan cerdas cermat. Semua ini dalam rangka menyambut puncak acara Nuzulul Qur'an yaitu turunnya Al Qur'an dengan menggelar Tabligh Akbar mengundang penceramah kondang.

Banyak hal positif diadakannya MTQ, selain menjalin silaturahim antar surau dan masjid tingkat Jorong, Nagari, Kecamatan dan Kabupaten. MTQ juga ajang adu kemampuan dengan berbagai macam lomba. MTQ mendidik anak-anak dan remaja kita ikut bertanggungjawab terhadap kegiatan yang diadakan, menjadikan mereka sebagai peserta yang harus santun dan sopan karena mereka adalah utusan kafilah yang membawa nama baik kontingennya.

salah satu kewajiban seorang muslim adalah membaca Al Qur'an, bahkan Ibnu Taimiyah menyebutkan,"Barangsiapa yang beriman tapi tidak membaca, tidak mengkaji dan tidak menamalkan Al Qur'an, berarti dia mencampakkan Al Qur'an", Al Qur'an harus menjadi kajian dan amalan sehari-hari bagi muslim, bukan sebatas Musabaqah Tilawatil Qur'an saja tapi harus juga ada semangat untuk mengadakan Musabaqah Amalul Qur'an yaitu perlombaan untuk mengamalkan Al Qur'an, salah satu hamba yang mencintai Allah adalah orang yang mau menjadikan Al Qur'an sebagai bacaan, kajian dan amalannya.


Kehadiran manusia di dunia ini seharusnya membawa misi yaitu rahmat bagi seluruh alam dengan menegakkan nilai-nilai tauhid melalui panji kebenaran yaitu kalimat ”Laa ilaaha illallah” yang biasa kita artikan dengan ”Tidak ada Tuhan selain Allah” pengertian ini benar tapi ini baru satu makna yang terkandung dalam kalimat syahadat, arti lain berbunyi,”Laa Mahbuuba Illallah” artinya tidak ada yang dicintai kecuali Allah Swt.

Allah telah mengajarkan kepada ummatnya bagaimana memposisikan cinta dalam kehidupan ini agar tidak salah menempatkannya di ladang haram sehingga dapat merusak aqidah, ibadah dan seluruh asfek keimanan dalam ajaran islam. Dalam surat At Taubah 9;24 Allah telah menggariskan kepada ummatnya prioritas cinta dalam kehidupan mukmin dalam rangka untuk menjaga eksistensi iman dengan landasan aqidah tauhid 

’’Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Pada ayat ini Allah mengajarkan kepada manusia khususnya orang-orang yang beriman agar meletakkan posisi cinta itu pada peringkat paling atas adalah cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul-Nya dan cinta kepada berjihad membela agama-Nya mengalahkan cinta kepada yang lainnya. Bukan kita menafikan cinta kepada yang lainnya. Allah sendiri menyatakan bahwa kecendrungan cinta manusia itu selain yang tiga diatas, agar selamat hidup ini diarahkan prioritas cinta hamba kepada tiga hal, yang lainnya pada peringkat di bawah itu, bila terbalik maka kualitas ummat ini sama dengan orang-orang fasiq, mengerti tapi tidak mau untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Cinta kepada bapak-bapak, anak-anak dan saudara-saudara direfleksikan melalui ujud ukhuwah islamiyah agar terujud kehidupan yang harmonis, saling membimbing dan mengarahkan kepada kebaikan. Cinta kepada isteri dan keluaraga memotivasi kita untuk punya mas’uliyah yaitu jiwa tanggungjawab mengarahkan mereka menjadi hamba-hamba yang berbakti hanya kepada Allah.

Bila bapak, anak dan saudara tidak satu aqidah dengan kita bahkan mereka bukanlah saudara kita, nabi Ibrahim harus berpisah dengan bapaknya karena sang bapak arsitek penyembahan kepada berhala, nabi Nuh dengan rela membiarkan anaknya hanyut ditelan air bah sebab tidak mau mengikuti ajakan dan ajaannya dan nabi Muhammad harus melepas kepergian Abu Thalib mengakhiri kehidupannya dalam keadaan kafir lantaran dia menolak untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Isteri dan keluargapun banyak kasus harus berseberangan dengan orang-orang yang mencintainya ketika hidayah dan iman tidak dapat dipaterikan, sebagaimana nabi Luth yang rela meninggalkan isterinya terbenam menerima la’nat Allah karena kekafirannya, nyata memang historis mengajarkan kepada kita bahwa iman itu adalah hidayah yang tidak dapat dihadiahkan kepada siapapun.

Cinta kepada harta kekayaan, perniagaan dan tempat tinggal merupakan sarana agar dapat dimanfaatkan untuk merealisasikan tujuan cinta yang lebih besar dari itu yaitu cinta kepada Allah, Rasul dan Jihad. Bila hamba benar-benar mencintai Khaliqnys maka cinta itu tidaklahlah bertepuk sebelah tangan, akan diresfon oleh Allah dengan kecintaa yang luar biasa bahkan dikasihi dan diampuni dosa-soda hamba-Nya itu, semua itu diikuti pula dengan mengikuti; sunnah nabi-Nya yaitu Muhammad Saw; • ”Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),”[Ali Imran 3;31]

Cinta kepada Allah sebagai Ilah adalah fithrah manusai beriman sebagaimana orang-orang kafirpun menaruh cinta yang mendalam kepada sembahannya padahal sembahan mereka itu adalah bathil yang berujung kepada kesesatan dan kesia-siaan, apalagi seorang mukmin yang telah meletakkan posisi cintanya secara proporsional, tentu lebih mencintai Allah atas segalanya;

”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”[Al Baqarah 2;165]

Balasan cinta hamba kepada Allah diterangkan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim;”Apabila Allah mencintai seorang hamba maka memanggil Jibril dan memberitahu kepadanya bahwasanya Allah mencintai Fulan, maka cintalah kamu kepadanya. Kemudian diserukan kepada semua panghuni langit; sungguh Allah mencintai Fulan, maka hendaklah kamu semua mencintainya. Kemudian setelah dicintai penduduk langit kemudian diterima penduduk bumi”.

Pejuang aqidah dan mujahid da’wah seharusnya memberikan contoh kepada ummat ini agar sikap mereka memang aplikasi dari cintanya kepada Allah melalui amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana para nabi dan rasul, serta shalafus shaleh benar-benar nampak dalam tindakan mereka ujud dari Mahabbatullah [mencintai Allah] melalui amal yaum [amal harian] seperti qiyamul lain [tahajud], shoum [puasa], qira’atil qur’an [membaca al Qur’an], zikir, maiyatulah [merasakan kesertaan Allah], murawabatullah [merasa dekap dengan Allah ] serta peningkatan ruhani yang berkualitas.

Seorang sufi wanita yang bernama Rabi’ah Al Adawiyah dalam munajadnya kepada Allah dia menuturkan kalimat cinta dengan deraian air mata,”Ya Rabbi seandainya aku beribadah karena mengharapkan jannah-Mu maka jauhkanlah syurga itu dariku, bila aku beribadah karena takut dengan neraka-Mu maka masukkanlah aku ke dalamnya, namun bila aku beribadah karena cintaku pada-Mu, maka janganlah Kau sia-siakan aku”.

Bila orang-orang beriman tidak lagi iltizam [komitmen] terhadap Islam bahkan sikap mereka bertolak belakang dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya seperti murtad dari semua asfek islam atau secara parsial mengamalkan syariat ini, tidak lagi mencintai Allah, berlaku kasar kepada sesama muslim, bersahabat dengan orang-orang kafir, telah meninggalkan jihad serta takut dengan provokasi yang menyesatkan padahal berada pada kebenaran, maka tunggulah bahwa ummat ini akan dihancurkan lalu diganti dengan generasi baru sesuai harapan Allah yaitu kaum yang mencintai-Nya.

Mencintai Allah adalah salah satu makna kalimat syahadat, meninggalkan asfek ini berarti kita telah keluar dari syahadat, orang yang telah kelaur dari syahadat secara otomatis tidaklah diakui lagi kemuslimannya, kematian yang menimpanya disaat itu mengantarkannya kepada kehidupan akhir yang menyengsarakan yaitu neraka, masih ada waktu bagi kita yang mengaku muslim untuk muhasabah [evaluasi diri] sejauh mana kalimat syahadat itu telah kita ujudkan dalam mencintai Allah, wallahu a’lam [Solok, 23042001]


Renungan Hari Ke 16 Ramadhan

WAKTU YANG TEPAT MINTA AMPUN

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Syahrul Maghfirah atau bulan ampunan diberikan nama yang indah untuk Ramadhan karena memang Allah membuka peluang bagi hamba-Nya untuk membersihkan diri dan mensucikan jiwa dengan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa yang sudah diperbuat.

Walaupun kini kita masuk pada hari keenam Ramadhan maka kesempatan untuk meraih ampunan Allah masih ada, jangan tunggu waktu lain karena kesempatan yang baik itu adalah pada bulan Ramadhan, banyak waktu yang baik untuk mohon ampun kepada Allah salah satunya adalah pada bulan Ramadhan.



Kegembiraan yang akan dihadapi orang yang puasa ada dua yaitu merasa gembira yang akan dihadapinya yakni ketika Idul Fithri tiba dan ketika menghadap Allah menerima pahala puasanya.

Disamping ada yang gembira ada juga yang berada dalam kekalahan yaitu orang yang tidak mau dan tidak mampu berpuasa tanpa halangan yang dibenarkan syariat, ada-ada saja alasan yang dibuat demi melepaskan kewajiban. Ramadhan disebut juga bulan ampunan karena diluar bulan Ramadhan kita telah melakukan berbagai maksiat, baik yang disengaja ataupun tidak. Mata memandang hal-hal yang tidak layak dilihat, mulut telah berkata-kata ucapan yang tidak terpuji, telinga mendengarkan suara yang tidak layak didengar bagi orang yang beriman, tangan dan kaki serta indra lainnya telah ikut pula terseret dalam kancah kemaksiatan, dosa dan noda.

Segala karat dan daki-daki dosa tadi akan digilas oleh minyak pelumas yang dapat membersihkan dari kotoran bila berpuasa dengan penuh keimanan dan perhitungan yang diiringi dengan taubat dan munajad kepada-Nya, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan perhitungan maka akan dihapuskan dosanya yang lalu”.

Kesempatan yang baik untuk bermohon ampun atas segala kesalahan kepada Allah yaitu di bulan Ramadhan, bukan berarti dibulan lainn tidak baik untuk mohon ampun, sebab Ramadhan merupakan salah satu waktu-waktu yang tepat untuk dikabulkan Allah segala permohonan yang mau bermohon ampun kepada-Nya.
Dibulan ini akan dibuka pintu syurga artinya bukan berarti selama diluar bulan Ramadhan pintu syurga ditutup, namun kesempatan untuk melakukan kebaikan sangat banyak, bila bulan Ramadhan diisi dengan berbagai ibadah dan amaliyah berarti telah membuka pintu syurga, tetapi sebaliknya kalau bulan ini dibiarkan berlalu tanpa kesan sama sekali berarti kita telah menutup pintu syurga.

Pintu neraka pada bulan ini ditutup, bukan berarti diluar Ramadhan neraka dibuka lebar-lebar, akan tetapi kesempatan untuk melakukan dosa sangat kecil. Kalau kita sibuk dengan amal ibadah lalu tidak ada waktu untuk melakukan perbuatan dosa serta meninggalkan segala yang menyeret kepada dosa berarti kita telah menutup pintu neraka.

Jadi tergantung kepada manusianya, apakah akan membuka pintu syurga atau menutupnya, apakah akan menutup pintu neraka atau akan membukanya, atau apakah akan membelenggu syaithan atau akan membiarkan syaitan berkeliaran, terserah kepada manusia.

Kesempatan luas terbuka bagi kita untuk menyucikan jiwa dari kotoran-kotoran dosa dan karat-karat kejahatan, namun dosa yang diampuni di bulan Ramadhan menurut hadits Rasul itu bukanlah dosa besar tapi dosa-dosa kecil. Dosa berjudi, berzina, mabuk-mabukan, menikmati narkoba, mencuri atau dosa-dosa besar lainnya tidak akan bisa diampuni hanya dengan puasa Ramadhan, dia harus bertaubat, mohon ampun dengan sungguh-sungguh kepada Allah, Rasulullah mengatakan,”Bagi seorang mukmin dosa kecil yang dia lakukan ibarat sebuah gunung yang akan menghantamnya, sedangkan bagi orang munafiq dosa besar yang dia lakukan, ibarat lalat yang hinggap dimukanya dengan mudah dia tepis”.

Dosa kecil bisa jadi besar apabila dilakukan dengan rutin dan maraton, terus menerus, percikan api bila dikumpulkan bisa membakar sebuah rumah, tetesan air bila terus menerus akan mendatangkan banjir. Yang jelas dalam bulan ini ada kesempatan bagi kita untuk memohon ampun kepada orang yang telah kita lakukan kesalahan kepadanya, mungkin pimpinan kita atau bawahan kita, suami/isteri, anak atau orangtua, tidaklah bijaksana bila kesalahan yang dilakukan lalu dihapuskan dengan menanti hari raya, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 18 Desember 2000]

Rabu, 06 Juni 2012

Renungan Hari Ke 15 Ramadhan

PENGARUH RASUL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Kalaulah udara cerah, cuaca baik, hujan telah reda, angin sepoi-sepoi menghembus malam hari dapat dipastikan akan nampak rembulan di atas kepala kita menandakan bulan purnama sedang terjadi, artinya sudah separuh perjalanan bulan hijriyah berlalu, begitu juga dengan Ramadhan, kini bulan purnama itu menghiasi langit yang cerah, udara yang sepoi-sepoi, semua akan ditingkahi oleh umat Islam hilir mudik dengan aktivitas masjid, ada yang tarawih dan tadarus walaupun aktivitas itu sudah mulai minim dilakukan karena orang sudah berfikir bagaimana mempersiapkan kue, baju baru dan peralatan rumah yang serba baru, malam hari pasar-pasarpun sudah mulai ramai dengan bazar dan paser murahnya.

Bulan pernama menerangi bumi meredupkan cahaya bintang sekian juta jumlahnya bahkan menurut penelitian bintang yang sebenarnya tidak ada lagi di tempat, sudah berada di tempat lain, sedang yang nampak itu adalah cahayanya saja, hal itu karena demikian jauhnya jarak antara bumi dengan bintang itu. Kehadiran Nabi Muhammad di dunia ini ibarat bulan purnama yang menerangi dunia ini, tak satupun tempat yang tidak kena cahayanya, cahaya dakwah Rasul akan mempengaruhi manusia di dunia apalagi mereka yang mendapat hidayah untuk memeluk agama ini.


Sebelum lahirnya seorang rasul khususnya Muhammad Saw sudah diinformasikan melalui kitab-kitab terdahulu seperti Zabur, Taurat dan Injil sehingga dari sekian golongan dan kaum terutama Yahudi dan Nasrani menanti-nanti kehadiran nabi ini, mereka berharap nabi terakhir ini dari kalangan mereka bukan dari kalangan bangsa lain, tapi Allah punya rekayasa lain bahwa nabi yang ditunggu-tunggu itu muncul dari bangsa yang selama ini mereka anggap hina dan tidak berperadaban yaitu bangsa Arab dari suku Quraisy. Begitu mereka ketahui, kontan saja orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak konsisten dengan seruan Taurat dan Zabur menolak dengan mengingkarinya.

Sifat-Sifat Rasul
Rasulullah Muhammad memiliki sifat-sifat istimewa yang hanya diberikan kepada beliau saja selain sifat-sifat manusiawi sebagaimana layaknya seorang hamba, rasul secara umum mempunyai sifat-sifat seperti;

Pertama, mereka adalah manusia biasa [17;93] yang memerlukan makan, minum, beristeri, ditimpa sehat dan sakit sebagaimana manusia lainnya.Mengapa rasul dari golongan manusia dan bukan dari malaikat saja;
a. Allah tidak mengutus rasul dari malaikat karena malaikat tidak berjalan di muka bumi dengan tenang seperti manusia, sebab mereka diciptakan bukan untuk menghuni bumi ;17;94]
b. Allah tidak mengutus rasul dari kalangan malaikat karena malaikat apabila turun ke bumi harus berbentuk manusia, setelah itu manusai tidak dapat membedakan antara malaikat dan manusia biasa [6;9]
c. Seandainya rasul itu malaikat dan bukan manusia, hal itu tidak dapat diutus hanya untuk menyampaikan, tapi ia tinggal bersama manusia untuk mendidik dan menuntun mereka, menjadi suri tauladan bagi manusia [33;21]


Kedua, semua rasul adalah ma’shum, tidak pernah bersalah dalam menyampaikan risalah dari Allah. Yang dimaksud dengan ma’shum adalah bahwa mereka tidak meninggalkan kewajiban, tidak mengerjakan hal-hal yang haram dan tidak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, Allah menjelaskan dalam surat Ali Imran 3;161
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa para rasul tersebut melakukan kesalahan yang berhubungan dengan ijtihad [pendapat] pribadinya yang tidak ada sangkut pautnya dengan wahyu. Seperti cemberutnya Rasulullah ketika datang Ummi Makhtum yang menanyakan islam kepada beliau [80;1-7] atau ijtihaj Rasulullah dalam strategi perang Badr dan perang Khandaq serta tentang tawanan perang Badr [8;67-69]

Ketiga, hadirnya rasul di tengah-tengah ummat ini sebagai suri tauladan dengan sifat-sifat mulia dalam kehidupan sehari-hari, tingkahlaku, perkataan dan perbuatan, seperti;
a. Tauladan dalam kesabaran dan dalam keteguhan memegang prinsip, ketika beliau ditawari tiga ta, harta, tahta dan wanita.
b. Tauladan dalam kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan dienullah [6;34].
c. Tauladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim yaitu asfek ukhuwah islamiyyah [59;9]
d. Teladan dalam setiap akhlak/ moral yang mulia, sebelum beliau sampaikan kepada orang lain maka beliau orang pertama yang menerapkannya [33;21]

Rasul-rasul Ulul Azmi
Dari sekian rasul yang diutus Allah terdapat beberaa rasul yang punya kelebihan dari segi ketabahan dan kesabaran. Ulul azmi menurut bahasa artinya yang memiliki kemauan keras, yang dimaksud adalah para rasul yang memiliki kesabaran yang sangat tinggi, mereka itu adalah;
1. Nabi Nuh yang diperlakukan oleh kaumnya dengan tidak baik bahkan sampai anaknya sendiripun enggan mengikuti agama tauhid yang disampaikannya.
2. Nabi Ibrahim harus menerima hukuman dengan dibakar hidup-hidup oleh raja Namrudz, selain itu dia diuji Allah untuk menyembelih anaknya, semua itu membuktikan bagaimana tegarnya iman beliau.
3. Nabi Musa sebagai musuh bebuyutan Fir’aun akhirnya selamat dan menaklukkan raja biadab itu.
4. Beliau adalah Nabi Muhammad Saw, dengan segala bentuk ujian dan fitnah beliau terima sejak dari pengejaran, caci maki bahkan nyaris nyawa melayang.

Akan tetapi para nabi tersebut mampu bertahan, tidak surut sedikitpun langkahnya menghadapi berbagai ujian itu, begkitu ditempa dan diterpa musibah semakin kokoh imannya dan semakin memuncak semangat dan kemauan mereka,

Pengaruh Rasul Dalam Kehidupan Manusia
Para rasul adalah manusia yang paling berpengaruh secara historis dalam sejarah kemanusiaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;

Pertama, mereka tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, akan tetapi berdasarkan wahyu [53;1-4] oleh karena itu apa yang mereka serukan berupa prinsif, falsafah hidup dan moral tidak terpengaruh oleh pendapat dan maslahat pribadi serta kelemahan manusia.

Kedua, mereka memecahkan problem dengan metode yang shamil [menyeluruh] bukan secara juz’i [parsial], sehingga problem itu dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan wahyu Allah.

Ketiga, pemecahan problem yang dikemukakan para rasul adalah sistim, metode amaliah [realita] yang ditunjukkan oleh Zat Yang Mengetahui segala sesuatu tentang jiwa dan masyarakat manusia dan mengetahui jalan yang benar untuk kehidupan manusia.

Keempat, mereka adalah tauladan hidup, yang tercermin dalam ajaran-ajaran moral dan keyakinan yang mereka serukan, sehingga wajar bila Aisyah saat ditanya tentang Rasul, dia menjawab,”Akhlak rasul itu adalah Al Qur’an”.

Kelima, mereka lansung terjun bercampur baur dengan mengajak menyeru dan mendidik pengikutnya sehingga ajakan itu masuk ke dalam jiwa melalui figur yang tampil di tengah-tengah mereka. Walaupun dizaman sekarang, dengan mempelajari sirah Rasul kita merasakan kalau rasul itu berada di hadapan kita, sebab teladan tidak akan pudar walaupun pribadi orangnya telah tiada.

Keenam, dalam memperbaiki kehidupan manusia dan meluruskan jiwanya, para rasul menggunakan metode yang agung seperti, mengikat hati manusia kepada Allah Swt, sehingga timbul perasaan takut dan tunduk kepada Allah, selain itu beliaupun menghubungkan kehidupan dunia dan kehidupan akherat 28;77

Walaupun beliau telah tiada dalam panggung kehidupan manusia sekarang ini tapi kita tetap merasakan seolah-olah beliau hidup dihadapan ummat ini, ikut serta membimbing dan mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik, beliau pernah bersabda,”Beruntunglah orang-orang yang melihatku dan dia beriman kepadaku, berbahagialah, berbahagialah, berbahagialah bagi orang-orang yang tidak pernah melihatku tapi mereka beriman kepadaku”

Artinya untuk mencapai dan meraih simpati Rasulullah tidak terletak karena interaksi kita dengan beliau secara lansung, tapi interaksi melalui ajaran dan sunnhanya juga dapat meraih simpati dan syafaat beliau. Walau banyak keuntungan yang diterima oleh orang-orang yang hidup bersama beliau secara lansung dahulu melalui pergaulan sehari-hari tapi peluang kebaikan itu tidak tertutup hingga kini dengan mengamalkan sunnahnya, pengaruh itulah yang menjadikan seorang muslim siap mengorbankan apa saja dengan dienullah ini karena pengaruh ajaran yang dibawa rasulnya, wallahu a’lam [Solok, 30072000]


Renungan Hari Ke 14 Ramadhan

RAMADHAN SYAHRUL FATH

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Hampir separuh Ramadhan berlalu, empat belas hari bukanlah waktu yang singkat untuk membimbing dan mentraining para shaimin yaitu orang yang berpuasa untuk jadi hamba yang taat hingga mencapai derajat taqwa, masihkah kita bersemangat sebagaimana minggu pertama kita masuki, adakah puasa kita mencerminkan orang yang berpuasa, yaitu meninggalkan pekerjaan yang sia-sia, selain menggugurkan pahala puasa juga menghabiskan waktu saja.

Waktu yang tersisa pada usia manusia itu seharuskan digukana untuk tiga hal agar waktu itu bermanfaat, kita harus mengisi waktu kita dengan peningkatan iman, amal shaleh dan menyampaikan wasiat kebenaran serta kesabaran, bila tiga agenda tersebut tidak dilakukan maka waktu kita sia-sia sehingga mendapat titel ummat yang merugi. Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

Kebagusan Islam seseorang bertingkat-tingkat. Cukuplah seseorang berpredikat bagus Islamnya jika telah melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Dan puncak kebagusannya jika sampai derajat ihsan. Besarnya pahala dan tingginya kemuliaan seseorang sesuai dengan kadar kebagusan Islamnya. Sesuatu yang penting adalah sesuatu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Standar manfaat diukur oleh syariat, karena sudah maklum bahwa yang diperintahkan oleh syariat pasti membawa manfaat dan yang dilarang pasti menimbulkan mudharat oleh karena itu upaya untuk paham syariat adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Menjadi kewajiban seseorang demi kebagusan Islamnya untuk meninggalkan semua yang tidak penting karena semua aktivitas hamba akan dicatat dan celakalah seseorang yang memenuhi catatannya dengan sesuatu yang tidak penting, termasuk di dalamnya adalah semua bentuk kemaksiatan.

Begitu banyaknya aktivitas kita yang tidak bermanfaat dalam kehidupan ini sehingga waktu kita habis dengan percuma dan sia-sia, menyaksikan televisi hingga larut malam padahal ada pekerjaan lain yang lebih bermanfaat seperti membaca buku-buku berkualitas, memberikan pendidikan dan da;wah kepada masyarakat ataupun kepada keluarga. Sejak dari pagi hari hingga sore kita banyak menyaksikan masyarakat yang masih duduk-duduk di warung kopi sambil mengobrol hal-hal yang tidak ada manfaatnya, padahal banyak lahan ladang dan sawah yang dapat digarap untuk menghasilkan rezeki memadai untuk keluarga, malam harinya juga begitu, warung kopi selalu ramai dikunjungi hingga larut malam, padahal masjid dan surau sebagai tempat beribadah dan menimba ilmu agama kosong dari manusia.

Betapa banyaknya waktu kita terbuang percuma hanya untuk jalan-jalan di pasar, belanja ke super market atau mall, pelesiran tahun baru atau saat lebaran selain menghabiskan anggaran juga waktu yang hilang tidak ada maknanya. Kita selalu mengeluhkan kalau ummat islam tidak punya uang untuk biaya hidup, tidak ada dana untuk menyekolahkan anak, tapi saat lebaran menjelang begitu banyak uang yang terbuang untuk mudik setiap tahun yang membutuhkan dana tidak sedikit, setahun kita habiskan waktu, tenaga dan memeras keringat di rantau, lalu kita habiskan hanya dalam sepuluh hari Idul Fithri, setelah itu kita bergelut lagi dengan hidup yang serba kekurangan. Topik renungan kita hari ini adalah Ramadhan syahrul fath yaitu bulan kemenangan.


Ramadhan adalah bulan yang penuh kegembiraan, pada bulan ini akan nampak syiar Islam, berbagai aktivitas ummat yang tidak dilakukan di bulan selain Ramadhan digiatkan kembali. Dimulai dari shalat tarawih, tilawah qur’an dan pengajian-pengajian. Kesemuanya itu sebagai sarana untuk menambah amaliyyah ibadah dan merangsang kepada kebaikan.

Ramadhan berfungsi untuk menempa iman karena di dalam bulan ini segala kebiasaan buruk dihindarkan sehingga iman yang tadinya lesu bangkit kembali. Dengan puasa manusia juga dituntut untuk menanamkan keikhlasan sebab manusia lain tidak tahu apakah seseorang puasa atau tidak, hanya Allahlah yang tahu tentang keadaan orang yang berpuasa. Untuk mencapai jalan kebaikan maka bulan Ramadhan terbentang luas dengan segala sarana yang ada sejak dari infaq, sedekah, zakat maupun menyantuni orang yang berhak disantuni.

Dengan datangnya Ramadhan mampu mempersatukan masyarakat Islam karena semua ummat merasakan hal yang sama yaitu lapar dan dahaga. Puasa melatih kesabaran manusia dari segala derita lapar, sengsara haus dan beratnya ibadah yang diwajibkan. Ramadhan juga berfungsi menjadikan jiwa yang berpuasa jadi optimis yaitu amalnya akan diterima Allah, do’anya akan terkabul. Setelah Ramadhan berakhir hidup baru akan dihadapi sebagaimana bayi yang baru lahir, kembali kepada fithrah.

Orang yang melakukan puasa dengan baik akan memperoleh beberapa keberuntungan baik di dunia maupun di akherat. Bahkan di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qadar 97;1-5,”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al Qur’an] pada malam kemuliaan, dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat –malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati, Allah memerintahkan berpuasa di dalamnya. Dibukakan untukmu segala pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka dibelenggu segala syaitan. Didalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kebajikan pada malam itu berarti ia telah diharamkan segala berkah”.

Bulan ini disebut juga dengan Syahrul Fath atau bulan kemanangan karena bulan ini sejarah mencatat, banyak kemanangan yang telah diraih oleh orang-orang yang beriman kepada Allah. Dizaman Nabi Muhammad seperti peperangan Badar, Hunain, Tabuk, Mu’tah dan Fathul Makkah terjadi di bulan Ramadhan dan kemenanganpun diraih.

Pada para nabi sebelumnya terjadi hal serupa; Nabi Adam As betemu dengan Siti Hawa setelah sekian lama berpisah saat diturunkan dari syurga. Nabi Nuh terbebas dari bahaya bah akibat kedurhakaan ummatnya. Nabi Musa selama dari kejaran Fir’aun lalu kehancuran raja zhalim itu. Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api raja Namrud, semua itu terjadi di bulan Ramadhan, bangsa Indonesiapun mencatat sejarah, kemerdekaan Republik Indonesia ini diproklamirkan Soekarno dan Hatta terjadi bulan Ramadhan yang bersamaan dengan tanggal 17 Agustus 1945. Banyak peristiwa besar yang dialami manusia yang terjadi dibulan ini sehingga layak bulan ini disebut Syahrul Fath, yaitu bulan Kemenangan.

Kemenangan besar akan diraih dengan puasa Ramadhan ialah taqwa bagi mereka yang mau dan mampu menunaikan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, wallahu a’lam. [Harian Mimbar Minang, 28/11-2000]

Renungan Hari Ke 13 Ramadhan

MANUSIA DAN BEKAL HIDUPNYA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Bagi orang yang beriman, shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan minimal lima waktu sehari semalam, yang kemudian bagi yang punya keinginan untuk menambah pahala, meraih simpati dan kedekatan dengan Allah dapat pula melakukan shalat sunnah, bila dikerjakan mendapatkan pahala dan bila tidak dikerjakan tidak apa-apa, shalat sunnah sering dikerjakan oleh orang-orang yang sudah faham tentang hikmah dan fadhilah dari shalat sunnah itu, seperti shalat sunnah fajar ternyata luar biasa pahala yang didapat bila dilakukan oleh seorang mukmin.

Shalat fajar yaitu shalat sunnah sebelum subuh-merupakan shalat sunnah yang paling banyak pahalanya dibandingkan shalat sunnah lainnya. Rasulullah mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, "Dua rakaat fajar [shalat sunnah sebelum subuh] lebih baik dari dunia dan isinya" [HR. Muslim].

Dunia-seluruh dunia- segala isinya mulai dari bentuk harta benda, harta simpanan, kedudukan, usaha, segala yang menggiurkan dan menyenangkan, tidak akan sampai nilainya sebesar shalat sunnah fajar dua rakaat. Ini baru keutamaan shalat sunnah fajar, dari Aisyah dikatakan bahwa,"Tidak ada shalat sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah selain shalat sunnah sebelum subuh" [HR.Bukhari].

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahkan ketika melakukan perjalanan Rasulullah tidak mengerjakan shalat sunnah, baik yang dikerjakan sebelum shalat fardhu maupun sesudahnya, kecuali shalat sunnah subuh, beliau bersabda,"Janganlah meninggalkan shalat sunnah subuh walaupun kalian dikejar pasukan musuh"[HR. Abu Daud dan Ahmad].

Begitu besarnya pahala shalat sunnah subuh dengan imbalan yang luar biasa, apalagi melakukan shalat subuhnya, sedangkan yang sunahnya saja begitu besar balasan tentu yang wajib lebih dari itu, tapi tak semua orang yang mau merebutnya, walaupun puasa tetap dilakukan.

Memasuki Ramadhan hari ketigabelas ini semakin sedikit jamaah masjid terutama untuk shalat fajar dan subuh dikarenakan berbagai hal, dingin yang mencekam, ngantuk yang bergelayut atau masjid yang jauh dari rumah, beruntunglah bagi mereka yang bisa mengatasi tiga hal itu sehingga dapat melaksanakan shalat fajar dan shalat subuh pagi ini.


Ketika Nabi Adam As diturunkan Allah ke dunia ini sebagai Khalifah Allah untuk memakmurkan dunia dengan segala isinya untuk menerapkan nilai-nilai tauhid dalam seluruh asfek kehidupannya, sejak dari anak cucunya sampai akhir zaman. Sepanjang sejarah kehidupan manusia sejak dari lahir hingga alam akherat dapat diidentikasi tentang keberhasilannya sebagai hamba dan khalifah Allah.

Ada yang mampu mencapai keberhasilan dengan bahagia di dunia tapi gagal di akherat karena seluruh fasilitas hidup yang diberikan kepadanya tidak mampu difungsikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Sebagian manusia ada yang hidupnya di dunia dapat dikatakan hina dipandangan manusia karena tidak punya fasilitas yang diharapkan tapi mereka mulia di akherat sebab pengabdiannya kepada Allah tidak diragukan.

Ada yang mampu meraih bahagia di dunia tapi juga bahagia di akherat, orang ini mampu meraih dua dimensi alam sekaligus karena menjadikan ladang dunia untuk mencapai kampung baqa di akherat, inilah idealnya seorang mukmin, namun tidak sedikit pula manusia yang hina di dunia dan sengsara pula diakherat, seluruh kegagalan dialaminya, sangat prihatin dan menyedihkan posisi orang ini.

Dari empat kriteria manusia diatas maka beruntunglah orang yang dapat meraih keberhasilan dunia dan akherat, paling tidak sebagai muslim kita mampu meraih bahagia di akherat walaupun derita dan kesengsaraan kita rasakan, karena memang kehidupan yang sebenarnya kehidupan adalah akherat bukan dunia, dunia hanya tempat singgah sementara bagi manusia.

Kehadiran manusia di dunia ini tidaklah dibiarkan demikian saja tapi dibekali dengan perlengkapan hidup dan modal untuk menggarap alam ini dengan ikhtiar masing-masing, Allah menciptakan manusia dan Dia mengetahui maslahat dan kebutuhannya, semua itu sebagai modal dasar hadirnya manusia, untuk saling berlomba-lomba mencari keberhasilan dengan prestasi masing-masing, memang Allah tidak menuntut keberhasilan kita, tapi yang dituntut adalah usaha maksimal kita dalam usaha dan bekerja, inilah bekal manusia yang iberikan Allah;

Pertama, Allah menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. Dia menciptakan untuknya akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas-tugas dan menjadi kewajibannya berupaya memakmurkan bumi sebagai khalifah.

Dengan jasad yang kuat akal yang cerdas manusia dituntut untuk berbuat dan beramal untuk kemaslahatan dirinya dan masyarakat bahkan bumi keseluruhan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah berfirman dalam surat Al A’raf 7;42

”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

Kedua, Allah memberikan bekal kepada manusia dengan diciptakan-Nya ruh yang membutuhkan petunjuk dan hidayah, agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan akherat, karena manusia disebut sebagai manusia bukanlah karena jasadnya tapi karena ruhnya yang terpimpin oleh petunjuk Allah.

Ketiga, perangkat jasad, akal dan ruh saja tidaklah cukup maka kemudian Allah menanggung dan memenuhi seluruh kebutuhan manusia, karena memang manusia tidak memiliki sesuatupun;

”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”[Fushilat 41;10]


” Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.’[Saba’ 35;13]

Keempat, untuk kehidupan manusia di bumi ini perlu adanya rezeki dan Allah menjamin rezeki manusia dan menjadikannya mudah untuk didapat di atas bumi ini. Tidak ada seharusnya bagi seorang muslim rasa was-was dan khawatir tentang rezekinya, yang penting mau berusaha, sedangkan ulat di dalam batu saja selalu diberikan rezeki oleh Allah yang tidak putus-putusnya. Bila Allah menentukan jumlah manusia di dunia ini tiga milyat, tentu Dia menyediakan persediaan rezeki lebih dari itu untuk seumur dunia ini ;

”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan’’[Al Mulk 67;15].

Sebagian orang mengasosiasikan rezeki itu adalah gaji, honor atau hasil usahanya saja yang dapat diukur dengan jumlah materi, semua itu adalah bagian terkecil dari rezeki, makna rezeki itu luas sekali bahkan orang yang tidak punya gaji atau honor dan penghasilan tetap hidup dengan rezeki Allah yang datangnya tidak berpintu.

Kelima, bekal manusia di dunia ini perlu perkembangan dan dinamika hidup sesuai dengan perkembangan masanya, semua itu membutuhkan ilmu pengetahuan. Allah menjamin ilmu pengetahuan yang dibutuhkan akal serta membekali manusia alat dan sarana untuk mendapatkannya,dijelaskan dalam firman Allah surat An Nahl 16;78
” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Keenam, manusia tidak bisa hidup tanpa bimbingan wahyu dan petunjuk-Nya, terlalu banyak penyimpangan yang dilakukan manusia bahkan keluar dari eksistensinya sebagai makhluk Allah ketika tidak mengacu kepada petunjuk Allah. Untuk itulah makanya dikirim nabi dan rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia, yang petunjuk tadi tidak sembarangan orang dapat menerimanya sehingga muncullah golongan kafir, fasiq dan zhalim sebagai ujud pembangkangan mereka terhadap petunjuk Allah itu.

Demikian banyaknya bekal yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengelola, memimpin dan memakmurkan dunia ini dengan segala potensi yang dimiliki, selayaknya manusia tidak mengabaikan nikmat tersebut untuk mencapai keberhasilan hidup di dunia hingga akherat.

Semua nikmat yang telah diberikan Allah diatas adalah bekal hidup manusia, agar selalu berjalan di atas rel kebenaran, agar manusia memanfaatkannya dalam rangka beribadah kepada Allah dalam seluruh asfek kehidupan, wallahu a’lam [Solok, 08012001]

Renungan Hari Ke 12 Ramadhan

MANFAAT IBADAH PUASA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Tanpa ada yang menghalangi, bergerak pasti menuju perjalanan panjang yang harus dilalui, apakah kita suka ataupun tidak Ramadhan telah sampai dihari kesebelas meninggalkan segala kenangan dan kesenangan,kenangan saat beribadah pribadi atau berjamaah dan kesenangan dikala berbuka, Rasulullah menyatakan bahwa ada dua kesenangan yang akan diterima oleh orang yang berpuasa, yaitu saat berbuka puasa dan saat hari raya.

Kita sudah menyaksikan bahwa masjid dan surau sudah mulai meluas dari hari pertama Ramadhan, kelelahan mencari nafkah dan keletihan dalam berpuasa mempengaruhi suasana masjid, remaja dan anak-anak semakin kurang masuk ke masjid untuk shalat tarawih, ditandakan dengan berbunyinya mercon dan dentuman meningkahi "amin" makmun yang sedang shalat. Ustadz yang dinantikan ceramahnya masuk hari kedua sepuluh Ramadhan ini sudah mulai agak jarang dengan berbagai alasan. Semoga memasuki hari berikutnya kita bisa memompa semangat saat hari pertama Ramadhan, apalagi hari selanjutnya lebih banyak imbalan yang dikaruniakan Allah bahkan sepuluh hari kedua ini disebut dengan syahrul maghfirah yaitu bulan ampunan, kita cari ampunan Allah dengan semakin banyak ibadah di bulan Ramadhan ini.

Tanggal 12 Ramadhan tahun 1432.H/ 2011.M yang lalu saya dikejutkan dengan sakitnya ibunda Rosnidar jam 07.00, lalu dibawa ke rumah sakit, jam 08.00, ibuk begitu kami menyebutnya sudah berada di rumah sakit dalam keadaan sakit keras, jam 09.00 Innalillahi wainna ilaihi raji'un beliau meninggal dunia di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro, lansung jam itu juga saya dan isteri dalam perjalanan dari Solok Sumatera Barat menuju Metro Lampung dalam keadaan berduka, hampir dua hari perjalanan itu kami lakukan dengan bis Lorena dan tidak bertemu dengan ibunda tercinta karena memang seharusnya tidak berlama-lama harus menunggu kami.

Setahun sudah wafatnya ibuk Rosnidar, semoga beliau tenang di alam baqa, mendapat kelapangan di alam kuburnya dan diampuni dosa-dosanya, sedangkan kami dan siapa saja mendapat musibah harus bersabar, semuanya ada hikmah terhadap diri kita, yaitu kematian itu datang kapan saja walaupun dalam bulan Ramadhan dan tidak sempat menanti datangnya Hari Raya Idul Fitri, sehingga benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah,"Shalatlah kamu seolah-olah shalatmu itu merupakan shalat yang terakhir", kita tidak tahu apakah Ramadhan tahun ini menjadi tahun terakhir, untuk itu siapkan semaksimal mungkin agar kualitas Ramadhan tahun ini baik kualitasnya dan puasa itu memang betul-betul bermanfaat bagi kita.


Bila dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain maka manusia adalah makhluk yang sangat buas lagi konsumerisme, apa yang ada hari ini maka harus dihabiskan hari ini juga, sedangkan untuk besok urusan besok pula, yang penting sekarang puas. Makhluk Allah yang bernama hewan makanannya tertentu dan terbatas pada satu jenis seperti kambing memilih makanan sebangsa rumput dengan istilah herbivora, binatang buas adalah jenis carnivora yang memakan daging. Jarang dan bahkan tidak ada sama sekali kambing yang tertarik dengan gado-gado atau sate kambing, demikian pula dengan harimau yang mau makan daun singkong sebagai lalapnya.

Tapi makhluk Allah yang satu ini tergolong omnivora yang melahap semua jenis makanan, karena rakusnya sampai orang Medan bilang,”Segala yang hidup di laut dimakan manusia kecuali kapal selam itukan karena terbuat dari besi”, atau ungkapan lain “Apa yang ada di darat yang bernama daun dimakannya kecuali daun pintu”, demikianlah gambaran manusia tentang makanan dan perut, sehingga pantas Frued berpendapat,”Hidup manusia adalah dari tangan ke mulut”.

Pada umumnya manusia cendrung hidup boros dan menurutkan hawa nafsunya, tidak akan berakhir sampai liang lahat berada di depannya. Hal ini disebabkan hawa nafsu yang diperturutkan tanpa kendali yang diiringi pula rayuan syaitan yang memang sengaja ingin menjerumuskan manusia, Allah berfirman,”Dan demikianlah Kami jadikan bagi Nabi itu musuh dari syaitan, manusia dan jin” [Al An’am; 112].

Menurut Allah jenis syaitan itu ada dua macam yaitu syaitan dari bangsa jin dan syaitan dari bangsa manusia, jenis yang terakhir ini operasinya untuk mencelakakan manusai dan menyelewengkannya dari jalan Allah dengan cara segala macam kemaksiatan dijadikan sebagai adat dan kebudyaan.

Melalui puasa manusia dididik, digembleng dan ditempa untuk menahan nafsunya, pengendalian hati dari niat yang tidak baik dan mengekang anggota tubuh dari perbuatan jahat. Puasa Ramadhan itu hukumnya wajib berdasarkan kitab Allah, sunnah dan ijma’ , dalam firman-Nya Allah menyebutkan,”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” [Al Baqarah 2;183].

Dalam hadits, diriwayatkan oleh Thalha bin Ubaidillah disebutkan bahwa seorang lelaki bertanya kepada nabi, “Ya Rasulullah katakanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah atas diriku”, ujar nabi, “Puasa Ramadhan”, tanya lelaki itu,”Apakah masih ada lagi yang diwajibkan atasku?” sabda nabi,”Tidak ada, kecuali kalau kamu berpuasa sunnah”.

Puasa hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman dalam rangka untuk memperbaiki pribadinya dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, sedangkan bagi mereka yang tiada beriman maka mendapat keringanan dari Allah untuk tidak berpuasa . Ujud dari keimanan adalah melakukan perintah Allah diantaranya puasa di bulan Ramadhan dengan tuntunan yang telah ditetapkan. Walaupun demikian masih saja banyak orang yang mengaku beriman tapi tidak dibuktikan imannya dengan jalan ibadah puasa, puasa baginya adalah beban, dia tidak mampu mengekang nafsunya dengan jalan berpuasa, ironisnya baru masuk bulan Sya’ban penyakitnya kambuh sehingga dapat melalaikan puasa dengan dalih kesehatan terganggu.

Sebenarnya puasa itu bukanlah ibadah yang memberatkan, siapapun akan mampu melaksanakannya asalkan dalam keadaan sehat, sebab orang yang sakit memang diperkenankan untuk tidak berpuasa, demikian pula bagi orang yang berat melakukannya karena sebab-sebab lain, semua itu dapat diganti dengan qadha atau membayar fidyah yang disyariatkan islam.

Puasa itu memiliki tiga tingkatan yaitu; puasa orang awam, puasa orang khawas [khusus] dan puasa orang khawashil [istimewa]. Adapun puasanya orang awam ialah menahan perut dari makan dan minum serta tidak menggauli isteri disiang hari, puasanya orang khusus yaitu puasanya orang-orang yang shaleh, disamping menahan makan dan minum dan senggama juga menahan semua indra dari perbuatan dosa, puasa itu akan sempurna dengan menjalankan lima perkara;
1. Memajamkan mata dari segala sesuatu yang mencela menurut syara’ [agama]
2. Menjaga lisan dari mengghibah/ gunjing, dari berkata dusta, adu domba dan sumpah palsu.
3. Menahan telinga dari mendengarkan sesuatu yang dibenci.
4. Menahan semua anggota badan dari semua yang dibenci.
5. Orang yang puasa hendaknya tidak terlalu banyak makan, sampai penuh perutnya diwaktu berbuka, meskipun makanan itu halal.

Kesadaran untuk meningkatkan nilai ibadah puasa pada setiap tahun semakin berkurang di tengah masyarakat kita karena kurangnya pengetahuan yang diawali tidak mau mendengarkan pengajian apa lagi membaca buku-buku fiqih. Di bulan ini dijadikan sebagai arena pemborosan dengan istilah konsumerisme, bukan melatih diri untuk hidup prihatin tapi berlomba-lomba dalam bentuk masakan yang diikuti lomba pakaian diakhirnya. Ketika saat berbuka tiba semua makanan dilahap tanpa fikir panjang karena sekian jam tidak makan tidak minum yang akhirnya balas dendam sampai untuk shalat maghribpun tidak sanggup lagi karena kekenyangan.

Adapun puasa orang Khawashi khawash [istimewa] ialah menahan hati dari kemauan yang rendah dan dari pemikiran terhadap duniawi, dan menahan juga pemikiran selain tertuju kepada Allah dengan banyak berzikir dan berfikir, puasa ini adalah martabat bagi para nabi dan shiddiqin.

Bagi orang-orang yang tidak puasa karena alasan yang tidak tepat, Allah menurunkan ancamannya sebagaimana sabda nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah danTurmuzi,”Siapa yang berbuka pada satu hari dari bulan Ramadhan tanpa keringanan yang diberikan Allah padanya, tiadalah akan dapat dibayar oleh puasa sepanjang tahun walaupun dilakukannya”.

Adapun manfaatkan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang berpuasa Ramadhan adalah sebagaimana hadits riwayat Baihaqi,”Sungguh telah datang padamu bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan kamu berpuasa, disaat itu dibuka pintu syurga, ditutup pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan, dan padanya ada satu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan”.

Dalam hadits lain banyak disebutkan bahwa orang-orang yang berpuasa akan dihapuskan kesalahannya dan akan dimasukkan ke syurga-Nya,”Siapa yang puasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” [HR. Ahmad]. Itu adalah keutamaan yang diberikan Allah, sedangkan keutamaan dan faedahnya dalam kehidupan sehari-hari yaitu;

1. Melatih hidup disiplin, walaupun makanan dan minuman yang terhidang halal dan memang milik seseorang akan tetapi tidak akan dimakan sebelum waktunya.

2. Dalam masyarakat dapat dirasakan betapa pedihnya hidup orang-orang yang tidak ada makanan, bagi orang-orang yang tidak punya, apa yang harus dinikmati; haus dan lapar sering mereka hadapi, hal ini akan menimbulkan sikap santun dan kasih sayang.

3. Dari segi kesehatan dapat menyelamatkan seseorang dari penyakit obesitas [kegemukan] yang sangat ditakuti, penderita ini sering mengalami rasa nyeri di pinggul, kelainan disendi lutut dan sendi tumit, tekanan darah tinggi, dan bagi wanita dengan mengakibatkan amenora atau kelainan haid artinya hilangnya daur haid lebih jauh, dan dikatakan bahwa penderita obesitas cendrung mengalami serangan jantung karena pembuluh darah mengalami pengapuran dan penyempitan.

Menurut dokter Elen, puasa dapat menyembuhkan penyakit gula, demikian pula dokter Alan Cott, dia mengatakan dengan puasa fisik merasa lebih baik, lebih enak dan lebih muda, batin terasa bersih, tekanan darah menurun, mengendurkan ketegangan, menajamkan perasaan dan menghambat proses ketuaan. Serta pendapat dokter Ali Akbar, katanya puasa dapat men yembuhkan penyakit ginjal dan pendarahan otak sehingga wajar kalau Rasul bersabda,”Banyak makan dapat melemahkan semangat dan fikiran”.[Harian Mimbar Minang Padang, 12 Desember 2000].