Senin, 04 Juni 2012

Renungan Hari Ke 5 Ramadhan

KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP AGAMA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Waktu bergulir memasuki hari kelima Ramadhan, tanpa terasa beratnya hasrat untuk bangun pagi sekitar satu jam sebelum sahur sudah menjadi hal yang biasa, kantuk yang bergelayut bukan lagi halangan untuk bangkit dari tidur, dingin yang menggigit tulang sumsum bisa diterpa dengan jaket yang agak tebal, awalnya melihat air dan merasakan dinginnya untuk bersuci agak membuat ciut nyali, tapi harus dilakukan sedingin apapun juga, Alhamdulillah semuanya dapat dilakukan dengan baik, rakaat demi rakaat telah diselesaikan, sujud dan rukuk menambah hangatnya tubuh ini. itulah berkahnya Ramadhan, yang tidak mungkin dilakukan diluar Ramadhan dapat dilaksanakan dengan baik, karena rahmat dan berkah dari Allah.

Seharusnya membiasakan yang baik itu memang harus dilakukan kapan saja agar setiap waktu aktivitas yang dilakukan hal-hal yang positif, kepada anak-anak yang dibiasakan berbuat baik akan menjadikannya kelak seorang muslim yang baik, shaleh dan shalehah, bila sejak awal anak-anak dan remaja dibiasakan untuk peduli dengan agamanya maka kelak dia akan jadi anak yang sangat peduli, bila Ramadhan dia biasa bangun pagi maka kelak tidak akan kesiangan lagi subuhnya, bila sejak di bulan ini anak diajak untuk ke masjid maka kelak dia tidak akan canggung dengan aktivitas religius di masjid, sejak awal anak dan remaja memang harus dibiasakan dengan aktivitas agama seperti puasa, tarawih, berbuka, sahur, tilawah qur'an dan shalat berjamaah.


Kelahiran manusia di bumi ini bukanlah secara kebetulan, akan tetapi rencana matang dari Khaliqnya, bukan pula sekedar bernafas, makan minum, mencari harta, punya anak kemudian meninggal lalu habis perkara dan tidak ada masalah lain ? kalau hanya sekedar demikian tujuan kehidupan ini sangatlah sepele rencana Allah bahkan layak disebut rencana yang sia-sia, akan tetapi sebaliknya manusia hadir di dunia ini menyandang tugas yang begitu mulia untuk dilaksanakan dan diperjuangkan dalam sebuah pengabdian, penyembahan dalam segala aktivitas kehidupan, aktivitas ini harus bersentral kepada iman, yang diasah dan diasuh sejak usia dini sampai remaja, bahkan hingga kematian menjemput manusia, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;79;
”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”

Remaja yang sejak kecil telah terbiasa mengenal Allah , maka dalam melaksanakan pengabdian kepada Allah tidak menunda waktu seperti nanti saja kalau sudah punya pekerjaan, besoklah kalau sudah punya isteri atau lusa bila usia telah tua memanggil. Ramadhanpun dijadikan waktu yang tepat untuk berbuat baik dan membina diri, kegiatan didalamnya dilaksanakan seoptimal mungkin sebagai arena mentraining diri hingga menjadi kebiasaan dihari-hari berikutnya.

Persepsi ini sering hadir di tengah-tengah masyarakat kita terutama dikalangan remaja yang belum menyadari makna kehidupan, apalagi orangtua dan lingkungannya tidak menanamkan sejak dini nilai-nilai positif [agama]. Kegiatan agama masih dianggap sebagai pekerjaan yang pantas untuk mereka dalam usia tua, dengan terbatuk- batuk dan terbungkuk-bungkuk sebagai pertanda pintu kubur diambang telah dekat. Lebih parah lagi syurga dan neraka mereka anggap sebuah kayalan konyol, kehidupan dianggap sebagai tempat permainan yang tidak diperhitungkan kalah menangnya, yang tidak perlu diraih serta diperjuangkan dengan kekuatan. Hal ini dapat kita lihat dalam sebuah semboyan kehidupan anak muda yang tidak terbimbing, mereka hanya berkhayal untuk mendapatkan yang lebih baik tanpa usaha dan kerja keras, apa kata mereka ?

”Ketika kecil dimanja-manja, setelah besar kaya raya, saat tua berfoya-foya, kalau mati masuk syurga” atau ”kelapa muda kupas-kupasin, kelapa tua keras batoknya, masa muda puas-puasin, dikala tua tinggal bongkoknya”.

Di dunia dapatlah mereka mereguk kemanjaan dan kesenangan dari orangtua walaupun tidak berbuat apa-apa tetapi bagaimana dapat meraih syurga yang begitu mulia, apa mereka mengira syurga itu milik orangtua atau kepunyaan nenek moyangnya, orang bijak pernah berucap,”Jangan kau fikirkan tentang syurga, fikirkanlah bagaimana jalan menuju ke syurga itu”.

Kesadaran tentang agama inilah yang harus ditanamkan kepada remaja untuk menciptakan remaja yang mau bekerja, bersaing dengan prestasi mencapai cita-cita, bekerja dan berjuang tadi akan lebih membangkitkan semangat bila diterjemahkan dalam bentuk pengabdian kepada Allah sehingga dalam kegiatan apapun dia tidak menganggap kesia-siaan walaupun kegagalan sedang dihadapi, bukankah Allah menilai usaha seseorang bukan hasil dari usaha itu.

Pada akhir-akhir ini remaja yang tidak dirintis sejak kecil untuk mengerti tentang agama, banyak kegiatan yang mereka lakukan menyimpang dari norma dan nilai-nilai agama dan sebaliknya yang terdidik dalam gemblengan agama banyak melakukan kegiatan bermanfaat dan menunjang bagi kehidupannya seperti diskusi, pengajian, akktif di RISMA [remaja masjid], pesantren kilat, rohis dan lain-lainnya.

Kepedulian remaja kepada agama tercatat dalam organisasi islam dan masjid, karang taruna dan segudang aktivitas lainnya. Sesungguhnya berdasarkan pesan Al Qur’an surat At Taubah 9 ayat 18, para pengurus dan remaja masjid juga mempunyai tanggungjawab yang sama dengan orang mukmin pada umumnya dalam tugas memakmurkan masjid;
”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapatpetunjuk”.

Sebagai elemen dari orang yang beriman, maka di tangan remaja dan pemuda ada tanggungjawab untuk menjadikan masjid sebagai tempat kegiatan yang menarik seperti diskusi, seminar, i’tikaf, pesantren Ramadhan dan lain-lain sehingga ramai dan semarak, penuh kegiatan keagamaan yang pada dasarnya menjadikan masjid lebih berfungsi bagi pengembangan sayap syi’ar islam dan pengkaderan generasi Rabbani.

Agaknya bila diperhatikan pada akar sejarah masa silam; terutama pada masa nabi dan para sahabat; masjid pada waktu itu mengesankan, amat makmur. Masjid telah dijadikan sebagai bukan untuk menunaikan shalat berjamaah saja melainkan seluruh kegiatan yang ada keterkaitannya dengan pengembangan dan penyerakan syiar islam banyak dibahas dan diselesaikan di dalam masjid, sehingga meskipun pada waktu itu belum ada organisasi remaja masjid, tetapi keadaan masjid jauh lebih makmur dan semarak dibandingkan saat sekarang ini [Majalah Serial Khutbah Jum’at no.116]

Kita mengharapkan di masjid akan muncul tokoh-tokoh muda yang punya tanggungjawab terhadap ummatnya sebagaimana generasi terdahulu, tokoh muda yang kita maksud adalah seperti tampilnya Yahya-Yahya baru diabad ini yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap agama, Allah menggambarkan pribadi Yahya sebagaimana firman-Nya dalam surat Maryam 19;12-14;
”Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka’’.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah menggambarkan bahwa nanti ketika di Padang Mashar, seluruh manusia dikumpulkan sejak dari manusia pertama hingga yang terakhir, wakatu itu banyak manusia yang merasa kepanasan yang luar biasa hingga keringatnya sampai keubun-ubun bahkan berenang dengan keringatnya tersebut sebab matahari jaraknya se jengkal saja dengan kepala manusia, akan tetapi terdapat beberapa orang yang tidak merasakan panas, diantara mereka adalah ”remaja yang hatinya selalu terpaut di masjid” dan ”pemuda yang ada peluang untuk berbuat maksiat tapi dia mampu menghindarinya” sungguh bahagia orang-orang ini dikemudian hari.

Sebenarnya remaja, pemuda ingin menampakkan kepada dunia bahwa mereka dapat berbuat, mampu bekerja untuk kepentingan agama islam dan da’wah, bahkan membantu program pemerintah, bangsa dan negaranya, selama orangtua masih memperhatikan dan mengarahkan mereka kepada jalan yang benar, pendidikan islam kuncinya sebagaimana sabda Rasulullah,”Didiklah anak-anakmu, sebab mereka akan menghadapi suatu masa yang sangat berbeda dengan masamu”, mungkin masa itu lebih buruk, kejam, zhalim dan maksiat berbaur di dalamnya, bila tidak dididik dengan iman dan islam tentu mereka bukan sebagai anak yang berharga di mata kita apalagi di hadapan Allah, lantas anak yang bagaimana yang kita banggakan nanti kepada Rasulullah saat bertemunya ? apakah anak shaleh atau anak thaleh,wallahu a’lam [Solok, 28012000]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar