Senin, 04 Juni 2012

Renungan Hari Ke 3 Ramadhan

RAMADHAN DAN KETELADANAN
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Hari ini kita masuk hari ketiga menunaikan ibadah puasa Ramadhan, sudah stabil rasanya fisik dan ruhy menjalankan aktivitas Ramadhan, selain puasa disiang hari, bangun di malam hari untuk makan sahur, sebelum sahur sekian rakaat shalat tahajud, do'a, zikir dan tilawah Qur'anpun menghiasi malam, dahulu ketika belum masuk Ramadhan agak sulit untuk bangun di tengah malam tapi berkah Ramadhan memudahkan kita untuk segera bangun, ringan rasanya menyingkirkan selimut, mudah sekali membuka mata dari dekapan kantuk, sekian ayat bahkan sudah memasuki satu atau dua juz Al Qur'an terbaca, semoga hari-hari Ramadhan ini bisa pula dinikmati kelak saat Ramadhan berakhir, shalat fardhupun dikuatkan hati dan perasaan ini untuk ditunaikan secara berjamaah, itupun diupayakan ke masjid, betapa indahnya Ramadhan ini.

Rasanya sudah sekian kali kita memasuki bulan suci Ramadhan yang diakhiri dengan hari Raya Idul Fitri, kinipun bulan itu sedang kita jalani, sahur, tarawih dan berbuka.agenda rutin seremonial orang yang sedang ibadah ,dengan tidak melupakan tilawah Al Qur’an minimal khatam tiga puluh juz di akhir Ramadhan. Shalat malam walaupun dua rakaat dikala sebelum sahur, shalat dhuhapun tidak dilupakan untuk membuka pintu-pintu rezeki Allah.

Terlalu merugi orang yang berpuasa tidak menggunakan peluang bulan ini untuk menumpuk pahala sebanyak-banyaknya, apalagi imbalannya berkali lipat dibanding hari lain. Pada bulan ini sediki sekali godaan yang mengajak untuk berbuat maksiat, sebab masing-masing figur memberikan contoh dan keteladanan kepada masyarakat, apalagi mereka yang terbilang pejabat dan orang yang terkemuka yang selama ini tidak pernah tampil ke masjid, tiba-tiba nampak wajahnya dengan kalem menyandang sajadah, berpeci hitam dan seakan-akan mereka adalah orang yang paling alim di dunia,”Sesungguhnya dalam pribadi Rasul itu ada contoh teladan yang baik bagimu” [33;21]


Momen yang tepat bagi semua pihak untuk menampilkan figur terbaik kepada masyarakat melalui akhlaqul karimah atau keteladanan melalui ujud pergaulan sehari-hari,”Seorang mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari orang yang bergaul dengan manusia dan tidak sabar menghadapi gangguan mereka”[HR.Ahmad]

Seorang mukmin harus bersosialisasi diri dengan masyarakat di sekitarnya apalagi di bulan Ramadhan ini banyak sekali amal-amal yang merupakan ujud kepedulian terhadap sesama seperti memperbanyak infaq, sedekah, mengundang berbuka bersama, shalat tarawih dan aktivitas lainnya.

Seorang ayah dan ibu bagaimana dia mampu menampilkan dirinya kepada anak dan keluarganya sebagai figur yang dapat diteladani, bagus kita menyuruh anak untuk shalat tarawih ke masjid, membaca Al Qur’an dan berinfaq, akan tetapi didikan tadi akan membekas bila lansung orangtua mencontohkannya dengan mengajak anak-anak ke masjid menyemarakkan ibadah Ramadhan. Tidak layak kiranya, bila orangtua melarang anaknya merokok sementara dia sendiri menghabiskan rokok berbatang-batang sehari, terlepas dari rokok itu makruh ataupun haram, yang jelas keuntungan dari penjualan rokok itu disumbangkan duapuluh lima persen untuk mengkafirkan ummat islam melalui program kristenisasi [2;120], berarti kita punya saham untuk memurtadkan ummat islam. Tegakah anda wahai perokok ? sementara asap rokok membubung tinggi ke udara, nikotinnya meresap ke paru-paru, abunya bertebaran ke bumi, keuntungan untuk agama lain sedangkan kerugiannya untuk anda dan ummat islam.

Suatu ketika Hasan Al Bisyri didatangi oleh para budak, mereka mengharapkan agar beliau besok jum’at berkenan menyampaikan khutbah tentang pembebasan budak dan keutamaannya. Mereka sangat antusias sekali akan merdeka bila mendengar fatwa sang ulama sekaliber Hasan Al Bisyri. Dua dan tiga minggu, dua dan tiga bulan hingga mendekati setahun belum juga terdengar fatwa itu, walaupun sang ulama sudah sering pula menyampaikan khutbah dengan tema lain. Tepat satu tahun permohonan pada budak itu dikabulkan oleh Hasan Al Bisyri dengan berapi-api disambut dengan kesadaran oleh para tuan untuk memerdekakan budaknya.

Tentu saja para budak bertanya, kenapa sekarang mereka bisa merdeka ? tidak setahun yang lalu ? sang ulama kharismatik itu menjawab,”Ketika kalian datang kepadaku pertama kali tentang itu, aku tidak berdaya dan tidak mampu menyampaikannya. Sekaranglah baru saya punya uang, tadi pagi saya sudah memerdekakan seorang budak”, itulah sebuah keteladanan yang dicontohkan oleh ulama kita dahulu, masih adakah ulama yang demikian ? kita berhadap diantara kebodohan ummat dan kelemahan ulama masih ada ulama yang mampu tampil dengan uswatun hasanah yaitu keteladanan yang baik.

Sekarang sangat sulit mencari orang yang dapat diteladani, baik orangtua, guru, ulama, politisi atau siapa sajalah, nampaknya keteladanan termasuk barang yang langka. Walaupun satu ketika dia menampakkan keteladanan, tapi semu nampaknya, hanya sebatas mencari simpati dari masyarakat. Inilah keteladanan yang menipu. Seorang sahabat menyatakan bahwa dia mengenal seseorang, maka Rasulullah menyatakan bahwa jangan mudah mengatakan kita kenal dengan seseorang sebelum nampak kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Pernahkah engkau jalan bersama dengannya, makan bersama dengannya dan tidur bersama dengannya. Sahabat itu menggelengkan kepala, berarti kamu tidaklah mengenalnya.

Penampilan seseorang yang sekilas simpatik jangan terpesona dahulu, lihatlah ketika dia sedang makan, sedang dalam perjalanan atau sedang tidur, saat itulah nampak siapa sebenarnya orang yang kita kenal itu. Ada atau tidak ada keteladanan akan nampak pada tiga momen itu, sehingga layak atau malah banyak sekali hal-hal menyimpang dari syariat yang dia lakukan.

Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menampilkan keteladanan kepada orang di sekitar kita apalagi anda seorang mubaligh,disamping itu banyak pula kesempatan kita untuk mencari keteladanan di sekitar kita melalui anak dan isteri kita, tetangga, teman sekerja atau siapa saja yang layak untuk itu,”Terimalah kebenaran dari siapapun, meskipun dari tong sampah, tapi tolaklah kebatilan meskipun data1ngnya dari istana yang megah” keteladanan yang komplit hanya ada pada Rasulullah, kenapa cari yang lain, yuk kita tapaki jejak sang idola ini hingga akhir hayat kita, wallahu a’lam. [Mukhlis Denros, Suluah, Tabloid Suara Solinda Solok, 01122001].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar