Jumat, 08 Juni 2012

Renungan Hari Ke 16 Ramadhan

WAKTU YANG TEPAT MINTA AMPUN

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Syahrul Maghfirah atau bulan ampunan diberikan nama yang indah untuk Ramadhan karena memang Allah membuka peluang bagi hamba-Nya untuk membersihkan diri dan mensucikan jiwa dengan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa yang sudah diperbuat.

Walaupun kini kita masuk pada hari keenam Ramadhan maka kesempatan untuk meraih ampunan Allah masih ada, jangan tunggu waktu lain karena kesempatan yang baik itu adalah pada bulan Ramadhan, banyak waktu yang baik untuk mohon ampun kepada Allah salah satunya adalah pada bulan Ramadhan.



Kegembiraan yang akan dihadapi orang yang puasa ada dua yaitu merasa gembira yang akan dihadapinya yakni ketika Idul Fithri tiba dan ketika menghadap Allah menerima pahala puasanya.

Disamping ada yang gembira ada juga yang berada dalam kekalahan yaitu orang yang tidak mau dan tidak mampu berpuasa tanpa halangan yang dibenarkan syariat, ada-ada saja alasan yang dibuat demi melepaskan kewajiban. Ramadhan disebut juga bulan ampunan karena diluar bulan Ramadhan kita telah melakukan berbagai maksiat, baik yang disengaja ataupun tidak. Mata memandang hal-hal yang tidak layak dilihat, mulut telah berkata-kata ucapan yang tidak terpuji, telinga mendengarkan suara yang tidak layak didengar bagi orang yang beriman, tangan dan kaki serta indra lainnya telah ikut pula terseret dalam kancah kemaksiatan, dosa dan noda.

Segala karat dan daki-daki dosa tadi akan digilas oleh minyak pelumas yang dapat membersihkan dari kotoran bila berpuasa dengan penuh keimanan dan perhitungan yang diiringi dengan taubat dan munajad kepada-Nya, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan perhitungan maka akan dihapuskan dosanya yang lalu”.

Kesempatan yang baik untuk bermohon ampun atas segala kesalahan kepada Allah yaitu di bulan Ramadhan, bukan berarti dibulan lainn tidak baik untuk mohon ampun, sebab Ramadhan merupakan salah satu waktu-waktu yang tepat untuk dikabulkan Allah segala permohonan yang mau bermohon ampun kepada-Nya.
Dibulan ini akan dibuka pintu syurga artinya bukan berarti selama diluar bulan Ramadhan pintu syurga ditutup, namun kesempatan untuk melakukan kebaikan sangat banyak, bila bulan Ramadhan diisi dengan berbagai ibadah dan amaliyah berarti telah membuka pintu syurga, tetapi sebaliknya kalau bulan ini dibiarkan berlalu tanpa kesan sama sekali berarti kita telah menutup pintu syurga.

Pintu neraka pada bulan ini ditutup, bukan berarti diluar Ramadhan neraka dibuka lebar-lebar, akan tetapi kesempatan untuk melakukan dosa sangat kecil. Kalau kita sibuk dengan amal ibadah lalu tidak ada waktu untuk melakukan perbuatan dosa serta meninggalkan segala yang menyeret kepada dosa berarti kita telah menutup pintu neraka.

Jadi tergantung kepada manusianya, apakah akan membuka pintu syurga atau menutupnya, apakah akan menutup pintu neraka atau akan membukanya, atau apakah akan membelenggu syaithan atau akan membiarkan syaitan berkeliaran, terserah kepada manusia.

Kesempatan luas terbuka bagi kita untuk menyucikan jiwa dari kotoran-kotoran dosa dan karat-karat kejahatan, namun dosa yang diampuni di bulan Ramadhan menurut hadits Rasul itu bukanlah dosa besar tapi dosa-dosa kecil. Dosa berjudi, berzina, mabuk-mabukan, menikmati narkoba, mencuri atau dosa-dosa besar lainnya tidak akan bisa diampuni hanya dengan puasa Ramadhan, dia harus bertaubat, mohon ampun dengan sungguh-sungguh kepada Allah, Rasulullah mengatakan,”Bagi seorang mukmin dosa kecil yang dia lakukan ibarat sebuah gunung yang akan menghantamnya, sedangkan bagi orang munafiq dosa besar yang dia lakukan, ibarat lalat yang hinggap dimukanya dengan mudah dia tepis”.

Dosa kecil bisa jadi besar apabila dilakukan dengan rutin dan maraton, terus menerus, percikan api bila dikumpulkan bisa membakar sebuah rumah, tetesan air bila terus menerus akan mendatangkan banjir. Yang jelas dalam bulan ini ada kesempatan bagi kita untuk memohon ampun kepada orang yang telah kita lakukan kesalahan kepadanya, mungkin pimpinan kita atau bawahan kita, suami/isteri, anak atau orangtua, tidaklah bijaksana bila kesalahan yang dilakukan lalu dihapuskan dengan menanti hari raya, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 18 Desember 2000]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar