Rabu, 06 Juni 2012

Renungan Hari Ke 12 Ramadhan

MANFAAT IBADAH PUASA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Tanpa ada yang menghalangi, bergerak pasti menuju perjalanan panjang yang harus dilalui, apakah kita suka ataupun tidak Ramadhan telah sampai dihari kesebelas meninggalkan segala kenangan dan kesenangan,kenangan saat beribadah pribadi atau berjamaah dan kesenangan dikala berbuka, Rasulullah menyatakan bahwa ada dua kesenangan yang akan diterima oleh orang yang berpuasa, yaitu saat berbuka puasa dan saat hari raya.

Kita sudah menyaksikan bahwa masjid dan surau sudah mulai meluas dari hari pertama Ramadhan, kelelahan mencari nafkah dan keletihan dalam berpuasa mempengaruhi suasana masjid, remaja dan anak-anak semakin kurang masuk ke masjid untuk shalat tarawih, ditandakan dengan berbunyinya mercon dan dentuman meningkahi "amin" makmun yang sedang shalat. Ustadz yang dinantikan ceramahnya masuk hari kedua sepuluh Ramadhan ini sudah mulai agak jarang dengan berbagai alasan. Semoga memasuki hari berikutnya kita bisa memompa semangat saat hari pertama Ramadhan, apalagi hari selanjutnya lebih banyak imbalan yang dikaruniakan Allah bahkan sepuluh hari kedua ini disebut dengan syahrul maghfirah yaitu bulan ampunan, kita cari ampunan Allah dengan semakin banyak ibadah di bulan Ramadhan ini.

Tanggal 12 Ramadhan tahun 1432.H/ 2011.M yang lalu saya dikejutkan dengan sakitnya ibunda Rosnidar jam 07.00, lalu dibawa ke rumah sakit, jam 08.00, ibuk begitu kami menyebutnya sudah berada di rumah sakit dalam keadaan sakit keras, jam 09.00 Innalillahi wainna ilaihi raji'un beliau meninggal dunia di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro, lansung jam itu juga saya dan isteri dalam perjalanan dari Solok Sumatera Barat menuju Metro Lampung dalam keadaan berduka, hampir dua hari perjalanan itu kami lakukan dengan bis Lorena dan tidak bertemu dengan ibunda tercinta karena memang seharusnya tidak berlama-lama harus menunggu kami.

Setahun sudah wafatnya ibuk Rosnidar, semoga beliau tenang di alam baqa, mendapat kelapangan di alam kuburnya dan diampuni dosa-dosanya, sedangkan kami dan siapa saja mendapat musibah harus bersabar, semuanya ada hikmah terhadap diri kita, yaitu kematian itu datang kapan saja walaupun dalam bulan Ramadhan dan tidak sempat menanti datangnya Hari Raya Idul Fitri, sehingga benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah,"Shalatlah kamu seolah-olah shalatmu itu merupakan shalat yang terakhir", kita tidak tahu apakah Ramadhan tahun ini menjadi tahun terakhir, untuk itu siapkan semaksimal mungkin agar kualitas Ramadhan tahun ini baik kualitasnya dan puasa itu memang betul-betul bermanfaat bagi kita.


Bila dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain maka manusia adalah makhluk yang sangat buas lagi konsumerisme, apa yang ada hari ini maka harus dihabiskan hari ini juga, sedangkan untuk besok urusan besok pula, yang penting sekarang puas. Makhluk Allah yang bernama hewan makanannya tertentu dan terbatas pada satu jenis seperti kambing memilih makanan sebangsa rumput dengan istilah herbivora, binatang buas adalah jenis carnivora yang memakan daging. Jarang dan bahkan tidak ada sama sekali kambing yang tertarik dengan gado-gado atau sate kambing, demikian pula dengan harimau yang mau makan daun singkong sebagai lalapnya.

Tapi makhluk Allah yang satu ini tergolong omnivora yang melahap semua jenis makanan, karena rakusnya sampai orang Medan bilang,”Segala yang hidup di laut dimakan manusia kecuali kapal selam itukan karena terbuat dari besi”, atau ungkapan lain “Apa yang ada di darat yang bernama daun dimakannya kecuali daun pintu”, demikianlah gambaran manusia tentang makanan dan perut, sehingga pantas Frued berpendapat,”Hidup manusia adalah dari tangan ke mulut”.

Pada umumnya manusia cendrung hidup boros dan menurutkan hawa nafsunya, tidak akan berakhir sampai liang lahat berada di depannya. Hal ini disebabkan hawa nafsu yang diperturutkan tanpa kendali yang diiringi pula rayuan syaitan yang memang sengaja ingin menjerumuskan manusia, Allah berfirman,”Dan demikianlah Kami jadikan bagi Nabi itu musuh dari syaitan, manusia dan jin” [Al An’am; 112].

Menurut Allah jenis syaitan itu ada dua macam yaitu syaitan dari bangsa jin dan syaitan dari bangsa manusia, jenis yang terakhir ini operasinya untuk mencelakakan manusai dan menyelewengkannya dari jalan Allah dengan cara segala macam kemaksiatan dijadikan sebagai adat dan kebudyaan.

Melalui puasa manusia dididik, digembleng dan ditempa untuk menahan nafsunya, pengendalian hati dari niat yang tidak baik dan mengekang anggota tubuh dari perbuatan jahat. Puasa Ramadhan itu hukumnya wajib berdasarkan kitab Allah, sunnah dan ijma’ , dalam firman-Nya Allah menyebutkan,”Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” [Al Baqarah 2;183].

Dalam hadits, diriwayatkan oleh Thalha bin Ubaidillah disebutkan bahwa seorang lelaki bertanya kepada nabi, “Ya Rasulullah katakanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah atas diriku”, ujar nabi, “Puasa Ramadhan”, tanya lelaki itu,”Apakah masih ada lagi yang diwajibkan atasku?” sabda nabi,”Tidak ada, kecuali kalau kamu berpuasa sunnah”.

Puasa hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman dalam rangka untuk memperbaiki pribadinya dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, sedangkan bagi mereka yang tiada beriman maka mendapat keringanan dari Allah untuk tidak berpuasa . Ujud dari keimanan adalah melakukan perintah Allah diantaranya puasa di bulan Ramadhan dengan tuntunan yang telah ditetapkan. Walaupun demikian masih saja banyak orang yang mengaku beriman tapi tidak dibuktikan imannya dengan jalan ibadah puasa, puasa baginya adalah beban, dia tidak mampu mengekang nafsunya dengan jalan berpuasa, ironisnya baru masuk bulan Sya’ban penyakitnya kambuh sehingga dapat melalaikan puasa dengan dalih kesehatan terganggu.

Sebenarnya puasa itu bukanlah ibadah yang memberatkan, siapapun akan mampu melaksanakannya asalkan dalam keadaan sehat, sebab orang yang sakit memang diperkenankan untuk tidak berpuasa, demikian pula bagi orang yang berat melakukannya karena sebab-sebab lain, semua itu dapat diganti dengan qadha atau membayar fidyah yang disyariatkan islam.

Puasa itu memiliki tiga tingkatan yaitu; puasa orang awam, puasa orang khawas [khusus] dan puasa orang khawashil [istimewa]. Adapun puasanya orang awam ialah menahan perut dari makan dan minum serta tidak menggauli isteri disiang hari, puasanya orang khusus yaitu puasanya orang-orang yang shaleh, disamping menahan makan dan minum dan senggama juga menahan semua indra dari perbuatan dosa, puasa itu akan sempurna dengan menjalankan lima perkara;
1. Memajamkan mata dari segala sesuatu yang mencela menurut syara’ [agama]
2. Menjaga lisan dari mengghibah/ gunjing, dari berkata dusta, adu domba dan sumpah palsu.
3. Menahan telinga dari mendengarkan sesuatu yang dibenci.
4. Menahan semua anggota badan dari semua yang dibenci.
5. Orang yang puasa hendaknya tidak terlalu banyak makan, sampai penuh perutnya diwaktu berbuka, meskipun makanan itu halal.

Kesadaran untuk meningkatkan nilai ibadah puasa pada setiap tahun semakin berkurang di tengah masyarakat kita karena kurangnya pengetahuan yang diawali tidak mau mendengarkan pengajian apa lagi membaca buku-buku fiqih. Di bulan ini dijadikan sebagai arena pemborosan dengan istilah konsumerisme, bukan melatih diri untuk hidup prihatin tapi berlomba-lomba dalam bentuk masakan yang diikuti lomba pakaian diakhirnya. Ketika saat berbuka tiba semua makanan dilahap tanpa fikir panjang karena sekian jam tidak makan tidak minum yang akhirnya balas dendam sampai untuk shalat maghribpun tidak sanggup lagi karena kekenyangan.

Adapun puasa orang Khawashi khawash [istimewa] ialah menahan hati dari kemauan yang rendah dan dari pemikiran terhadap duniawi, dan menahan juga pemikiran selain tertuju kepada Allah dengan banyak berzikir dan berfikir, puasa ini adalah martabat bagi para nabi dan shiddiqin.

Bagi orang-orang yang tidak puasa karena alasan yang tidak tepat, Allah menurunkan ancamannya sebagaimana sabda nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah danTurmuzi,”Siapa yang berbuka pada satu hari dari bulan Ramadhan tanpa keringanan yang diberikan Allah padanya, tiadalah akan dapat dibayar oleh puasa sepanjang tahun walaupun dilakukannya”.

Adapun manfaatkan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang berpuasa Ramadhan adalah sebagaimana hadits riwayat Baihaqi,”Sungguh telah datang padamu bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan kamu berpuasa, disaat itu dibuka pintu syurga, ditutup pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan, dan padanya ada satu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan”.

Dalam hadits lain banyak disebutkan bahwa orang-orang yang berpuasa akan dihapuskan kesalahannya dan akan dimasukkan ke syurga-Nya,”Siapa yang puasa pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” [HR. Ahmad]. Itu adalah keutamaan yang diberikan Allah, sedangkan keutamaan dan faedahnya dalam kehidupan sehari-hari yaitu;

1. Melatih hidup disiplin, walaupun makanan dan minuman yang terhidang halal dan memang milik seseorang akan tetapi tidak akan dimakan sebelum waktunya.

2. Dalam masyarakat dapat dirasakan betapa pedihnya hidup orang-orang yang tidak ada makanan, bagi orang-orang yang tidak punya, apa yang harus dinikmati; haus dan lapar sering mereka hadapi, hal ini akan menimbulkan sikap santun dan kasih sayang.

3. Dari segi kesehatan dapat menyelamatkan seseorang dari penyakit obesitas [kegemukan] yang sangat ditakuti, penderita ini sering mengalami rasa nyeri di pinggul, kelainan disendi lutut dan sendi tumit, tekanan darah tinggi, dan bagi wanita dengan mengakibatkan amenora atau kelainan haid artinya hilangnya daur haid lebih jauh, dan dikatakan bahwa penderita obesitas cendrung mengalami serangan jantung karena pembuluh darah mengalami pengapuran dan penyempitan.

Menurut dokter Elen, puasa dapat menyembuhkan penyakit gula, demikian pula dokter Alan Cott, dia mengatakan dengan puasa fisik merasa lebih baik, lebih enak dan lebih muda, batin terasa bersih, tekanan darah menurun, mengendurkan ketegangan, menajamkan perasaan dan menghambat proses ketuaan. Serta pendapat dokter Ali Akbar, katanya puasa dapat men yembuhkan penyakit ginjal dan pendarahan otak sehingga wajar kalau Rasul bersabda,”Banyak makan dapat melemahkan semangat dan fikiran”.[Harian Mimbar Minang Padang, 12 Desember 2000].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar