Senin, 04 Juni 2012

Renungan Hari Ke 6 Ramadhan

ISLAM DAN INTEGRITAS PRIBADI
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Hari keenam bulan Ramadhan ini sudah banyak undangan yang mengajak untuk ifthar jama'i [buka puasa bersama], siapa saja yang ketemu apalagi sahabat karib, teman se kantor, teman yang sudah lama tidak bertemu, umumnya selain menanyakan tentang kondisi pribadi dan rumah tangga, juga mengaajak untuk berbuka bersama sambil silaturahim ke kediamannya, begitu indahnya Ramadhan, ajakan buka puasa mendatangkan kebaikan selain silaturahim juga mendapatkan pahala dari Allah,bahkan nabi menyatakan bahwa memberi buka puasa kepada orang lain sama pahalanya dengan orang yang berpuasa, renungan ramadhan kita pada kesempatan ini adalah Islam dan integritas pribadi, selamat menikmati..

Islam berbicara tentang berbagai hal, baik yang besar sampai pada yang kecil sekalipun. Sebagai muslim diharapkan kita memiliki pemikiran yang mengacu kepada Islam, janganlah seperti orang-orang sekuler dan orientalis memandang islam, dengan memberi cap negatif terhadap islam dan ummatnya dengan beberapa julukan seperti ektrim, fundamenalis, fanatik serta julukan lain yang menyesakkan dada kita.

Sebagai muslim jauhkanlah diri kita dari pemikiran yang tidak layak muncul, seolah-olah tidak mengerti dengan islam atau memang demikian pemikiran aslinya akibat kontaminasi dan ilfiltrasi pemikifran di luar islam. Benar apa yang disinyalir oleh para ulama bahwa barat dalam memerangi islam tidak dengan militer saja, dengan ini mereka telah gagal, maka ditemukan metode baru yaitu melalui ghazwul fikri yaitu perang pemikiran, perang konsep dan perang idiologi.

Islam Dienul Ilmu dan Amal
Islam adalah agama yang kaffah artinya integral yaitu menyeluruh,segala persoalan hidup dalam duniaini diatur oleh islam, dia bukanlah agama parsial yang hanya membicarakan akherat atau dunia saja, menekankan satu hal lalu melupakan yang lain. Dari segi ilmu pengetahuan islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa ilmu dan iman mempunyai hubungan yang erat, semakin tinggi ilmu seseorang semakin tinggi pula imannya yang sekaligus mempengaruhi kualitas serta kuantitas amal shaleh yang dilakukan;
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”[Fushilat 41;53]


Amal tanpa ilmu dan iman akan bernilai sia-sia, ilmu tanpa amal dan iman tidak berguna, iman tanpa ilmu dan amal hanya fatamorgana. Untuk itulah dalam ajaran islam pemeluknya dituntut agar selalu meningkatkan ilmu hingga belajar sampai ke negeri Cina, meninggikan kualitas iman karena hidup ini penuh dengan segala ujian dan tantangan, tanpa iman yang kuat dan istiqamah maka hancurlah kehidupan manusia itu dan sekaligus memperbanyak amaliyah ibadah dalam arti yang luas yaitu segala aktivitas dalam rangka mencari ridha Allah, sesuai dengan minhaj [sistim]-Nya dan ikhlas niatnya, itulah ibadah;
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”[Al Isra’ 17;36].

Demikian pentingnya ilmu pengetahuan bagi seorang muslim, bukan ilmu agama saja tapi semua ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan, bahkan lebih jauh Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang ingin memperoleh ke aikan di dunia maka raihlah dengan ilmu, barangsiapa yang akan mencari kebaikan di akherat maka kejarlah dengan ilmu dan barangsiapa mau mencapai keduanya maka raihlah dengan ilmu” Titik tekan ilmu pengetahuan itu penting bagi seorang muslim dan bahkan difardhulan oleh Rasulullah,”Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”

Walaupun ilmu dan iman cukup memadai bahkan tinggi dan itu suatu modal untuk kehidupan, akan tetapi nilai manusia di hadapan Allah tidak mutlak ditentukan oleh ilmu dan iman. Banyak orang yang berilmu dengan titel dan gelar serenceng tapi di hadapan Allah dia tidak berharga sebagaimana teknokrat Fir’aun. Dan tidak sedikit orang yang punya iman sebagaimana Fir’aun dan Iblispun menyatakan dirinya beriman kepada Allah, tapi semua itu tidak berharga ketika amalnya dalam asfek kehidupan sehari-hari tidak ada, Allah berfirman;
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan”[At Taubah 9;105].

Kewajiban Memahami dan Menerapkan Islam
Islam bukanlah agama yang hanya mengatur urusan akherat saja dan tidak pula memprioritaskan pada pembinaan mental, tapi seluruh asfek kehidupan dibicarakan oleh islam dan setiap muslim dituntut untuk menerapkannya secara kaffah yaitu menyeluruh secara integral bukan parsial. Kaffahnya islam mencakup Ipoleksosbudhankamnas yaitu idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan [2;208]

Bila kita tidak masuk islam secara kaffah atau integral maka berarti mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan mengajak manusia untuk berfikir, bertindak dalam asfek islam ini secara parsial atau sektoral. Sedangkan Allah memberi cap kepada pengikut syaitan dengan sebutan murtad [3;100-101].

Agar pemahaman kita terhadap islam dapat sebagaimana yang diharapkan Allah yaitu integral bukan sektoral bisa dicapai dengan mengadakan kajian-kajian melalui majelis ta’lim yang dilakukan secara istimroriyah yaitu berkesinambungan, bila hanya mengandalkan dari ceramah dan khutbah, yang memang waktunya sangat terbatas dan kajiannyapun umum, jelas tidak akan tercapai target yang diharapkan. Itulah makanya da’wah hari ini lebih banyak jalan ditempat daripada melaju bahkan tidak sedikit da’wah itu merosot, ironinya semakin banyak da’wah digelar semakin jauh ummat dari islam, evaluasi besar-besaran perlu kiranya kita lakukan baik program da’wah,da’i bahkan ummat islam secara keseluruhan demi perbaikan da’wah dan ummat dimasa yang akan datang, sehingga integritas pribadi dapat dimunculkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pembinaan terhadap da’i dan mubaligh, penyadaran dan pengkaderan generasi islam yang militan untuk masa depan perlu diperkencang dan penyadaran beragama dan berislam perlu kita tumbuhkan sehingga negara yang mayoritas muslim ini tidak ragu-ragu lagi untuk menerapkan syariat islam. Peluang itu kapan saja ada, apalagi dalam bulan Ramadhan yang memiliki berbagai keutamaan sehingga untuk bicara islam dan kebaikan lainnya orang tidak segan dengan alasan karena ini bulannya.

Kesempurnaan Syari’at Islam
Sudah saatnya kita memunculkan kembali agar syariat islam dapat diterapkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bernegara, karena sekian kali undang-undang manusia yang dipakai di negara ini selalu mengalami kegagalan karena semua itu rekayasa dan buah fikiran manusia, sedangkan islam adalah syariat yang diturunkan Allah melalui wahyu-Nya yang telah sempurna disyariatkan dan abadi untuk dijalankan, sebagaimana Allah firmankan dalam surat Al Maidah 5;3
‘’Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu”

Tergantung kepada usaha kita lagi untuk membumikan syariat islam ini melalui penyebaran da’wah dan penyadaran ke tengah-tengah masyarakat sehingga akhirnya tidak ada alternatif lain untuk menyelamatkan ummat ini dari segala krisis dan kemelut selain menerapkan syariat islam,setiap muslim sangat merindukan agar syariat islam itu tegak di negeri ini yang diawali dari keluarga sebagai mana yang disampaikan oleh Dr.Abdullah Azzam “Tegakkan Islam di dirimu niscaya dia akan tegak di negaramu”, wallahu a’lam.[Solok, 13062000]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar