Jumat, 08 Juni 2012

Renungan Hari Ke 19 Ramadhan

PUASA DAN JILBAB MODIS

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Bulan maghfirah hampir mendekati selesai dengan masuknya kita kehari sembilanbelas, suasana Ramadhan masih kental dimana walaupun tarawih dan tadarus sudah semakin jarang digantikan dengan kegiatan MTQ pada setiap masjid dan surau, serta adanya tabligh akbar tentang Nuzulul Qur'an.

kita masih banyak menyaksikan wanita berjilbab berada di mana-mana, di perjalanan, di masjid apalagi dan dipasarpun mereka ramai untuk berbelanja harian dan ada juga yang sudah membeli pakaian baru, nampaknya jilbab bukan lagi pakaian yang asing bagi wanita muslim, sejak dari anak-anak, remaja putri hingga orangtua sudah terbiasa dengan jilbabnya, berkaitan dengan itu, sebuah topik puasa dan jilbab jadi bahasan kita;

Suasana bulan Ramadhan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Hendaknya pada setiap pribadi muslim sebagai atsar [bekas] pemahaman terhadap ajaran islam yang semakin baik melalui kajian-kajian islam di bulan ini sehingga praktek ibadah yang dilakukan tidak mengalami kendala. Sudah saatnya bagi ummat islam mengamalkan ajaran islam secara kaffah yang dulu hanya sebatas shalat dan ibadah ritual saja.

Kesadaran beragama itu tampak pada muslimah yang memakai jilbab atau busana muslimah,”Katakanlah pada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangnanya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa jua. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung [jilbab] ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya” [24;31].

Memakai jilbab untuk masa sekarang bukanlah yang langka lagi, bahkan para artispun telah senang memakaiknya. Demikian pula anak-anak remaja, meskipun baru sebatas pakaian tapi belum mengikuti standard jilbab yang diajarkan syari’at islam. Sebenarnya tidak apa mengingat mereka baru saja tertarik pada budaya islam yang selama ini mereka abaikan akibat derasnya arus budaya lain, khususnya dari segi pakaian.

Kalau kita perhatikan meeka baru bisa memakai jilbab yang hanya sebatas menutup kepala, sedangkan akhlak dan tingkah lakunya masih jauh dari pribadi seorang muslimah sejati. Memang banyak faktor yang menyebabkan seseorang memakai jilbab. Boleh jadi karena jilbab itu sedang trend di kalangan pemudi kita.


Kurang pas kiranya bila seorang wanita berjilbab hanya sebatas menutup kepala dan leher, dadanya masih menonjolkan tontonan gratis atau berjilbab tapi roknya pendek. Bagian atas ditutup tapi bagian bawahnya diobral. Layakkah muslimah memakai jilbab tapi baju yang dipakai kaos ketat hingga mencetak postur tubuhnya? Bukankah fungsi jilbab itu untuk menyembunyikan bagian-bagian wanita yang tidak baik di pandang orang lain ? Buat apa pakai jilbab tapi baju dan roknya transparan sehingga jarak 90 meter jelas benar lekuk tubuhnya. Apakah tidak bercermin dulu sebelum tampil dimuka umum ? Ingat ibadah puasa seseorang akan kurang nilainya bila memandng dengan syahwat, apakah pakaian anda itu tidak mengundang pandangan syahwat ?

Bila anda sudah pakai jilbab, berarti telah menjalankan perintah Allah sesuai dengan ayat diatas. Jarang orang mau pakai jilbab karena faktor kecantikan. Rambut indahnya tertutup oleh kerudung sehingga pandangn lelaki tidak lagi pada rambutnya. Mungkin mereka menyatakan tiada arti kecantikan tanpa rambut indah, seakan keindahan rambut menghalangi seseorang untuk menjalankan perintah Allah.

Tidak boleh muslimah memakai celana panjang levis dan jean bukan karena produksi Amerika, tapi diingatkan oleh hadits rasul,”Lelaki tidak boleh menyerupai wanita dan wanita tidak boleh menyerupai lelaki”. Apalagi celana panjang jean ketat dipasangkan dengan kaos ketat pula, menampakkan besar dan bahenolnya pinggul seseorang, jangankan orang yang baru jadi ustad sedangkan Pak Kiyai saja akan terhenti melihatnya.

Tak ada orangtua yang melarang anaknya memakai jilbab walau sang ibu sendiri tidak atau belum memakainya, kecuali orangtua yang tidak faham dengan syariat islam karena islamnya hanya di KTP saja. Tapi ingat jilbab bukan sebatas pakaian, juga sebagai identitas seorang muslimah yang taqwa. Pergaulilah akhlakmu pada orangtua dan masyarakat. Jauhilah pergaulan bebas dan jangan bebas bergaul dengan lawan jenis, tidak khalwal [bersunyi diri dengan lain jenis yang bukan muhrim] dan tidak ikhtilat [campur baur dalam pergaulan lelaki dan wanita].

Bila pakai jilbab tapi sibuk pula dengan maksiat berarti mencemarkan citra busana muslimah, selain itu bila seorang pelajar atau mahasiswa tingkatkan prestasi dan tidak kalah bersaing dengan orang lain, dengan cara menunjukkan prestasi yang baik akan mengangkat gengsi jilbab di lingkungan pergaulanmu.

Muslimah yang pakai jilbab boleh juga berhias asal tidak berlebihan, gincu bibir yang sederhana, bedak yang tidak medok [kental dan berlapis-lapis],”....dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyyah” [33;32]. Bau farfum jangan membuat orang pusing memikirkannya,”Parfum lelaki warnanya lembut tapi baunya semerbak, sedangkan parfum wanita mencolok warnanya tapi baunya lembut” [hadits].

Tutur kata dengan lawan jenis yang bukan muhrimpun tidak boleh bermanja-manja untuk menarik perhatian orang lain. Wanita shalehah yang sudah memakai jilbab hanya boleh bicara manja pada ayah, kakak /adik lelaki, suami dan anak lelakinya,”..maka janganlah lembut kamu bicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf” [33;32].

Ramadhan saat yang tepat untuk mengevaluasi diri, kita memang makhluk yang dhaif, butuh nasehat dan arahan dari orang lain. Remaja yang mulia telah melaksanakan satu asfek ajaran islam yaitu jilbab kemanapun pergi, jadikan ini sebagai identitas diri dan bukti taqwa kepada Allah, bukan pakaian saat tertentu saja. Istiqamahlah dengan jilbabmu, karena banyak orang yang pakai jilbab tapi tidak istiqamah. Tidak sedikit pula orang yang istiqamah tapi tidak pakai jilbab, seharusnya yang pakai jilbab sekaligus istiqamah, bila tidak berarti pakaian jilbabmu hanya gaya modis, wallahu a’lam [Harian Serambi Minang Padang, 8 Desember 2001]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar