Selasa, 05 Juni 2012

Renungan Hari Ke 9 Ramadhan

AL QUR’AN DIKALA BULAN RAMADHAN

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Kesibukan yang kita lalui membuat Ramadhan tidak terasa sudah masuk hari kesembilan, selama ini pula kita bergelut dengan aktivitas yang sarat dengan ibadah, puasa sudah pasti yang diikuti dengan sahur, berbuka dan tarawih dengan tidak melupakan membaca Al Qur'an, bahkan hal ini sebenarnya sudah dilakukan secara rutin sejak Ramadhan muncul. Masih terdengar suara anak-anak dan remaja mengaji terdarus di masjid dan surau setelah mereka melaksanakan shalat tarawih dan shalat subuh, suara itu bergema melalui alunan speker yang cukup keras, asyik memang mendengarnya ketika alunan ayat-ayat suci Al Qur'an dilantunkan, bahkan saya berharap indah dan ramainya Ramadhan dengan tadarus di masjid berlanjut kelak setelah Ramadhan berakhir di bulan-bulan berikutnya.

Hari ini sudah sembilan hari kita puasa, sudah berada ayat, halaman dan juz Al Qur'an yang sudah kita baca dalam tadarus di siang, sore, pagi dan malam sebelumnya, idealnya hari ini masuk ke juz sembilan kita selesaikan membaca Al Qur'an, kalau tidak dapat mungkin sudah 4,5 juz, usahakanlah paling rendah 9 halaman bisa tuntas kita mambacanya, semua itu tergantung dari tekad kita untuk menghiasi Ramadhan ini dengan kemauan dan kemampuan untuk membaca ayat-ayat Allah ini.


Al Qur’an diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad Saw secara berangsur-angsur yang diawali pada bulan Ramadhan, dikenal dengan istilah Nuzulul Qur’an, ”Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang bathil” [Al Baqarah 2;185].

Dari ayat ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Al Qur’an adalah huda [petunjuk] bagi manusia dalam merambah kehidupan fana ini, disamping berfungsi sebagai furqan [pembeda] antara yang haq dan yang bathil. Kalau ummat islam telah menjadikan Al Qur’an sebagai huda maka dia tidak akan berkiblat ke timur maupun ke barat, arah hidupnya jelas yaitu mencari ridha Allah. Kalau ummat islam telah menjadikan Al Qur’an sebagai furqan dia harus pandai memilih sesuatu tanpa tergelincir ke jurang yang nista, Rasulullah bersabda, ”Surga merindukan kepada empat golongan; orang yang membaca Al Qur’an, orang yang menjaga lisannya, orang yang memberi makan orang yang lapar dan orang yang shaum pada bulan Ramadhan”.

Di hadits tersebut tergambar dua kelompok manusia yang dirindukan oleh syurga yaitu orang yang membaca Al Qur’an dan orang yang shaum [puasa] pada bulan Ramadhan, Rasulullah memberi satu gambaran bahwa orang yang beriman kemudian membaca Al Qur’an maka dia ibarat buah Turjah yaitu buah yang harum baunya dan lezat rasanya, sedangkan orang mukmin yang tidak suka membaca Al Qur’an ibarat buah Tamar yang lezar rasanya tapi tidak berbau harum.

Dikala Ramadhan, Al Qur’an akan bergema dimana-mana, baik yang dilantunkan orang mengeja, lancar ataupun yang syahdu, namun Al Qur’an baru sebatas itu baru digunakan oleh umma islam sehingga masih banyak ummat islam yang pandai membaca Al Qur’an tapi jiwanya tidak disirami ajaran Al Qur’an; perbuatannya, cara berfikirnya dan perasaan ummat islam jauh dari fungsi Al Qur’an yang sebenarnya.

Idealnya suatu masyarakat islam ialah disamping membaca juga mengisi jamnya dan ruhnya dengan nilai-nilai Al Qur’an serta menjadikan Al Qur’an manhajul hayah [sistim dan pedoman hidup]. Semaraknya Ramadhan dengan alunan Al Qur’an cukup baik dan syiar islam itupun nampak tumbuh di bulan ini, namun kita juga harus menata diri agar Al Qur’an sebagai ”huda” dan ”furqan” dalam kehidupan kita.

Usaha kita menata diri bersama Al Qur’an tak dapat dilepaskan dari upaya menjadikan Al Qur’an sebagai;

1. Kitabus syari’ah [kitab syariat] yang menjelaskan masalah hablum minallah dan hablum minannas serta hablumminal alam. Al Qur’an memuat masalah halal dan haram, yang dengannya mengajarkan manusia bagaimana menjalankan hidupnya sesuai dengan harkat dan martabat sebagai seorang manusia, Allah berfirman,”Untuk tiap-tiap ummat Kami berikan syari’ah dan minhaj....[Al Maidah 5;;48]

2. Kitabul Harakah [ kitab pergerakan] yang memaparkan seluk beluk medan da’wah yang telah dihadapi para nabi dan rasul dan menginformasikan hambatan, peluang dan tantangan da’wah dimasa datang. Dengan Al Qur’an, mukmin dapat pelajaran sebagaimana sebuah harakah yang menhaji dapat digerakkan, ”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu. Dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” [Yusuf 12;111].

3. Masdarul Ulum [sumber segala ilmu] yang datang dari Rabb yang Maha Mengetahui, menjelaskan segala sesuatu,”Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab yang menjelaskan segala sesuatu...”[An Nahl 16;89]. Rasulullah pernah bersabda,”Sesungguhnya Allah Ta’ala mengangkat derajat suatu kaum dengan Al Qur’an dan menurunkannya dengan Al Qur’an” [HR. Muslim].

Semoga Ramadhan kali ini kita dapat mengisinya dengan amaliyah Qur’ani dalam setiap gerak dan langkah kita. Suatu kenyataan membuktikan bahwa orang yang pandai membaca Al Qur’an dengan irama yang memukau pendengarnya, dia akan dihargai walaupun cara hidupnya tidak sesuai dengan Al Qur’an, sejarah membuktikan betapa banyak orang yang mendekam dalam penjara, disiksa oleh suatu rezim dan disingkirkan dari kehidupan karena menjadikan Al Qur’an sebagai landasan dalam berfikir, melangkah dan berbuat.

Diakui atau tidak oleh kita semua sebagai ummat islam, kalau sikap-sikap dalam kehidupan kita sehari-hari bercermin kepada Al Qur’an, masih banyak hal-hal yang belum kita laksanakan dan tidak dapat kita laksanakan yang intinya kitapun banyak melanggar larangan Al Qur’an. Untuk itu kita bersama berkewajiban untuk mengkaji, menghayati dan mengamalkan apa-apa yang digariskan dalam Al Qur’an supaya kita semua tidak termasuk ke dalam tipe-tipe manusia yang menentang ajaran-ajaran-Nya yang ada dalam Al Qur’an sebagai pedoman dasar bagi kehidupan kita di dunia agar kelak di akherat memperoleh keselamatan.

Membaca, mengkaji, menghayati dan mengamalkan ajaran Al Qur’an janganlah sekedar di bulan Ramadhan saja tapi dilanjutkan hingga datang Ramadhan berikutnya agar hidup selalu di bawah siraman rahmat, berkah dan maghfirah-Nya. [Harian Mimbar Minang Padang, 6 Desember 2000].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar