Rabu, 06 Juni 2012

Renungan Hari Ke 14 Ramadhan

RAMADHAN SYAHRUL FATH

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Hampir separuh Ramadhan berlalu, empat belas hari bukanlah waktu yang singkat untuk membimbing dan mentraining para shaimin yaitu orang yang berpuasa untuk jadi hamba yang taat hingga mencapai derajat taqwa, masihkah kita bersemangat sebagaimana minggu pertama kita masuki, adakah puasa kita mencerminkan orang yang berpuasa, yaitu meninggalkan pekerjaan yang sia-sia, selain menggugurkan pahala puasa juga menghabiskan waktu saja.

Waktu yang tersisa pada usia manusia itu seharuskan digukana untuk tiga hal agar waktu itu bermanfaat, kita harus mengisi waktu kita dengan peningkatan iman, amal shaleh dan menyampaikan wasiat kebenaran serta kesabaran, bila tiga agenda tersebut tidak dilakukan maka waktu kita sia-sia sehingga mendapat titel ummat yang merugi. Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sebagian tanda dari baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan Tirmidzi dan lainnya)

Kebagusan Islam seseorang bertingkat-tingkat. Cukuplah seseorang berpredikat bagus Islamnya jika telah melaksanakan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Dan puncak kebagusannya jika sampai derajat ihsan. Besarnya pahala dan tingginya kemuliaan seseorang sesuai dengan kadar kebagusan Islamnya. Sesuatu yang penting adalah sesuatu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Standar manfaat diukur oleh syariat, karena sudah maklum bahwa yang diperintahkan oleh syariat pasti membawa manfaat dan yang dilarang pasti menimbulkan mudharat oleh karena itu upaya untuk paham syariat adalah aktivitas yang sangat bermanfaat. Menjadi kewajiban seseorang demi kebagusan Islamnya untuk meninggalkan semua yang tidak penting karena semua aktivitas hamba akan dicatat dan celakalah seseorang yang memenuhi catatannya dengan sesuatu yang tidak penting, termasuk di dalamnya adalah semua bentuk kemaksiatan.

Begitu banyaknya aktivitas kita yang tidak bermanfaat dalam kehidupan ini sehingga waktu kita habis dengan percuma dan sia-sia, menyaksikan televisi hingga larut malam padahal ada pekerjaan lain yang lebih bermanfaat seperti membaca buku-buku berkualitas, memberikan pendidikan dan da;wah kepada masyarakat ataupun kepada keluarga. Sejak dari pagi hari hingga sore kita banyak menyaksikan masyarakat yang masih duduk-duduk di warung kopi sambil mengobrol hal-hal yang tidak ada manfaatnya, padahal banyak lahan ladang dan sawah yang dapat digarap untuk menghasilkan rezeki memadai untuk keluarga, malam harinya juga begitu, warung kopi selalu ramai dikunjungi hingga larut malam, padahal masjid dan surau sebagai tempat beribadah dan menimba ilmu agama kosong dari manusia.

Betapa banyaknya waktu kita terbuang percuma hanya untuk jalan-jalan di pasar, belanja ke super market atau mall, pelesiran tahun baru atau saat lebaran selain menghabiskan anggaran juga waktu yang hilang tidak ada maknanya. Kita selalu mengeluhkan kalau ummat islam tidak punya uang untuk biaya hidup, tidak ada dana untuk menyekolahkan anak, tapi saat lebaran menjelang begitu banyak uang yang terbuang untuk mudik setiap tahun yang membutuhkan dana tidak sedikit, setahun kita habiskan waktu, tenaga dan memeras keringat di rantau, lalu kita habiskan hanya dalam sepuluh hari Idul Fithri, setelah itu kita bergelut lagi dengan hidup yang serba kekurangan. Topik renungan kita hari ini adalah Ramadhan syahrul fath yaitu bulan kemenangan.


Ramadhan adalah bulan yang penuh kegembiraan, pada bulan ini akan nampak syiar Islam, berbagai aktivitas ummat yang tidak dilakukan di bulan selain Ramadhan digiatkan kembali. Dimulai dari shalat tarawih, tilawah qur’an dan pengajian-pengajian. Kesemuanya itu sebagai sarana untuk menambah amaliyyah ibadah dan merangsang kepada kebaikan.

Ramadhan berfungsi untuk menempa iman karena di dalam bulan ini segala kebiasaan buruk dihindarkan sehingga iman yang tadinya lesu bangkit kembali. Dengan puasa manusia juga dituntut untuk menanamkan keikhlasan sebab manusia lain tidak tahu apakah seseorang puasa atau tidak, hanya Allahlah yang tahu tentang keadaan orang yang berpuasa. Untuk mencapai jalan kebaikan maka bulan Ramadhan terbentang luas dengan segala sarana yang ada sejak dari infaq, sedekah, zakat maupun menyantuni orang yang berhak disantuni.

Dengan datangnya Ramadhan mampu mempersatukan masyarakat Islam karena semua ummat merasakan hal yang sama yaitu lapar dan dahaga. Puasa melatih kesabaran manusia dari segala derita lapar, sengsara haus dan beratnya ibadah yang diwajibkan. Ramadhan juga berfungsi menjadikan jiwa yang berpuasa jadi optimis yaitu amalnya akan diterima Allah, do’anya akan terkabul. Setelah Ramadhan berakhir hidup baru akan dihadapi sebagaimana bayi yang baru lahir, kembali kepada fithrah.

Orang yang melakukan puasa dengan baik akan memperoleh beberapa keberuntungan baik di dunia maupun di akherat. Bahkan di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qadar 97;1-5,”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al Qur’an] pada malam kemuliaan, dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat –malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati, Allah memerintahkan berpuasa di dalamnya. Dibukakan untukmu segala pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka dibelenggu segala syaitan. Didalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kebajikan pada malam itu berarti ia telah diharamkan segala berkah”.

Bulan ini disebut juga dengan Syahrul Fath atau bulan kemanangan karena bulan ini sejarah mencatat, banyak kemanangan yang telah diraih oleh orang-orang yang beriman kepada Allah. Dizaman Nabi Muhammad seperti peperangan Badar, Hunain, Tabuk, Mu’tah dan Fathul Makkah terjadi di bulan Ramadhan dan kemenanganpun diraih.

Pada para nabi sebelumnya terjadi hal serupa; Nabi Adam As betemu dengan Siti Hawa setelah sekian lama berpisah saat diturunkan dari syurga. Nabi Nuh terbebas dari bahaya bah akibat kedurhakaan ummatnya. Nabi Musa selama dari kejaran Fir’aun lalu kehancuran raja zhalim itu. Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api raja Namrud, semua itu terjadi di bulan Ramadhan, bangsa Indonesiapun mencatat sejarah, kemerdekaan Republik Indonesia ini diproklamirkan Soekarno dan Hatta terjadi bulan Ramadhan yang bersamaan dengan tanggal 17 Agustus 1945. Banyak peristiwa besar yang dialami manusia yang terjadi dibulan ini sehingga layak bulan ini disebut Syahrul Fath, yaitu bulan Kemenangan.

Kemenangan besar akan diraih dengan puasa Ramadhan ialah taqwa bagi mereka yang mau dan mampu menunaikan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, wallahu a’lam. [Harian Mimbar Minang, 28/11-2000]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar