Senin, 04 Juni 2012

Renungan Hari Ke 4 Ramadhan

INTERAKSI MUSLIM DENGAN ISLAM
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Tiga hari sudah berlalu, kini kita berada pada hari keempat Ramadhan dengan kestabilan fisik dan mental untuk melanjutkan rangkaian ibadah yang sudah diagendakan, shalat taraweh yang dilakukan di masjid, di surau atau di rumah memberikan nuansa indahnya hidup dalam Islam, sekian rakaat mengiringi rukuk dan sujud untuk menunjukkan kerendahan posisi manusia di hadapan Khaliqnya, taraweh membentuk jiwa kebersamaan dan ukhuwah islamiyah karena dilakukan dengan jamaah, suasana tenang dan khusyu' masih ditingkahi pula oleh bunyi mercon dan meriam bambu yang dibunyikan oleh anak-anak muslim yang menjadikan hal itu sebagai tradisi walaupun sebenarnya mereka telah mengganggu jamaah shalat taraweh. sebagai muslim kita memang harus berinteraksi dengan Islam agar faham mana ajaran yang sesuai dengan islam dan mana yang hanya tradisi semata, supaya kita juga dapat membedakan mana yang ibadah dan mana yang adat, selain itu agar keislaman kita benar-benar kaffah artinya total dalam keimanan dan keislaman tanpa dapat dimasuki oleh virus yang datang dari luar islam, apakah adat ataupun barat.

Idealnya seorang muslim adalah mereka yang hidup dalam islam secara kaffah [2;208] yaitu sikap hidup mengislamkan seluruh aktivitasnya serta memahami islam secara integral. Mereka juga adalah orang-orang yang siap mengadakan inqilabiyyah yaitu perombakan total seluruh asfek kehidupannya dari jahiliyyah kepada islam. Muslim yang baik adalah mereka yang tershibghah atau terwarnai oleh nilai-nilai Ilahiyyah [2;138] sehingga tidak ada lagi muslim yang bersifat nifaq, syirik, fasiq dan zhalim.


Namun karena perjalanan sejarah dan panjangnya waktu serta adanya konfirasi untuk merusak tatanan kehidupan muslim, baik dari kalangan syaitan, orang-orang kafir ataupun musuh dari dalam sehingga karakter kaffah, inqilab, shibghah dan Rabbani tidak kita temui bahkan sebagian ummat islam gaya hidupnya tidak beda dengan orang-orang diluar islam, islam yang tinggi hanya ibarat kapal terbang yang meroket di angkasa sementara ummatnya masih merangkak di tanah atau seperti fatamorgana, ummat islam hanya nampak dalam syiar-syiar islamnya tapi esensialnya tidak ada.

Infiltrasi Pemikiran Asing
Orang-orang di luar islam tidak senang bila ummatnya mengamalkan syari’at islam denan baik, hidup rukun dan damai dalam tatanan wahyu Allah sehingga muncullah beberapa konspirasi untuk menjauhkan ummat islam dari ajaran islam tersebut, ini konsekwensi dari perang salib yang menjadikan orang-orang nasrani dan yahudi memendam dendam bahkan sejak awal datangnya islam yang mereka nantikan, nyatanya islam datang bukanlah dari kalangan mereka tapi dari kalangan Quraisy yang mereka anggap rendah dan hina selama ini. Itulah makanya keluar ucapan Robert Zwemer ketika berhadapan dengan para pendeta,”Tugas kalian bukanlah menjadikan orang islam itu masuk ke agama kita, tapi jadikan mereka itu tidak tahu dengan islam, itu sudah cukup”.

Allah sendiri telah menggambarkan bagaimana makar Salibis dan Zionis terhadap Islam, tertuang dalam beberapa ayat;
“ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka....”[Al Baqarah 2;120]

“…mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup....”[Al Baqarah 2;217].

Dengan program ini wajarlah akhirnya ummat islam sudah jauh dirinya dari pribadi islam itu sendiri, apalagi mereka terserang beberapa penyakit yang disuntikkan oleh musuh yaitu penyakit “wahn” yang digambarkan oleh Rasulullah bahwa nanti umat islam akan dikeroyok oleh ummat lain ibarat makanan yang terhidang di atas meja, serta ummat islam seperti buih yang terdapat di laut yang indah dipandang, bila datang badai dia akan berantakan.

Sahabat memperanyakan ramalan Rasululah tersebut dengan menampilkan kuantitas, tapi Rasul mengatakan bahwa jumlah ummat islam itu mayoritas akan tetapi berlaku tirani minoritas terhadap mereka sehingga mayoritas tidak dapat berkutik lantaran tidak berkualitas, kondisi ini yang diciptakan musuh-musuh islam terhadap ummat islam tanpa disadari, padahal Allah telah mengangkat citra umma ini;
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”[Ali Imran 3;139]

Pada kondisi yang demikian maka kita harus berupaya merubah kondisi ummat ini dengan da’wah dan tarbiyyah sehingga ummat ini dapat berubah. Perubahan pada ummat islam adalah kebutuhan yang bersifat niscaya. Karena ummat islam tidak boleh berada pada kondisi stagnan atau kevakuman. Ia harus beranjak dari suatu keadaan yang lebih baik. Ia harus meninggalkan perpecahan menuju persatuan, membuang kebodohan dan menggantikan dengan pemahaman dan ilmu, mengubah kiblat dari membebek kepada orang-orang kafir menjadi patuh dan tunduk kepada Allah dan Rasulullah. Beranjak dari berfikir dan bertindak parsial menuju berfikir dan bertindak yang konfrehensip dan integral.

Untuk mengantisipasi segala bentuk infiltrasi dan konspirasi untuk menghancurkan islam maka perlu adanya kerja dan daya upaya ke arah mempertahankan diri sehingga ummat ini memiliki immunitas [kekebalan] terhadap makar manapun, Allah mengingatkan kita tentang rencana jahat mereka;
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”[Al Anfal 8;30]

Demikian sulitnya untuk membangun sebuah ummat yang solid sebagaimana yang pernah Rasul bentuk padahal ummat ini sama juga namanya yaitu ummat islam, mungkin benar apa yang dikatakan oleh ulama besar dari Mesir bernama Hasan Al Banna,”Bila anda ingin membangun ummat sebagaimana ummat dizaman Rasul maka bina dan bangunlah sebagaimana cara beliau membangun ummat itu”, artinya mungkin saja kita membangun ummat ini agar baik tapi tidaksesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah. Sehingga persatuan ummat dan kekokohannya dipertanyakan. Mungkin ada baiknya kita merenungkan perkataan bijak dari Rasul Sayyaf, seorang tokoh Mujahidin Afghanistan beberapa tahun silam pernah berkata, tentang kenapa para mujahidin Afghanistan berpecah ,”Kita bukannya tidak mau bersatu, kita mau dan ingin bersatu, namun upaya kita agaknya masih kalah dengan upaya lawan untuk memecah belah kita” [Sabili no.2/Juli 2000].

Interaksi Muslim dengan Islam
Walaupun bagaimana upaya non muslim untuk merusak islam tapi kita dituntut untuk berinteraksi dengan Islam secara intensif sehingga segala infiltrasi mereka dan makar yang mereka lakukan tidak mempengaruhi ummat ini, selam ini kita belum intens berinteraksi dengan ajaran islam sehingga wajar bila ummat ini jauh dari apa yang diharapkan oleh Rasulullah.

Seorang muslim harus berinteraksi dengan islam melalui hatinya sehingga terujud qalbun salim yaitu hati yang sehat, jauh dari penyakit yang dapat merusak hubungan sesama muslim [26;88-89]. Interaksi muslim dengan islam melalui fikiran sehingga menciptakan fikrah shashihah yaitu pemikiran yang benar, tidak terkontaminasioleh pemikiran-pemikiran yang sesat lainnya.

Interaksi perasaan yang membuat syu’ur hamasah islamiyyah yaitu perasaan yang mampu membangkitkan semangat islam yang baik, serta interaksi fisik yaitu interaksi muslim melalui firiknya dengan islam sehingga siap untuk memanggul senjata dan beban jihad untuk membela agama Allah [9;106].

Intinya bila ingin membangun ummat maka jangan melupakan agar umat ini berinteraksi dengan islam seluruh asfek kehidupannya;hati, fikiran, perasaan dan fisiknya sehingga menjadi seorang mukmin yang qawi [kuat] yang dapat mengalahkan musuh Allah dan musuh-musuh orang-orang beriman, salah satu waktu yang tepat untuk membentuknya ada di bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan bulan tarbiyyah bagi ummat ini, wallahu a’lam. [Solok, 24072000]


2 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas resfonnya terhadap tulisan ini,semoga kita mampu menegakkan kembali daulah islamiyah [negara islam] yg dimaksud,seorang mujahid Afghanistan bernama Abdullah Azzam mengatakan, tegakkanlah dien [islam] itu di diri dan keluagamu niscaya dia akan tegak di negaramu.

      Hapus