Senin, 04 Juni 2012

Renungan Hari Ke 8 Ramadhan

RAMADHAN SYAHRUS SYABRU
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros


Assalamu'alaikum, Selamat pagi semuanya, semoga pagi ini kita dalam keadaan segar, sehat, tetap beriman dan berislam pada pagi kedelapan Ramadhan tahun ini, dua hari lagi ibarat perlombaan lari baru sepertiga perjalanan yang kita lakukan, untuk mencapai itu saja kita butuh waktu dua hari lagi dengan tetap menjaga stamina fisik dan mental, menambah kestabilan diri agar kesabaran semakin meningkat hingga akhir Ramadhan diselesaikan dengan tuntas, kenapa perlu sabar, karena kesabaran itu hanya dapat diperoleh melalui tarbiyah, pendidikan dan penggemblengan puasa, mau kemana kita akan menjerit karena lapar, lelah dan haus, hal itu harus ditahan hingga datangnya waktu berbuka, saat berbukapun harus tetap sabar, orang yang sabar karena tidak ada yang akan dimakan wajar saja terjadi tapi kesabaran itu akan baik hasilnya bila kita mampu mengendalikan diri walaupun yang harus dilahap tersedia cukup banyak.

Satu konsekwensi puasa adalah rasa lapar dan haus yang sengaja dikekang dalam rangka memenuhi panggilan Allah dengan landasan iman untuk mencapai derajat taqwa, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang- orang terdahulu agar kamu bertaqwa” [Al Baqarah 2;183].

Taqwa adalah derajat yang paling tinggi atau kualitas prima manusia dalam pengabdian kepada Allah. Derajat ini dapat dicapai salah satunya hanya melalui puasa yang dilandasi iman dan perhitungan yang matang dalam arti menjaga puasa jangan sampai ternoda oleh prilaku yang tidak baik, puasa model inilah yang mendapat jaminan terhapus dari dosa, sebagaimana sabda Rasululah,”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan penuh perhitungan maka akan diampuni dosanya yang telah lalu”.

Dibulan ini orang berpuasa mengendalikan segala sifat yang tercela dengan pengendalian dan kesabaran yang penuh, menjauhakan diri dari perkataan yang mengandung dan mengundang suatu keributan dan caci maki, siap menerima segala bentuk perlakuan yang tidak baik dari orang lain dengan kesabaran, karena nafsu syaithaniyah dapat ditaklukkan hanya dengan sabar. Rasa lapar berbaur haus walaupun dipanggang panasnya matahari akan terasa nikmat dengan perisai sabar. Bagaimana nafsu mengajak untuk melahap semua makanan dan minuman dikala berbuka, hal itu tidak dilakukan karena sabar dikendalikan diwaktu berbuka, mereka tidak akan makan dan minum berlebihan sehingga sulit untuk melakukan aktifitas amaliyah ibadah tarawih.


Dalam melakukan ibadah tarawih juga dibutuhkan kesabaran apalagi dilakukan dengan berjamaah di masjid, kadangkala sang iman dengan kefasihannya membaca ayat panjang membuat makmum gelisah diiringi pula dengan ceramah Ramadhan yang mungkin lebih dari target waktu yang disediakan panitia, sang da’i over acting dan over dosis, hal ini membuat pendengar jemu dan resah apalagi materi yangg disampaikan tidak menyentuh, tapi bagi orang yang berpuasa hal ini akan dihadapi dengan kesabaran.

Sementara waktu tidur relatif singkat, orang yang berpuasa harus bangun untuk makan sahur, disinipun kesabaran harus tetap, betapa tidak, baru saja tidak sejenak harus pula bangun kembali untuk memenuhi sunnah Rasul. Dikala bangun badan terasa lemah, mata perih, kepalapun pening, nafsu makan juga tidak ada, dikesunyian malam terjaga membutuhkan kesabaran bagi orang-orang yang berpuasa, dan puasa memang membentuk kesabaran.

Selama ini orang mengartikan makna sabar dalam ruang yang sempit saja yaitu berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukai, misalnya surutnya rezeki, musibah kecelakaan, ditimpa penyakit, ditinggal orang yang dicintai dan lain-lain, untuk mengantisipasi ujian itulah yang disebut kesabaran. Padahal sabar bisa juga berarti teguh, ulet dalam menjalankan suatu proses panjang menuju keberhasilan salah satunya yaitu puasa dengan prediket taqwa.

Menurut Dr. Yusuf Al Qardhawi ada enam kesabaran yang diperlukan manusia yaitu sabar atas cobaan, sabar dari keinginan nafsu, sabar dalam taat kepada Allah, sabar dalam hubungan manusia, sabar atas maksiat dan sabar dalam berda’wah. Salah satu kesabaran yang dibutuhkan dalam bulan Ramadhan yaitu sabar dalam taat kepada Allah, sebagaimana yang dilukiskan dalam surat Thaha 20;132,”Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya”.

Kesabaran dalam kategori berupa taat kepada Allah ini sungguh berat karena menurut tabiat jiwa manusia cendrung menghindari ubudiyah, seperti tidak shalat, tidak puasa, jauh dari ajaran agama malah sebaliknya menginginkan kecelakaan tanpa disadari. Ramadhan akan berjalan dengan baik tanpa terasa bila kesabaran telah dipancangkan, kesabaran ini akan eksis walaupun Ramadhan menghindari kita dengan cerminan Idul Fithri artinya kesabaan yang telah terbiasa dibulan Ramadhan tetap dipakai dalam segala asfek kehidupan walaupun Ramadhan telah berlalu.

Kesabaran akan tetap tegak bila segala ibadah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas kepada Allah, Ramadhan mencetak manusia untuk bersikap sabar karena itu bulan ini disebut juga dengan ”Syahrus Syabru” yaitu bulan kesabaran. [Harian Semangat Padang, 08121999].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar