Rabu, 06 Juni 2012

Renungan Hari Ke 13 Ramadhan

MANUSIA DAN BEKAL HIDUPNYA

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Bagi orang yang beriman, shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan minimal lima waktu sehari semalam, yang kemudian bagi yang punya keinginan untuk menambah pahala, meraih simpati dan kedekatan dengan Allah dapat pula melakukan shalat sunnah, bila dikerjakan mendapatkan pahala dan bila tidak dikerjakan tidak apa-apa, shalat sunnah sering dikerjakan oleh orang-orang yang sudah faham tentang hikmah dan fadhilah dari shalat sunnah itu, seperti shalat sunnah fajar ternyata luar biasa pahala yang didapat bila dilakukan oleh seorang mukmin.

Shalat fajar yaitu shalat sunnah sebelum subuh-merupakan shalat sunnah yang paling banyak pahalanya dibandingkan shalat sunnah lainnya. Rasulullah mengistimewakannya dengan pahala yang begitu besar, "Dua rakaat fajar [shalat sunnah sebelum subuh] lebih baik dari dunia dan isinya" [HR. Muslim].

Dunia-seluruh dunia- segala isinya mulai dari bentuk harta benda, harta simpanan, kedudukan, usaha, segala yang menggiurkan dan menyenangkan, tidak akan sampai nilainya sebesar shalat sunnah fajar dua rakaat. Ini baru keutamaan shalat sunnah fajar, dari Aisyah dikatakan bahwa,"Tidak ada shalat sunnah yang lebih diperhatikan Rasulullah selain shalat sunnah sebelum subuh" [HR.Bukhari].

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahkan ketika melakukan perjalanan Rasulullah tidak mengerjakan shalat sunnah, baik yang dikerjakan sebelum shalat fardhu maupun sesudahnya, kecuali shalat sunnah subuh, beliau bersabda,"Janganlah meninggalkan shalat sunnah subuh walaupun kalian dikejar pasukan musuh"[HR. Abu Daud dan Ahmad].

Begitu besarnya pahala shalat sunnah subuh dengan imbalan yang luar biasa, apalagi melakukan shalat subuhnya, sedangkan yang sunahnya saja begitu besar balasan tentu yang wajib lebih dari itu, tapi tak semua orang yang mau merebutnya, walaupun puasa tetap dilakukan.

Memasuki Ramadhan hari ketigabelas ini semakin sedikit jamaah masjid terutama untuk shalat fajar dan subuh dikarenakan berbagai hal, dingin yang mencekam, ngantuk yang bergelayut atau masjid yang jauh dari rumah, beruntunglah bagi mereka yang bisa mengatasi tiga hal itu sehingga dapat melaksanakan shalat fajar dan shalat subuh pagi ini.


Ketika Nabi Adam As diturunkan Allah ke dunia ini sebagai Khalifah Allah untuk memakmurkan dunia dengan segala isinya untuk menerapkan nilai-nilai tauhid dalam seluruh asfek kehidupannya, sejak dari anak cucunya sampai akhir zaman. Sepanjang sejarah kehidupan manusia sejak dari lahir hingga alam akherat dapat diidentikasi tentang keberhasilannya sebagai hamba dan khalifah Allah.

Ada yang mampu mencapai keberhasilan dengan bahagia di dunia tapi gagal di akherat karena seluruh fasilitas hidup yang diberikan kepadanya tidak mampu difungsikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Sebagian manusia ada yang hidupnya di dunia dapat dikatakan hina dipandangan manusia karena tidak punya fasilitas yang diharapkan tapi mereka mulia di akherat sebab pengabdiannya kepada Allah tidak diragukan.

Ada yang mampu meraih bahagia di dunia tapi juga bahagia di akherat, orang ini mampu meraih dua dimensi alam sekaligus karena menjadikan ladang dunia untuk mencapai kampung baqa di akherat, inilah idealnya seorang mukmin, namun tidak sedikit pula manusia yang hina di dunia dan sengsara pula diakherat, seluruh kegagalan dialaminya, sangat prihatin dan menyedihkan posisi orang ini.

Dari empat kriteria manusia diatas maka beruntunglah orang yang dapat meraih keberhasilan dunia dan akherat, paling tidak sebagai muslim kita mampu meraih bahagia di akherat walaupun derita dan kesengsaraan kita rasakan, karena memang kehidupan yang sebenarnya kehidupan adalah akherat bukan dunia, dunia hanya tempat singgah sementara bagi manusia.

Kehadiran manusia di dunia ini tidaklah dibiarkan demikian saja tapi dibekali dengan perlengkapan hidup dan modal untuk menggarap alam ini dengan ikhtiar masing-masing, Allah menciptakan manusia dan Dia mengetahui maslahat dan kebutuhannya, semua itu sebagai modal dasar hadirnya manusia, untuk saling berlomba-lomba mencari keberhasilan dengan prestasi masing-masing, memang Allah tidak menuntut keberhasilan kita, tapi yang dituntut adalah usaha maksimal kita dalam usaha dan bekerja, inilah bekal manusia yang iberikan Allah;

Pertama, Allah menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. Dia menciptakan untuknya akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas-tugas dan menjadi kewajibannya berupaya memakmurkan bumi sebagai khalifah.

Dengan jasad yang kuat akal yang cerdas manusia dituntut untuk berbuat dan beramal untuk kemaslahatan dirinya dan masyarakat bahkan bumi keseluruhan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Allah berfirman dalam surat Al A’raf 7;42

”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

Kedua, Allah memberikan bekal kepada manusia dengan diciptakan-Nya ruh yang membutuhkan petunjuk dan hidayah, agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan akherat, karena manusia disebut sebagai manusia bukanlah karena jasadnya tapi karena ruhnya yang terpimpin oleh petunjuk Allah.

Ketiga, perangkat jasad, akal dan ruh saja tidaklah cukup maka kemudian Allah menanggung dan memenuhi seluruh kebutuhan manusia, karena memang manusia tidak memiliki sesuatupun;

”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”[Fushilat 41;10]


” Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.’[Saba’ 35;13]

Keempat, untuk kehidupan manusia di bumi ini perlu adanya rezeki dan Allah menjamin rezeki manusia dan menjadikannya mudah untuk didapat di atas bumi ini. Tidak ada seharusnya bagi seorang muslim rasa was-was dan khawatir tentang rezekinya, yang penting mau berusaha, sedangkan ulat di dalam batu saja selalu diberikan rezeki oleh Allah yang tidak putus-putusnya. Bila Allah menentukan jumlah manusia di dunia ini tiga milyat, tentu Dia menyediakan persediaan rezeki lebih dari itu untuk seumur dunia ini ;

”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan’’[Al Mulk 67;15].

Sebagian orang mengasosiasikan rezeki itu adalah gaji, honor atau hasil usahanya saja yang dapat diukur dengan jumlah materi, semua itu adalah bagian terkecil dari rezeki, makna rezeki itu luas sekali bahkan orang yang tidak punya gaji atau honor dan penghasilan tetap hidup dengan rezeki Allah yang datangnya tidak berpintu.

Kelima, bekal manusia di dunia ini perlu perkembangan dan dinamika hidup sesuai dengan perkembangan masanya, semua itu membutuhkan ilmu pengetahuan. Allah menjamin ilmu pengetahuan yang dibutuhkan akal serta membekali manusia alat dan sarana untuk mendapatkannya,dijelaskan dalam firman Allah surat An Nahl 16;78
” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Keenam, manusia tidak bisa hidup tanpa bimbingan wahyu dan petunjuk-Nya, terlalu banyak penyimpangan yang dilakukan manusia bahkan keluar dari eksistensinya sebagai makhluk Allah ketika tidak mengacu kepada petunjuk Allah. Untuk itulah makanya dikirim nabi dan rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia, yang petunjuk tadi tidak sembarangan orang dapat menerimanya sehingga muncullah golongan kafir, fasiq dan zhalim sebagai ujud pembangkangan mereka terhadap petunjuk Allah itu.

Demikian banyaknya bekal yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengelola, memimpin dan memakmurkan dunia ini dengan segala potensi yang dimiliki, selayaknya manusia tidak mengabaikan nikmat tersebut untuk mencapai keberhasilan hidup di dunia hingga akherat.

Semua nikmat yang telah diberikan Allah diatas adalah bekal hidup manusia, agar selalu berjalan di atas rel kebenaran, agar manusia memanfaatkannya dalam rangka beribadah kepada Allah dalam seluruh asfek kehidupan, wallahu a’lam [Solok, 08012001]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar