Senin, 04 Juni 2012

Renungan Hari Ke 7 Ramadhan

RAMADHAN SYAHRUL IBADAH

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros



Sudah enam hari puasa Ramadhan dilaksanakan dengan tuntas sesuai dengan kemauan dan kemampuan kita masing-masing, semoga waktu yang berlalu itu bernilai pahala dari Allah dan waktu Ramadhan yang masih tersisa dapat kita selesaikan dengan baik,kita masuki hari ketujuh ini dengan semangat semakin membara walaupun letih, lapar, haus mendera kita, tentu kita berharap Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terbaik sepanjang sejarah yang kita lalui, agar menjadikan Ramadhan terbaik, kata kuncinya adalah "Andaikata ini Ramadhan terakhir yang kita lalui" sungguh luar biasa kesungguhan aktivitas Ramadhan kita lakukan, wajar bilah Rasul menyatakan,"Shalatlah seolah-olah ini adalah shalatmu yang terakhir", kita motivasi diri ini,"Puasalah seolah-olah puasa ini adalah puasa terakhir dalam hidup kita".

Tentu hal itu memperkencang langkah kita untuk shalat tarawih, tilawah qur'an, tahajud, berbuka dan sahur bersama keluarga, tidak ada waktu untuk berleha-leha, kecuali untuk beribadah kepada-Nya, karena Ramadhan itu adalah Syahrul Ibadah.


Rasulullah Saw telah memberikan makna yang khusus bagi bulan Ramadhan dan bulan Ramadhan itu merupakan peluang emas untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Oleh karena itu jika datang bulan Ramadhan, Rasulullah Saw menyambut kedatangannya dengan mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” Selamat wahai Ramadhan.

Kemudian Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kamu mempuasakannya” [HR. Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi].

Didalam hadits lain diterangkan,”Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu dari segala bulan, maka hendaklah kita mengucapkan selamat datang kepadanya, telah datang bulan puasa dengan membawa segala rupa keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang datang ini” [HR.Ahmad].

Kedatangan bulan Ramadhan bagi ummat beriman ibarat menanti kedatangan seorang yang telah lama dirindukan untuk berjumpa. Sebelas bulan telah berlalu dengan segala suka dan duka, kadangkala iman itu naik sehingga mampu melakukan aktivitas ibadah sebaik-baiknya, kadangkala imanpun turun yang menyebabkan turun pula amaliah ibadah hamba Allah. Dengan datangnya Ramadhan, maka ummat islam terangsang kembali untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan menyemarakkan bulan Ramadhan bersama beberapa ibadah wajib, sunnah atau berbuat ihsan lainnya, Allah Swt berfirman,”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa’’[Al Baqarah 2;183]

Derajad taqwa akan dimasuki manusia melalui berbagai jenjang dan proses, yaitu muslim, mukmin, muhsin,mukhlis dan muttaqin. Tetapi dalam bulan Ramadhan, Allah memberi kesempatan untuk memenuhi jenjang taqwa hanya melalui puasa, yaitu puasa yang dilakukan penuh keimanan dan perhitungan.

Ramadhan disebut juga dengan syahrul ibadah, yaitu bulan ibadah bagi manusia yang mau dan mampu memanfaatkan kehadiran bulan Ramadhan, sangat sia-sia jika sebelas bulan berlalu menantikannya lalu setelah hadir tidak dimanfaatkan. Di luar bulan Ramadhan mungkin kita tidak teratur bahkan sering terlalaikan melakukan shalat wajib atau tidak ada kesempatan melakukan puasa sunnah seperti puasa Senen dan Kamis. Dengan datangnya bulan Ramadhan, ibadah utama itu dilakukan dengan senang hati karena jaminan pahala yang diberikan-Nya.

Di bulan Ramadhan, amal-amal kita seperti hari-hari lain yang nilainya berbeda, karena Allah akan menilai pahala orang-orang yang berpuasa dengan berlipat ganda, dan Allah saja yang akan menilainya dan membalasnya. Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi,”Siapa saja berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui segala batas-batasnya serta memelihara diri dari segala yang baik,dipelihara diri dari padanya,niscaya puasanya itu menutupi dosanya yang telah lalu”.

Perumpamaan diatas menunjukkan betapa ummat yang beriman merasa bahagia akan kehadiran Ramadhan, karena kehadirannya itu akan membawa kebahagiaan serta beberapa hikmah yang ditinggalkan Ramadhan itu dalam jiwa seseorang. Sebelas bulan selain bulan Ramadhan barangkali orang tidak ada kesempatan untuk mendirikan shalat malam, sangat jarang membalik Al Qur’an apalagi membacanya, tidak pernah berzikir kepada Allah, dan lain-lain amalan sunnah yang tidak dilakukan dibulan Ramadhan. Dengan datangnya bulan Ramadhan orang terangsang kembali untuk berbuat amal sunnah sebanyak-banyaknya. Ibadah shalat wajib yang dilakukan diluar bulan Ramadhan dinilai pahalanya hanya satu, tapi bila dilaksanakan di bulan Ramadhan maka pahalanya berlipat ganda.

Shalat sunnah yang dikerjakan di luar bulan Ramadhan akan dinilai sebagai ibadah sunnah, namun bila dilakukan dalam bulan Ramadhan maka akan dinilai sebagai ibadah wajib. Memberi sedekah, infaq dan santunan kepada orang yang berhak menerimanya akan dinilai tinggi di hadapan Allah Swt. Memberi jamuan buka puasa kepada orang yang berpuasa akan memperoleh pahala dari Allah, sama dengan ibadah orang yang berpuasa, Nabi Muhammad Saw bersabda,”Siapa saja yang memberikan makanan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia akan memperoleh pahala seperti pahala yang diperoleh oleh orang yang puasa itu, tidak kurang sedikitpun” [HR. Ahmad].

Kesempatan ini hanya diberikan di bulan Ramadhan, bukan di bulan-bulan lainnya, karena bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keistimewaan. Syahrul Ibadah yang merupakan keistimewaan bulan Ramadhan tidak bermakna bila tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan landasan iman dan perhitungan, yaitu menjauhkan hal-hal yang dapat merusak dan menodai ibadah puasa.

Rasulullah menerangkan dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Tabrani.”Betapa banyak orang-orang yang berpuasa yang diperolehnya dari puasanya itu hanyalah lapar dan haus; dan berapa banyak juga orang yang mendirikan shalat malam, yang diperolehnya dari shalat malamnya itu hanyalah berjaga malam saja” [SKJ No.141 Maret 1993].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar