Rabu, 18 November 2015

Generasi Pengganti





 
GENERASI PENGGANTI
Oleh Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Umum DPP Garda Anak Nagari
Staff Yayasan Perguruan Islam Al Azhar Batam
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
  
Dalam perjalanan kehidupan manusia sejak Allah menurunkan Nabi Adam sebagai pengelola dunia ini telah diberi bekal untuk menuntun agar kehidupan yang dilalui tetap konsisten dan konsekwen terhadap nilai-nial tauhid yang diberikan Allah. Adam dan anak cucunya tetap terjaga dengan baik bersama iman yang benar hingga beberapa generasi berikutnya.

Karena perjalanan yang panjang itulah maka terjadi penyelewengan sejarah yang dialami cucu Nabi Adam karena mereka tidak lagi lansung berinteraksi dengan sang kakek, mereka semakin jauh merambah dunia lain sehingga dikala rasa takut dan cemas, rasa rindu untuk menumpahkan pengabdian kepada Khaliq dilampiaskan ke pohon-pohon besar, ke batu-batu, tempat-tempat keramat dan bentuk penyelewengan lain yang dimotori oleh iblis laknatullah.

Namun Allah tetap sayang kepada hamba-Nya sehingga diangkatlah diantara hamba itu sebagai pembimbing, sebagai Nabi dan Rasul yang akan menuntun mereka ke jalan yang benar yaitu jalan Mentauhidkan [Mengesakan] Allah. Banyak yang mengikuti jalan yang benar tapi tidak sedikit pula tetap mengikuti kesesatan sehingga beberapa peringatan yang datang tidak mereka perhatikan.

Nabi dan Rasul terakhir adalah Muhammad yang tidak beda dengan para pendahulunya yaitu mengajak manusia ke jalan kemuliaan yaitu mengabdikan diri hanya kepada Allah dengan segala konsekwensinya. Bila keimanan dan pengabdian serta akhlak suatu ummat sudah mulai melenceng dari jalan tauhid, maka Allah akan mengganti  ummat yang ingkar tersebut dengan generasi lain yang lebih baik. Sebagaimana dalam surat Al Maidah 5;54 hal itu dijelaskan Allah;

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

Pada ayat diatas Allah memanggil orang-orang yang beriman karena memang orang yang beriman yang mau dan mampu untuk menunaikan kewajiban yang dibebankan Allah, keimanan saja tidaklah cukup tapi asfek lain harus ditunaikan, keimanan yang dicampuradukkan dengan kekufuran atau telah keluar dari nilai-nilai keimanan maka orang beriman tersebut akan diganti dengan ummat lain, penggantinya adalah;

1.Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya
          Salah satu bentuk keimanan dan  pengabdian manusia kepada yang disembahnya adalah cinta, siapa saja yang menyembah sesuatu maka dia ujudkan dalam bentuk mencintai sesuatu itu, begitu pula keimanan dan pengabdian seorang muslim kepada Allah harus disertai cinta yang mendalam. Orang yang tidak lagi mencintai Allah maka mereka akan diganti dengan mukmin lain yang lebih mencintai Allah dan Allahpun mencintainya;

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
 Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).[Al Baqarah 2;165]

2.yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin                              
           Watak orang yang akan menggantikan posisi mukmin yang murtad adalah orang yang lembah lembut terhadap orang-orang mukmin yang terpupuk dalam kehidupan ukhuwah islamiyyah, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159,

”Maka disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku  lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.

3.yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir                                                  
            Sikap lemah lembut yang dimiliki orang-orang beriman tidak berarti  menjadikan mereka lemah terhadap orang kafir, kekafiran adalah bentuk keingkaran kepada Allah sehingga mereka tetap bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir karena sudah jelas batas keimanan dan kekafiran, kekafiran tidak bisa dilawan dengan lembah lembut, harus dihadapi dengan ketegasan dan sikap yang keras sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah;

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. [Al Fath 48;29]
Ayat dibawah ini adalah sikap Rasul dikala dia diajak untuk kompromi dengan kekafiran, maka jawaban yang tepat adalah ketegasan dalam keimanan;

"Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,  Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."[Al Kafirun 109;1-6]

4.yang berjihad dijalan Allah
               Ujud keimanan yang baik adalah iman yang siap untuk berjihad di jalan Alah  dengan segala potensi yang dimiliki, ketakutan terhadap jihad ini akhirnya pok orang-orang yang phobi terhadap islam menjadikan jihad sebagai kelompok yang keras, kasar dan gerombolan teroris sehingga makna jihad sudah diartikan sangat negatif, padahal jihad adalah agenda suci seorang muslim yang masih baik imannya, bila tidak mau berjihad maka Allah akan mencari orang lain yang akan menegakkan jihad itu, benar apa yang dikatakan oleh Sayid Qutb,"Jayanya islam karena menegakkan jihad dan hancurnya islam karena meninggalkan jihad".          

            ’’Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar” [At Taubah 9;111]

5.dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela
            Untuk menegakkan kebenaran, menyampaikan da'wah bahkan posisi sebagai muslimpun akan dilemahkan melalui shock terapy melalui pencitraan yang negatif dengan caci-maki, celaan dan kalimat yang merendahkan muslim. Orang-orang yang murtad dari agama ini akan mudah sekali timbul rasa takutnya kalau ada orang yang mencela terhadap keimanannya, sedangkan generasi yang akan tampil ke depan adalah generasi yang tidak takut terhadap celaaan orang yang mencela sekalipun yang mencela itu sekaliber Fir'aun;

 “Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku, Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas,  Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".[Thaha 20;42-44]

Iman yang istiqamah akan terjaga dari penyelewengan nilai-nilai, sikap dan watak yang dapat menjadikannya murtad, bila hal ini terjadi maka Allah tidak akan berharap banyak terhadap mukmin yang begini, tentu akan dihadirkan kualitas mukmin yang lebih baik dari yang ada, semoga kita adalah mukmin yang menggantikan bukan mukmin yang akan digantikan, wallahu a'lam. [Cubadak Solok, 18032010]

Tulisan ini dimuat di Majalah Ukhuwah Kota Batam, Edisi No.5 /Okt-Nov-2015



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar