Minggu, 17 Juni 2012

Renungan Hari Ke 23 Ramadhan

MENYAMBUT KEDATANGAN IDUL FITHRI

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros


Ramadhan akan berakhir juga walaupun kita sebagai ummat Islam melalaikan kesempatan untuk meraih derajat taqwa atau memacu diri untuk mendapatkannya. Walaupun lebaran masih satu pekan lagi tapi bau hari raya sudah mulai nampak, spanduk menyambut Idul Fithri sudah mulai terpasang dimana-mana, ada dari tokoh adat dan tokoh partai politik yang mengucapkan " Taqabbalallahu minna wa minkum, minal 'aidiina wal faizhin, selamat hari raya Idul Fithri, Mohon Maaf Lahir dan Bathin", terlepas ucapan itu mengandung simpati atau politis, tapi kesan antusias menyambut idul fithri nampak disana, seiring dengan itu, spanduk dan baliho Marhaban ya Ramadhan sudah mulai usang dan sebagian robek dan diturunkan.

Sebentar lagi sms dan facebook serta twitter akan ramai dengan ucapan selamat idul fithri sebagai tersambungnya tali silaturahim, hari ke 23 ini benar-benar mengajak kita semakin dekat dengan Idul Fithri dan semakin jauh dari Ramadhan, semoga Ramadhan yang akan datang menjelang dapat menyapa kita lagi.


Dalam rangka menyambut hari raya tanggal 1 Syawal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu;
1. Menyempurnakan Ibadah Puasa
Menghitung kembali hari-hari puasa yang tidak dilakukan karena beberapa hal, kemudian pada tahun ini juga harus dibayarkan dengan puasa pada hari dan bulan yang lain, sebagaimana anjuran Allah dalam surat Al Baqarah 2;184,”Hari-hari yang tertentu, jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan [lalu berbuka] maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain”.

2. Membayar Zakat Fithrah
Hikmah dari membayar zakat fithrah yaitu mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan, perkataan sia-sia dan keji selama puasa, zakat fithrah itu disalurkan kepada fakir miskin dengan batas waktu sebelum usai shalat Idul Fithri, dengan kadar 2,5 kilogram beras perjiwa atau sejenis makanan yang menyenangkan. Umar bin Khattab berkata,”Rasulullah Saw memerintahkan kami mengeluarkan zakat fithrah sebelum orang pergi shalat”.

3. Perhitungan Zakat Mal
Bagi ummat islam yang selalu memperhitungkan zakat harta pada bulan Ramadhan, hendaklah sebagian harta yang dimilikinya sebagai ummat yang wajib disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Karena dibalik harta itu terdapat hak fakir miskin, anak yatim dan lainnya. Allah tidak membenarkan bila orang yang beriman dan telah cukup nisab hartanya, lalu tidak memperhitungkan zakat yang harus dikeluarkannya.

4. Menyambut Idul Fithri dengan Gembira
Kegembiraan ini bukan diiringi dengan berbagai pesta meriah dengan mempersiapkan minuman dan makanan serta pakaian yang menggembirakan. Sambutlah Hari Raya Idul Fithri dengan kegembiraan, karena kita telah berhasil mengekang dorongan hawa nafsu selama satu bulan dengan ibadah puasa. Kedatangan Idul Fithri tidak layak ditakuti karena situasi ekonomi yang kurang menggembirakan, apalagi diiringi dengan pertengkaran antara suami isteri tidak tersedianya pakaian dan makanan untuk anak-anak.

5. Mengucapkan Takbir
Takbir akan bergema sejak masuknya Idul Fithri, yaitu setelah berbuka pada hari terakhir puasa Ramadhan sampai selesai shalat Idul Fithri, baik di rumah, di masjid maupun perjalanan menuju kelapangan untuk melaksanakan shalat.

Al Qur’an pada surah Al Baqarah ayat 185 mengisyaratkan,”Supaya kamu besarkan dan agungkan asma Allah karena rasa syukur nikmat [yang telah diberikan Allah berupa pedoman hidup yaitu Al Qur’an”.

Rasulullah Saw bersabda,”Hendaklah kamu siarkn hari raya dengan takbir” [HR. Thabrani dari Anas].

6. Jangan ke kuburan karena Hari Tertentu
Salahs satu adat kebiasaan di Indonesia ialah melakukan ziarah pada hari-hari dan bulan-bulan tertentu, seperti hari akan menyambut puasa dan setelah selesai bulan Ramadhan, yang diiringi dengan manabur bunga dan menyiram air. Pada saat lebaran sehabis shalat Id, ummat islam berbondong-bondong ke kuburan dalam rangka ziarah kubur. Ajaran islam tidak melarang ziarah, bahkan disunnahkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk mengingat mati, tapi janganlah dilakukan dengan aturan islam yang dibalut dan dipoles oleh adat nenek moyang. Ziarahlah sebagaimana yang dituntunkan oleh sunnah Rasulullah Saw yang menganjurkan ziarah kubur itu kapan saja, hanya jangan ditentukan pada hari dan bulan tertentu, seperti pada saat menyambut Ramadhan atau Idul Fithri saja.

Rasulullah Saw mengajarkan do’a ketika masuk kubur,’’Semoga Kesejahteaan tetap bagimu wahai ahli kubur kaum mukmunin dan muslimin, insya Allah kami akan bertemu denganmu, kami mohon kepada Allah untuk kami dan kamu”[HR.Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah].

7. Bersilaturahim
Lebaran tiba, adalah saat yang dapat digunakan untuk saling kunjung mengunjungi antara satu dengan lainnya, bahkan saat lebaran saja kegiatan ini dilakukan, pada hari lainpun tidak ada halangan. Pada saat ini saling menebur dosa dan memaafkan segala kesalahan, isteri mohon maaf kepada suami dan sebaliknya, anak mohon maaf kepada ibu dan bapaknya dan sebaliknya, hubungan dengan tetangga dijalin dengan silaturahim. Disamping itu satu hal yang tidak patut dilaksanakan ialah berjabat tangan antara pria dan wanita yang bukan muhrimnya. Jika bertemu antara satu dengan yang lain hendaklah saling mengucapkan tahniah yaitu ”Taqabbalallahu minna waminkum” semoga Allah menerima amal kami dan amal kamu” [HR.Jubair Ibnu Nufair].

Dalam melaksanakan shalat Idul Fithri, ada beberapa hal yang disunnahkan Nabi Muhammad Saw yaitu;
1. Sebelum shalat Idul Fithri mandi terlebih dahulu.
2. Memakai wangi-wangian.
3. Memakai pakaian bagus, bersih, tidak mutlak baru dan mahal.
4. Sarapan atau makan pagi terlebih dahulu sebelum berangkat untuk shalat Idul Fithri.
5. Berangkat dan pulang dari shalat menempuh jalan yang berbeda maksudnya agar banyak bertemu jamaah di dalam perjalanan.
6. Mendengarkan khutbah Id dan jangan pulang setelah shalat Idul Fithri.

Dalam rangka memeriahkan hari raya Idul Fithri, sebagian ummat islam janganlah melakukan dengan kegiatan-kegiatan negatif, seperti;
1. Bermewah-mewahan dalam segala hal.
2. Makan dan minum yang dilarang Allah seperti minuman dan mabuk-mabukan.
3. Pelesiran ke tempat yang banyak maksiat.
4. Menghadiri hiburan yang mengakibatkan lupa kepada Allah Swt.
5. Karena lebaran telah datang dan puasa telah usia, jangan masjid dibiarkan kosong dan sepi dari jamaah. Karena pada bulan puasa Ramadhan pada umumnya masjid sangat makmur dikunjungi jamaah untuk shalat tarawih dan berbagai kegiatan lainnya. [Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta no. 118/ April 1991].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar