Minggu, 17 Juni 2012

Renungan IDUL FITRI 1433.H/2012.M

HASIL TEMPAAN RAMADHAN

Oleh Drs. St. Mukhlis Denros


Hari ini kita berada di hari lebaran, tanggal 1 Syawal 1433.H/ 2012.M, ummat Islam bergembira mendatangi Lapangan atau masjid untuk melaksanakan shalat Id yang merupakan sunnah Rasulullah Saw, pakaian seperti baju, sepatu, kopiah, sarung, sepatu hinga mukena, dapat dipastikan semuanya baru yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum datangnya hari raya, perlengkapan rumahpun hingga kendaraan bagi mereka yang mampu diusahakan semuanya serba baru, paling tidak diperbaharui, semuanya lantaran datangnya lebaran.

Arus mudik masih sibuk diperjalanan, ada sebagian mereka sudah sampai di kampung halaman, berlebaran dengan keluarga, kegembiraan lebaran di kampung punya kesan tersendiri, sebagian lain yang mudik masih terjebak macet diperjalanan atau kendala lain, dapat diperkirakan malam nanti mereka sudah sampai, walaupun tidak sempat shalat Id bersama tapi malam hari atau besoknya suasana lebaran masih dinantikan.

Apa sebenarnya yang perlu kita lakukan ketika Ramadhan berakhir, apakah kita akan merdeka untuk berbuat apa saja atau kita punya kerja-kerja lain yang harus dan masih berkelanjutan.

Rasanya berat meninggalkan bulan Ramadhan, ingin rasanya kita terus berada di bulan nan indah dan penuh berkah ini, namun waktu tetaplah waktu yang pasti berlalu, kini saatnya kita dan seluruh umat Islam di seluruh dunia merayakan kemenangannya. Gema takbir, tahlil dan tahmid pun berkumandang dimana-mana, umat Islam di seluruh jagad raya ini, bersatu padu melantunkan irama membesarkan Allah, memuji dan mensucikan-Nya, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah dianugerahkan. Mengungkapkan syukur atas hidayah dan inayah Allah yang begitu besar karena telah berhasil mengikuti rentetan ibadah pada bulan Ramadhan sebagai jaminan untuk mendapatkan ganjaran dan ampunan Allah SWT dan kembali kepada fitrah.


Drs Sutan Mukhlis Denros dan keluarga, mengucapkan TAQABBALALLAHU MINNA WAMINKUM, MINAL 'AIDIN WAL FAIZHIN 'SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI' 1 Syawal 1433.H/ 2012.M, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.


Di akhir Ramadhan, masih ada beberapa ibadah yang disyariatkan sebagai penutup amalan seorang hamba yang mulia ini. Di antara syari’at itu adalah:
Pertama: Istighfar. hendaklah kita memperbanyak istighfar kepada Allah Ta’ala. Istighfar menjadi penutup bagi segala amal kebaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam jika selesai melaksanakan shalat fardhu, beliau beristighfar dalam keadaan menghadap kiblat. Beliau beristighfar tiga kali. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga beristighfar setiap selesai melakukan shalat malam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengakhiri hayatnya dengan istighfar. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya:

”Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”[An Nashr 110;1-3].

Hikmah mengakhiri amal dan menutup usia dengan istighfar yaitu berperan untuk menutupi kekurangan serta kesalahan dalam amalan sepanjang usia. Karena manusia tidak akan lepas dari kekurangan dan kesalahan.


Hikmah lainnya, agar seorang muslim tidak tertipu atau silau dengan amal ibadah yang telah dilakukannya. Hendaklah seorang muslim senantiasa menganggap dirinya kurang maksimal dalam menunaikan hak-hak Allah Ta’ala. sekalipun telah banyak amalan yang dia perbuat. Oleh sebab itu, disyariatkan beristighfar, memohon ampunan Allah Ta’ala atas kekurangan ini.

Jika yang melakukan amal shalih saja sisyariatkan untuk beristighfar, lalu bagaimana dengan orang yang senantiasa melakukan perbuatan dosa dan maksiat, namun dia enggan beristighfar?!

Diantara amal shalih kedua yang bisa dijadikan sebagai penutup bulan yang penuh barakah ini yaitu zakat fithri. Zakat fitrah merupakan syiar Islam dan kewajiban yang agung. Allah Ta’ala mewajibkannya atas seluruh kaum muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar, merdeka maupun budak. Zakat ini sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin, agar mereka ikut serta merasakan kebahagiaan di hari Raya Idul Fitri. Zakat ini diambilkan dari makanan pokok daerah setempat. Allah Ta’ala berfirman:

“…Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu,…”[Al Maidah 5;89].

Belum dikatakan menunaikan zakat, jika dia menggunakan makanan yang jelek. Allah Ta’ala berfirman:
”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Qs al-Baqarah/ 2:267)


Amalan lain yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala di penghujung bulan ini bertakbir, mengagungkan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang dibeRikan kepadamu, supaya kamu beRsyukuR.” (Qs al-Baqarah/ 2:185)

Takbir disyariatkan apabila telah teRlihat hilal bulan syawal sampai pelaksanaan shalat ied. TakbiR ini dilakukan di masjid-masjid, Rumah-Rumah dan jalan-jalan sebagaimana yang dilakukan Oleh paRa sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, guna menyebaRkan syiaR Islam dan mengagungkan Allah Ta’ala atas segala kaRunia dan nikmat-Nya. [AkhiRi Ramadhan Dengan Amal Shalih, Majalah As Sunnah, edisi khusus [06-07] Th XII Ramadhan-Syawal 1429.H, September-Oktober 2008.M].

Buah Ramadhan bukan hanya mampu meRedam muRka Allah subhanahu wata’ala tapi juga dapat mendatangkan kebeRkahan untuk negRi kita ini jika buah teRsebut betul-betul telah dimililiki dan diRaih Oleh semua penduduk negRi ini, sebagaimana janji Allah subhanahu wata’ala,
”Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [Al A’raf 7;96]. [Muhammad Ruliyandi Abu Nabiel Khutbah 'Idul FitRi Buah Ramadhan PeRedam MuRka Ilahi :: Compiled by oRiDo™ ::].


Kegiatan rutin yang dilakukan ummat islam selama bulan Ramadhan diantaranya puasa, shalat malam [tarawih], shalat berjamaah, membaca Al Qur’an, sedekah, pengajian-pengajian dan lain-lainnya. Kegiatan tersebut bila terbukti pula diluar bulan Ramadhan berarti pengkaderan selama satu bulan berhasil.

Puasa yang dilakukan selama bulan Ramadhan dapat diselesaikan dengan baik, menahan lapar dan dahaga, serta menjauhkan segala yang membatalkan puasa, hal ini biasa dilakukan karena bulan puasa, bila tidak nampak dilakukan diluar bulan Ramadhan dengan puas nazar, puasa sunnat dan puasa qadhanya tidak terujud kader yang baik.

Shalat malam yang dilakukan di bulan Ramadhan dengan tarawih biasa dan wajar, tapi apakah terlihat pula shalat malam tersebut dengan tahajudnya di luar bulan Ramadhan, bila puasanya baik tentu saja kegiatan ini akan berkelanjutan bukan di bulan Ramadhan saja.

Orang mengejar shalat berjamaah di bulan Ramadhan karena pahalanya besar bahkan shalat sunat saja sama nilainya dengan shalat wajib di luar bulan Ramadhan. Tapi kerap kali bila Ramadhan berlalu tidak lagi shalat berjamaah diutamakan untuk dilakukan baik di masjid ataupun di rumah, begitu Ramadhan berlalu maka shalatpun menjadi nomor terakhir.

Tabungan Ramadhan akan penuh oleh infaq, sedekah dan santunan, orang yang memberi berbuka bagai yang puasa pahalanya sama dengan orang yang berpuasa, setelah puasa usai pula sedekah, infaq dan santunan jarang sekali terdengar, pembangunan masjid terhenti karena dana yang dihasilkan Ramadhan telah habis, terpaksa pembangunan dilanjutkan menanti Ramadhan berikutnya.

Di bulan Ramadhan syiar islam nampak memancar dengan kegiatan tilawatil qur’an yang digemakan di masjid-masjid melalui qori dan qariah, baik selesai tarawih ataupun menjelang subuh, dimana-mana diadakan pengajian dan pengkajian islam dan Al Qur’an, setelah berlalu satu bulan mulia ini Al Qur’an disimpan di lemari yang paling tinggi, sekali-kali berkumandang ayat-ayat ini melalui kaset, tidak terdengar lagi suara merdu anak-anak mengaji dan mengeja Al Qur’an.


Pengajian-pengajian semarak, dari kuliah subuh, kuliah taraweh sampai pengajian menjelang berbuka, begitu pula radio selalu mengudarakan ceramah-ceramah islam, tapi sayang hanya satu bulan, begitu Syawal menjelang Ramadhanpun tenggelam diiringi tenggelamnya segala aktivitas ummat.

Orangtuapun sibuk membawa anak-anaknya untuk shalat di masjid, menyediakan makan sahur dan berbuka keluarga karena dihiasi oleh Ramadhan, perhatian orangtua ekstra ketat dibulan ini, terpanggil ayat Allah dalam surat At Tahrim 66;6 yang artinya,”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargam dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.

Sehubungan dengan ayat diatas Umar bin Khattab bertanya kepada Rasulullah,”Ya Rasulullah kami telah dapat memelihara diri kami, tetapi bagaimana caranya memelihara keluarga kami?” Jawab Rasul,”Kamu laranglah mereka dari segala perbuatan yang dilarang Allah, dan perintahkan mereka mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan Allah” [HR> Al Quraisyi].


Sangat rugi orang yang tidak menjaga dirinya dari neraka, tidak terpuji orang yang hanya menjaga dirinya sementara keluarganya diabaikan, sangat bodoh orang yang menyelamatkan keluarganya sementara dirinya tenggelam dalam neraka.

Bila segala kegiatan yang berlansung di bulan Ramadhan tidak dilanjutkan di luar bulan Ramadhan berarti tempaan, pengkaderan dan latihan di bulan ini sedikit hasilnya dan manfaatnya atau tidak berhasil dan tidak bermanfaat sama sekali. Seandainya dapat pula terlaksana dengan baik di bulan lain berarti tercapailah tujuan dari puasa yaitu meraih derajat taqwa. Taqwa adalah tingkatan tertinggi dalam ajaran islam setelah seseorang disebut dengan muslim, mukmin, muhsin dan mukhlis.

Sifat yang harus tertanam setelah Ramadhan yaitu sabar, disiplin, kasih sayang,semakin dekat kepada Allah dan punya masa depan sebagai neraca pribadi, keluarga dan masyarakat,”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan hari esok” [59;18]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar