Minggu, 13 Mei 2012

D o ' a


Oleh Mukhlis Denros

Do’a menurut bahasa adalah minta pertolongan, memanggil, memuji, memohon, sedangkan dari segi istilah yaitu permohonan hamba kepada Allah sebagai Khaliq [Pencipta]. Do’a selain berbentuk permohonan kepada Allah juga akan berujud ibadah sebagaimana Rasulullah bersabda, “Do’a adalah sumber ibadah”. Selain do’a itu perintah dari Rasul dia juga perintah Allah, bukankah Allah telah menyebutkan bahwa orang yang tidak mau berdo’a termasuk orang yang sombong, orang yang sombong terhalang baginya untuk masuk syurga, “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do’amu, orang yang menyombongkan diri hingga tak hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” [Al Mukmin; 60]

Manusia diperintahkan berdo’a karena adanya dua unsur yaitu, unsur manusiawi; manusia dalam berusaha memiliki kemampuan yang terbatas, tidak semua rencana manusia dapat berhasil dengan sukses, jadi harus sabar dan tabah menunggu hasil dengan mengharapkan bantuan Allah. Unsur Ilahi; Allah memiliki segala ketentuan walaupun manusia telah merancang dan merencanakannya, akan tetapi banyak menemukan kegagalan, keberhasilan manusia disamping dilakukan dengan kerja keras dan rencana yang matang juga berkat rahmat dan mau’izhah Allah.

Dalam kajian-kajian psikologis [ilmu jiwa] do’a dipandang sebagai obat bagi orang yang mengalami tekanan jiwa, stress, putus asa, keterbelakangan dan lain-lain. Oleh karena itu Dr. Zakiah Darajat sampai pada satu kesimpulan bahwa do’a yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat memberikan makna penyembuhan bagi stress dan gangguan kejiwaan. Do’a juga mengandung manfaat bagi pembinaan atau dengan kata lain do’a mempunyai kreatif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan jiwa.

Dalam berdo’a Allah menggambarkan tabiat manusia, yaitu manusia yang lupa dengan karunia Allah, ”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan” [Yunus; 12].

Orang yang demikian, do’anya hanya sebagai pelarian saja, bila berhasil dia lupa, seolah-olah keberhasilan itu tanpa bantuan Allah, Allah menegaskan, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila dia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a “ [Fusshilat; 51].

Sedangkan sikap pribadi mukmin ialah; dia akan berdo’a dikala lapang apalagi dikala sempit, dia akan berdo’a dikala sedang dan susah dan bila berhasil usahanya maka semakin tunduk kepada-Nya, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang ingin supaya dikabulkan do’anya diwaktu mendapat kesusahan, maka hendaklah dia banyak berdo’a diwaktu lapang” [HR. Turmuzi].

Do’a merupakan ibadah baik dikabulkan ataupun tidak, seorang mukmin dianjurkan senantiasa berdo’a dikala siang dan malam, dikala susah dan senang, lambat atau cepatnya terkabul sebuah do’a ini merupakan hak mutlak Allah, kenapa kita mengharapkan supaya Allah cepat mengabulkan do’a yang kita sanjungkan, sementara segala perintah Allah lambat untuk dilaksanakan bahkan terlalu banyak kemaksiatan yang kita ukir di dunia ini sehingga wajar do’a-do’a kita tergantung di awang-awang tanpa tanggapan dari-Nya, ini semua berpulang kepada tanggap atau tidaknya kita terhadap panggilan Ilahi

Manusia hanya mampu berencana dan Tuhanlah yang menentukannya, usaha manusia harus diiringi dengan kekuatan lain yang disebut dengan do’a. Kenapa manusia harus berdo’a ? karena ada dua unsur dalam kehidupan ini yaitu unsur manusiawi dia memiliki kemampuan dalam berusaha dengan harapan menemukan keberhasilan, bila gagal ketabahan dan kesabaran diperlukan, unsur kedua yaitu Ilahi yang merupakan ketentuan dengan rahmat dan ma’unah-Nya.

Bagaimanapun besarnya cita-cita bila tanpa bantuan dan ketentuan Allah tetap tidak akan tercapai. Do’a menurut bahasa adalah meminta pertolongan, memohon dan memanggil sedangkan menurut istilah yaitu permohonan seorang hamba kepada Allah yang menciptakannya, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya berdo’a itu merupakan ibadah”, lalu Rasulullah membaca ”Berdo’alah kamu kepada-Ku niscaya-Ku kabulkan doamu, orang-orang yang menyombongkan diri hingga tidak hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan hina dina”

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;186 ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Asbabun nuzul ayat diatas adalah, diceritakan dalam peperangan Khaibar kaum muslimin berdo’a dengan suara keras, lalu Rasul bersabda,”Kendalikan dirimu, sebab kamu berseru tidak kepada orang tuli atau yang ghaib”. Bukan ajaran islam bila ada orang yang mengaku beriman kemudian mengadakan wasilah atau penghubung dengan kiyai atau ustadz tertentu yang dianggap keramat atau melalui kuburan karena menganggap manusia tidak pantas dekat kepada Allah, karena bergelimang dengan kesalahan dan dosa.

Do’a yang kita sanjungkan kepada Allah tidak selamanya dikabulkan, Allah memperkenankan do’a manusia dalam tiga bentuk;

1. Diperkenankan dengan segera, begitu do’a disanjungkan lansung nampak hasilnya, do’a bersamaan dengan berlakunya takdir yang telah ditentukan Allah, ibarat pepatah mengatakan ”Gayung bersambut” atau ibarat ”Pucuk dicinta ulampun tiba” semua itu berkat izin Allah.

2. Ditangguhkan dahulu untuk beberapa saat, mungkin saja satu atau dua hari, satu minggu, bulan, tahun atau hitungan menurut Allah. Namun demikian manusia tetap dituntut untuk terus berdo’a tanpa lelah dan tidak boleh putus asa, waktunya saja yang belum tepat untuk dikabulkan Allah.

3. Dijauhkan dari peristiwa buruk, mungkin do’anya tidak dikabulkan Allah dalam waktu yang ditentukan tapi Allah membalas dengan bentuk lain yaitu terlepas dari kesengsaraan atau selamat dari malapetaka, dengan tidak dikabulkannya do’a manusia itu, Allah memberikan hadiah yang lebih besar, bahkan mungkin saja bila do’anya dikabulkan tapi bukan kebaikan yang diterimanya bersamaan terkabulnya do’a tapi masalah lain akan timbul, misal; orang berdo’a agar dapat membeli mobil tapi Allah tidak mengabulkannya, bisa jadi mobil itulah petaka awal bagi keselamatan diri dan keluarganya.

Salah satu tabiat manusia yaitu hanya berdo’a ketika ada bahaya yang menimpa dirinya, bila saat senang dia lupa kepada Allah, lupa dengan nikmat yang dicurahkan, ibarat anjing kejepit, lolongannya keras namun ketika dilepaskan musibah darinya lalu anjing itu menggigit orang yang membantunya, dasar anjing;

”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”[Yunus 10;12]

’’Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa’[Fushilat 41;51].

Sedangkan sikap orang beriman kepada Allah,dia tidak akan meniru perbuatan diatas,sikapnya adalah; berdo’a dalam keadaan susah dan senang, beribadah dalam keadaan lapang dan sempit, sabar dalam keadaan bahaya atau aman dan sederhana dalam keadaan kaya dan miskin”, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang ingin supaya dikabulkan do’anya diwaktu mendapatkan kesusahan maka hendaklah dia banyak berdo’a diwaktu lapang”.

Segala keberhasilan manusia tidak lepas dari bantuan dari Allah, usaha manusia yang optimal memang sangat dibutuhkan tapi tanda do’a dan pengharapan dari Allah menunjukkan kesombongan, do’a saja yang disanjungkan tanpa usaha juga tidak bermakna. Adapun keuntungan yang diperoleh manusia dengan memanjatkan do’a, mengharapkan pertolongan dan rahmat dari Allah adalah;

Pertama, manusia sangat memerlukan sandaran yang dapat memberikan kekuatan kepada dirinya pada saat dia lemah, ketika segala kekuatan diluar dirinya tiada mampu lagi menopang dan menunjang dirinya. Pada saat semacam ini tiada jalan bagi manusia untuk menentramkan hati,menenangkan jiwa dan menjernihkan fikirannya selain hanya mengadukan nasib dan keadaannya kepada yang Maha Mutlak.

Kedua, do’a tidak semata-mata dimaksud untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan. Do’a juga dimaksud sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya.

Ketiga, do’a mutlak diperlukan oleh manusia, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan yang akan datang, padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya, sekarang dan akan datang. Untuk menangkal hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya pada saat sekarang dan akan datang, ia memerlukan adanya kekuatan diluar dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah itu,semua itu hanya kepada Allah sebagai Khaliqnya
.
Bagi seorang mukmin, berdo’a merupakan ibadah, meskipun tidak dikabulkan tapi nilai-nilai ibadah telah dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja do’a yang kita ajukan kepada Allah adalah baik tapi ada beberapa do’a yang kita sanjungkan kepada Allah mengharapkan kebaikan kepada diri kita secara maknawi seperti mengharapkan taufiq dan hidayah-Nya, rahmat dan maghfirah-Nya yang do’a tadi tidak mesti untuk kepentingan duniawi dan materi saja.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, menceritakan, terdapat tiga orang pemuda yang sedang melakukan perjalanan. Ketika hari sudah malam, mereka masuk ke dalam gua dengan maksud untuk menginap di dalam gua satu malam saja. Setelah mereka berada di dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari puncak bukit itu dan persis menutupi pintu gua. Mereka mencoba mengeluarkan segala tenaga untuk menggeser batu besar itu. Tapi sedikitpun tidak bergerak, sebab memang beratnya bukan imbangan tenaga manusia. Dengan demikian mereka terkurung di dalam gua dan mungkin akan menemui ajalnya.

Pada saat-saat yang kritis itu mereka menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberikan jalan keluar bagi mereka dari kesulitan itu selain pertolongan Allah semata. Mereka memutuskan untuk berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amalan ikhlas yang pernah dilakukan, secara bergantian ketiganya berdo’a dengan khusyu’

”Ya Allah aku punya seorang ibu dan bapak yang sudah tua dan aku mempunyai seorang isteri dengan dua orang anak. Tiap pagi saya meninggalkan rumah, menggembalakan kambing, kalau sore aku pulang dengan membawa susu kambing murni yang segar untuk minuman ibu bapakku, isteri dan anak-anakku. Suatu hari ya Allah, ketika aku pulang agak terlambat, kudapati ayah dan ibuku sudah tidur, aku tidak tega mengganggu tidur mereka, sedang isteri dan anak-anakku merengek minta minuman susu itu, tapi tidak aku berikan sebelum ayah dan ibuku minum terlebih dahulu. Ya Allah seandainya yang aku lakukan itu adalah sebuah kebaikan, maka tolonglah keluarkan kami dari gua ini dengan selamat”.

Setelah pemuda yang pertama ini berdo’a, maka batu yang menutupi gua itu bergerak sehingga tamak secercah cahaya keberhasilan, tapi belum bis keluar. Pemuda keduapun berdo’a;

”Ya Allah, aku adalah seorang majikan dari sekian buruh yang bekerja di perkebunanku. Pada suatu hari salah seorang dari mereka pergi tanpa meninggalkan pesan sehingga upahnya belum diambilnya. Gaji buruhku itu aku belikan sepasang kambing yang aku urus dengan baik, sampai berbulan dan bertahun, maka jadilah kambing itu jumlahnya ratusan ekor. Tanpa diduga buruh itu datang lagi untuk meminta upahnya yang belum dibayar dahulu, maka ya Allah aku serahkan seluruh kambing itu kepadanya dengan ikhlas, andaikata ini suatu amal ibadah, mohon lepaskan kami dari bahaya ini”.

Tidak begitu lama batu itupun bergerak semakin lebar, tapi belum bisa dilalui, maka tampillah pemuda ketiga dengan do’anya;

”Ya Allah, aku adalah seorang pemuda yang punya kekasih, kebetulan dia anak pamanku yang cantik. Pada suatu hari aku berdua saja dengannya berjalan-jalan sehingga kami berada pada tempat yang jauh, tidak ada orang lain, kami hanya berdua saja, sehingga timbul syahwaku untuk menggaulinya dan diapun pasrah. Saat aku berada di atasnya untuk melakukan perbuatan nista itu aku sadar dan lari meninggalkannya, sungguh ya Rabbi semua itu karena hidayah-Mu dan aku tidak jadi melakukan perbuatan terkutuk itu, ya Allah bila ini suatu kebaikan maka selamatkanlah kami dari derita ini ”.

Tidak berapa lama sesudah pemuda itu berdo’a secara otomatis batu itu bergulir kencang meninggalkan mulut gua, maka selamatlah mereka dari bencana yang nyaris membunuh ketiganya. Salah satu do'a hamba akan didengar oleh Allah adalah ketika mengalami penderitaan yang berkepanjangan sebagaimana pemuda yang terkurung dalam gua itu, begitu juga ketika penjajahan, penderitaan mendera ummat ini, maka tiada yang dapat menenangkan perasaan, memberikan motivasi agar hidup ini dijalani dengan jihad bersama kesabaran kecuali dengan do'a, Palestina adalah salah satu negeri muslim yang masih dijajah oleh zionis Israel, si Yahudi terkutuk.

Ya Allah ya Ilahi, hari ini belahan bumi islam bersimbah darah dan air mata, masih ada mayat-mayat yang bergelimpangan yang tidak jelas akan dikubur dimana, mereka menjadi korban keganasan orang-orang kafir lantaran hanya sebagai muslim. Bosnia belum lagi reda, Afghanistan tidak tahu ujungnya, Kasymir tetap bergolak dan Palestina mustahil terujud kedamaian bila kedengkian orang-orang kafir masih membara.

Benar ya Allah apa yang Engkau firmankan, ”Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu [kaum muslimin] sebelum kalian ikuti langkah-langkah mereka”.

Ya Ilahi Rabbi, dengan ketundukan hati, kesucian jiwa dan kepasrahan, dengan segala kelemahan kami memanjatkan do’a untuk saudara kami yang ada di Palestina, mereka berhadapan dengan anjing-anjing Yahudi dan Amerika hanya untuk mempertahankan identitasnya sebagai muslim. Paling tidak ya Allah sikap kami ini ujud solidaritas dan simpati kami kepada mereka, tidak ada yang dapat kami berikan sebagai bantuan atas perjuangan mereka kecuali sepenggal do’a.

Ya Allah ya Tuhan kami, mereka menuduh kami sebagai teroris, fundamentalis dan ekstrimis karena rasa benci mereka yang luar biasa. Bila islam dan muslim identik dengan fundamentalis maka jadikanlah kami seorang fundamentalis, bila islam dan muslim identik dengan ekstrimis maka jadikanlah kami seorang ekstrimis, asal semua itu engkau ridhai.

Ya Allah ya Tuhan kami, kobarkanlah semangat juang putra-putri Palestina dengan inifadhahnya, gelorakan ruh jihad di dada pejuang Hamas demi terujudnya kemenangan itu, sadarkanlah Yaser Arafat atas kekeliruan dan kebodohannya selama ini yang dimanfaatkan Israel dan Amerika untuk membinasakan rakyat Palestina serta mengangkangi perjanjian yang tidak ada artinya.

Ya Allah, hadirnya kami hari ini memanjatkan do’a untuk Palestina dan kehancuran Israel adalah sebagai bukti bahwa kami bukanlah antek-antek Yahudi di negaka ini sekaligus kami tidak membuka sedikitpun peluang bagi Yahudi untuk masuk ke negara kami.

Ya Allah ya Rabbi, sasaran mereka bukanlah Palestina dan Afghanistan saja, tapi dimana saja ummat islam itulah sasarannya. Negara dan daerah kamipun telah dimasuki oleh Yahudi-Yahudi Melayu yang mendukung progam Free Masonry, Woman Club, Rotari Club dan lembaga-lembaga lainnya yang merupakan tangan-tangan Yahudi di Indonesia.

Ya Allah ya Tuhan kami, kobarkan semangat iman dan jihad di dada kami, tinggikan ghirah [rasa cemburu] pada ajaran islam, gerakkan hati kami untuk membela agama-Mu dimanapun kami berada. Jadikanlah da’wah bagi kami panglima dalam perjuangan ini, sadarkanlah kaum muslimin yang pro Yahudi untuk mereka bertaubat dan menyesali sikap yang demikian, hancurkanlah sehancur-hancurnya antek-antek Yahudi di dunia ini yang dikomandoi oleh Amerika La’natullah, sebagaimana engkau hancurkan mereka dalam perang Khaibar dahulu.

Ya Allah ya Rabbi, wahai kaum muslimin, masalah al Quds bukan masalah rakyat Palestina dan Bangsa Arab saja, namun permasalahan bersama ummat islam dimanapun mereka berada, di belahan bumi utara, selatan, timur dan juga barat.

Rasulullah meskipun dijamin masuk syurga, dosanya yang lalu dan hari ini bahkan akan datang dihapuskan Allah tapi setiap saat tidak lupa untuk berdo’a kepada Alah agar dirinya, ummatnya dan manusia seluruhnya mendapat bimbingan dan hidayah-Nya, apatah lagi kita yang sangat berjarak dengan Allah, tentu lebih penting lagi menjalin komunikasi dengan Allah melalui do’a dan munajad kepada-Nya.

Do’a adalah sarana bagi seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mengadukan segala persoalan kita, baik masalah pribadi,keluarga, masyarakat dan negara yang tidak bisa diselesaikan oleh manusia, kita berharap dibalik do’a tersebut Allah mendengar pengaduan kita, sehingga lambat atau cepat do’a itu terjawab, do’a itu biasanya terkabul seiring dengan seberapa jauh pengabdian kita kepada Allah, wallahu a’lam [Cubadak Solok, Ramadhan 1431.H/ Agustus 2010.M]

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar