Minggu, 13 Mei 2012

T a u b a t


Oleh Mukhlis Denros

Secara umum perbuatan dosa terbagi menjadi dua, yang pertama adalah dosa besar. Rasulullah dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah dosa yang termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi palsu dan sebagainya. Dosa seperti ini, bila sipelaku tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan yang berat dan pedih dari Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih mungkin dilakukan selama yang bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara dosa tersebut.

Disamping dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya sedikit orang yang memperhatikan dosa kecil ini sebagai suatu kemaksiatan. Padahal ampunan Allah terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak dilakukan berulang, lebih besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan terhadap dosa kecil yang dilakukan kembali secara berulang-ulang.

Dosa yang dilakukan dianggap kecil akan menjadi besar oleh Allah, sebaliknya bila dosa dianggap besar, maka ia akan menjadi kecil dalam penilaian Allah, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya sepertinya ia berada di bawah gunung besar yang ia takut menimpa dirinya. Sementara orang yang banyak dosa itu adalah orang yang melihat dosanya seperti lalat yang ada di hidungnya. Kemudian ia katakan begini [meremehkan].

Anas bin Malik Ra, diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan hadist,”Sesungguhnya kalian akan melakukan suatu amal yang dalam pandangan kalian amalan tersebut lebih kecil dari rambut, sementara kami menganggapnya dizaman Rasulullah sebagai dosa besar”.
Bilal bin Rabah mengatakan,”Jangan memandang kecilnya suatu kemaksiatan, tetapi lihatlah pada kebesaran Zat yang engkau lakukan maksiat terhadap-Nya”.

Kita sering mendengar kata "Dosa" dalam perbincangan sehari-hari, namun pengertiannya adalah; ''Dosa adalah apa yang tergetar di hatimu dan engkau tidak senang kalau orang lain mengetahuinya' [HR.Muslim].

Dosa adalah akibat melanggar larangan Allah baik disengaja ataupun tidak, baik besar ataupun kecil. Larangan Allah yang dilakukan manusia dapat merusak pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Ada beberapa akibat berbuat dosa yaitu;

1.Melanggar perjanjian dengan Allah
Sejak dahulu sudah ada perjanjian manusia dengan Allah bahwa mereka akan menjadi hamba yang taat, menyembah Allah dengan segala kemampuan; ''Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",[Al Baqarah 7;172]

Tapi yang namanya perjanjian di alam ruh, sedangkan perjanjian di dunia saja manusia cendrung lupa dan melupakan sehingga terjadilah pelanggaran perjanjian itu yang menyebabkan rusaknya hubungan dengan Allah dan akan menerima kelak akibat pelanggaran itu sebagai dosa yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akherat.

2.Merusak iman
Iman yang terpelihara dengan baik adalah iman yang mampu terjauh dari perbuatan dosa, dosa dapat merusak iman seseorang, Rasulullah bersabda; "Barangsiapa yang berzina atau minum khamar, mencabut Allah akan imannya, sebagaimana seseorang melepaskan bajunya melalui kepalanya" [HR. Thabrani] "Barangsiapa minum arak maka keluarlah iman dari rongga hatinya" [HR. Thabrani]

3.Menjatuhkan martabat manusia
Manusia adalah makhluk Allah yang diberi beberapa kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan itu diantaranya; manusia adalah makhluk Allah yang terbaik dibandingkan makhluk yang lain; "Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya " [At Tin 95;4]

Manusia adalah makhluk Allah yang termulia dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang, kemuliaan itu terbukti diberikan Allah fasilitas untuk hidup di dunia; "Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan" [Al Isra' 17;70]

Manusia adalah makhluk Allah yang dipercaya untuk memegang amanah sehingga keimanan dapat terjaga dengan baik, bila amanah sudah dikhianati karena mencampurkan iman dengan kekafiran dan kenifakan maka akan merendahkan posisi manusia. Posisi yang jatuh kepada kerendahan martabat karena berbuat dosa, akan kembali baik bila bertaubat dengan sungguh-sungguh. "Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima Taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ' [Al Ahzab 33;73]

Manusia adalah makhluk Allah yang tersayang dengan memberikan segala apa yang ada di langit dan di bumi untuk kesejahteraan hidupnya. Namun bila perbuatan yang dilarang Allah dilakukan maka posisi ini akan merendahkan derajatnya dihadapan Allah dan masyarakatnya;"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu" [Al Baqarah 2;29]

Manusia adalah makhluk Allah yang pintar, sehingga mampu untuk menaklukkan dunia ini dengan ilmunya itu, walaupun malaikat sudah lama diciptakan tapi mereka harus memberi hormat kepada nabi Adam yang diberikan ilmu pengetahuan sedangkan malaikat tidak mempunyai, demikian pula karena pentingnya ilmu sehingga ayat yang turun pertama kali adalah kata-kata Iqra' yang artinya baca, selidiki, teliti dan kaji ; "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"[Al Baqarah 2;30-31]

Walau status itu diberikan Allah kepada manusia, tapi bila melakukan dosa maka status itu akan direndahkan.... "Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)''[At Tin 95;5]

Ibarat pepatah yang mengatakan "karena nila setitik maka rusaklah susu sebelanga". Artinya kelebihan manusia yang diberikan Allah sehingga mendapat posisi mulia akan hancur bilamana melakukan perbuatan dosa. Rasulullahpun telah berpesan,”Hati-hatilah terhadap dosa kecil, siapa tahu begitu kamu mengerjakan dosa kecil Allah mencatatmu sebagai penduduk neraka selama-lamanya dan hati-hatilah terhadap amal yang kecil, siapa tahu ketika kalian mengerjakan amal yang kecil itu dicatat Allah sebagai penghuni syurga selama-lamanya”.

Walaupun kesalahan, kekeliruan, dosa dan maksiat yang dilakukan manusia, tapi peluang untuk baik masih diberikan oleh Allah melalui taubat dan pensucian diri, Imam Al Gazali membagi pensucian diri kepada empat hal yaitu;

Mensucikan diri dari hadas dan najis dengan jalan thaharah melalui wudhu, mandi atau tayamum sehingga dengan kesucian ini dapat menunaikan ibadah mahdhoh seperti shalat.

Mensucikan diri dari kegiatan mengandung dosa yang dilakukan oleh indra manusia sehingga tangan tidak mudah untuk mencuri dan memukul, kaki tidak ringan untuk menyepak lawan dan sebagainya.

Mensucikan diri dari akhlak tercela seperti sombong, takabur, hasad, dengki dan lain sebagainya sehingga memiliki akhlakul karimah yang dipuji Allah dan disenangi oleh manusia.

Mensucikan diri dari niat yang tidak baik dalam seluruh asfek kehidupan, kesucian ini lebih penting dari segalanya dengan tidak melupakan kesucian lainna. Dalam berbuat manusia dihiasi oleh niat-niat yang sengaja men yimpangkannya dari ikhlas kepada Allah sehingga merusak ibadahnya.

Pada masa dahulupun ummat ini selalu dirongrong oleh segala konspirasi untuk menjauhkan dirinya dari kesucian itu, dalam mesjidpun terjadi usaha penyimpangan aqidah sebagaimana yang tergambar dalam surat At Taubah 9;108 ”Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Berkaitan dengan ayat diatas, memang demikianlah keadaan sahabat Rasulullah, mereka adalah orang yang siap membersihkan dirinya dari segala bentuk kotoran yang melekat di badan dan di hatinya. Masjid yang didirikan oleh Abdullah bin Ubay sebagai tandingan terhadap masjid nabi adalah konspirasi untuk menghancurkan islam yang dimotori oleh para munafiq, pada diri mereka penuh dengan kotoran yang melekat sejak kenabian Muhammad Saw. Sebuah ancaman diberikan Allah agar ummat islam tidak menegakkan shalat di masjid itu, lebih layak mereka shalat di masjid yang didalamnya banyak orang-orang yang mensucikan dirinya, itulah dia masjid Quba, yang landasan pendiriannya karena taqwa; ”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Kata ”nasuha” dalam ayat tersebut diatas maksudnya ialah suatu taubat yang memberi nasehat baik pada diri sendiri serta dilakukan dengan ikhlas yang sesungguh-sungguhnya karena mengharapkan keridhaan Allah dan sunyi dari segala macam tujuan dan godaan yang lain-lain.

Perihal keutamaan taubat, maka Allah sendiri sudah menjelaskan dalam firman-Nya; ’’ Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.’’ [Al Baqarah 2;222]

Rasulullah juga bersabda,”Seseorang yang bertaubat dari dosanya itu adalah sama dengan orang yang tidak mempunyai dosa lagi”[HR.Ibnu Majah}. Maka taubat yang sebenarnya menurut pengertian bahasanya ialah kembali, menurut istilah syariat maksudnya ialah kembali kengikuti jalan yang benar dari jalan yang sudah ditempuhnya yang tentunya berupa jalan yang sesat. Sebenarnya terlepas diri dari sesuatu dosa itu bagi setiap manusia tidaklah mungkin sama sekali, sebab hal ini memang sudah merupakan kekurangan manusia.

Hanya saja besar kecilnya kekurangan itu tergantung memang berbeda-beda. Tetapi menurut keasliannya kekurangan demikian itu pasti ada dan tidak dapat dihindari sama sekali, oleh sebab itu Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya saja hatiku dapat juga tergoda sehingga saya harus memohon pengampunan kepada Allah dalam sehari semalam itu sebanyak tujuh puluh kali”[HR.Muslim]

Karena itu Allah sengaja mengaruniakan kemuliaan pada beliau dengan firman-Nya; ”Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang Telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus”[Al Fath 48;2]

Jikalau Rasulullah saja sudah memastikan keadaan dirinya pasti terkena godaan syaitan, konon pula yang lainnya. Jadi tentulah lebih dapat tergoda dan tidak mustahil terkena godaan itu. Taubat itu apabila sudah terkumpul syarat-syaratnya, sudah pasti dan tidak perlu diragukan lagi bahwa taubat yang sedemikian tentu diterima.

Sucikan dosa dengan cucuran air mata untuk membasuh segala kesalahan yang melekat di hati serta panasnya rasa penyesalan batin, maka pastilah hati tadi akan kembali bersih, suci dan mengkilat. Hati yang sudah suci dan bersih dari segala kotoran dan penyakit batin, tentu saja akan diterima, sebagaimana halnya pakaian yang suci dan bersih juga akan digemari oleh siapapun juga, jadi yang penting bagi kita adalah membersihkan dan mensucikan diri dan hati.

Taubat adalah perasaan hati kecil yang merupakan penyesalan atas segala yang telah terjadi, kemudian mengharap ampunan dari Allah SWT dengan menjauhi segala perbuatan dosa, dan selalu berbuat baik. Dengan perbuatan baik inilah, taubat seseorang dan seluruh ketaatannya akan diterima oleh Allah SWT. Barangsiapa yang bertaubat hanya sekedar mengisi kekosongan dan tidak mengerjakan apa-apa yang dicintai oleh Allah, maka dia tidak dikatakan bertaubat, kecuali kalau dia benar-benar kembali kepada Allah dan berusaha melepaskan keterkaitan hati dari mengulangi perbuatan dosa serta menetapkan makna taubat didalamnya sebelum mengucapkan secara lisan, dan membuktikan kesungguhan taubatnya dengan menjauhi segala yang dibenci Allah SWT seraya kembali kepada yang dicintai dan diridhai-Nya.

Taubat memiliki keutamaan bagi orang yang menyadari kesalahannya lalu kembali menjadi orang-orang yang shaleh yang diiringi dengan penyesalan yang mendalam, adapun keutamaannya adalah;
a. Perbuatan yang paling utama;
Taubat kepada Allah adalah perbuatan yang paling utama, oleh karena itu Allah selalu menyeru kepada orang-orang mukmin untuk bertaubat, ”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beiman supaya kamu beruntung” [An Nur 24;31] dan Allah selalu membuka pintu-pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya, ”Katakanlah,”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, dan sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Az Zumar;53].

b. Dosanya akan diampuni Allah;
Barangsiapa yang bertaubat dan memohon ampun kepada –Nya, niscaya Allah akan mengampuninya, walaupun dia telah banyak berbuat dosa,”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menyesatkan dirinya sendiri. Kemudian ingat akan Allah dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu sedang mereka mengetahui” [Ali Imran;135]

c. Mendapat rahmat dari Allah
Orang yang bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa yang telah diperbuat, niscaya dia akan selalu mendapat rahmat, perlindungan, barakah dan akan dilapangkan rezekinya serta kebahagiaan hidup di dunia dan akherat, ”Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhannya dan syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang mereka kekal di dalamnya dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal” [Ali Imran;136].

d. Hidup akan tentram dan sejahtera
Memohon ampun kepada Allah dengan meninggalkan semua perbuatan-perbuatan dosa, inilah yang menyebabkan hidup tentram dan sejahtera, lahirnya generasi-generasi yang shaleh dan menambah kemuliaan baginya, ”Maka aku katakan kepada mereka, ”Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan kepadamu hujan yang lebat. Dan melimpahkan kepadamu harta dan keturunan, menyediakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai” [Nuh; 10-12].

e. Tidak ada penghalang dengan Allah
Pintu taubat akan selalu terbuka bagi siapa saja yang menghendaki, dan tidak seorangpun mampu menghalangi rahmat Allah darinya, tidak ada hijab [penghalang] apapun antara dia dengan Tuhannya, ”Kecuali bagi siapa saja yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, niscaya mereka itu akan masuk ke dalam syurga dan tidak disesatkan sedikit juapun. Yaitu syurga Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya sekalipun syurga itu tidak nampak, sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditetapi” [Maryam 60;16].

f. Menyelamatkan dari neraka
Maka taubatlah yang menumbuhkan iman dan amal shaleh, sehingga terealisir pengertiannya secara aktif dan jelas. Taubat juga menyelamatkan orang-orang dari neraka, selain itu juga, tidak menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesesatan,”Akan tetapi mereka itu akan masuk ke dalam syurga dan tidak disesatkan sedikitpun” [Maryam;60].

Adapun yang berhubungan dengan persoalan diterimanya, maka hal itu hendaklah kita serahkan saja kepada Dzat yang hendak menilai hati kita itu, sebab semuanya itu pasti sudah tertulis dan tercatat dengan seterang-terangnya menurut ketentuan sejak zman azzali dahulu yang bagi kita tidak mungkin untuk mengelakkannya, jikalau nyata diterima, maka itulah yang namanya kemenangan atau kebahagiaan sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah dalam surat Asy Syam 91;7-10 ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya..

Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, menceritakan, terdapat tiga orang pemuda yang sedang melakukan perjalanan. Ketika hari sudah malam, mereka masuk ke dalam gua dengan maksud untuk menginap di dalam gua satu malam saja. Setelah mereka berada di dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari puncak bukit itu dan persis menutupi pintu gua. Mereka mencoba mengeluarkan segala tenaga untuk menggeser batu besar itu. Tapi sedikitpun tidak bergerak, sebab memang beratnya bukan imbangan tenaga manusia. Dengan demikian mereka terkurung di dalam gua dan mungkin akan menemui ajalnya.

Pada saat-saat yang kritis itu mereka menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberikan jalan keluar bagi mereka dari kesulitan itu selain pertolongan Allah semata. Mereka memutuskan untuk berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amalan ikhlas yang pernah dilakukan, secara bergantian ketiganya berdo’a dengan khusyu’ ”Ya Allah aku punya seorang ibu dan bapak yang sudah tua dan aku mempunyai seorang isteri dengan dua orang anak. Tiap pagi saya meninggalkan rumah, menggembalakan kambing, kalau sore aku pulang dengan membawa susu kambing murni yang segar untuk minuman ibu bapakku, isteri dan anak-anakku. Suatu hari ya Allah, ketika aku pulang agak terlambat, kudapati ayah dan ibuku sudah tidur, aku tidak tega mengganggu tidur mereka, sedang isteri dan anak-anakku merengek minta minuman susu itu, tapi tidak aku berikan sebelum ayah dan ibuku minum terlebih dahulu. Ya Allah seandainya yang aku lakukan itu adalah sebuah kebaikan, maka tolonglah keluarkan kami dari gua ini dengan selamat”.

Setelah pemuda yang pertama ini berdo’a, maka batu yang menutupi gua itu bergerak sehingga tamak secercah cahaya keberhasilan, tapi belum bis keluar. Pemuda keduapun berdo’a; ”Ya Allah, aku adalah seorang majikan dari sekian buruh yang bekerja di perkebunanku. Pada suatu hari salah seorang dari mereka pergi tanpa meninggalkan pesan sehingga upahnya belum diambilnya. Gaji buruhku itu aku belikan sepasang kambing yang aku urus dengan baik, sampai berbulan dan bertahun, maka jadilah kambing itu jumlahnya ratusan ekor. Tanpa diduga buruh itu datang lagi untuk meminta upahnya yang belum dibayar dahulu, maka ya Allah aku serahkan seluruh kambing itu kepadanya dengan ikhlas, andaikata ini suatu amal ibadah, mohon lepaskan kami dari bahaya ini”.

Tidak begitu lama batu itupun bergerak semakin lebar, tapi belum bisa dilalui, maka tampillah pemuda ketiga dengan do’anya; ”Ya Allah, aku adalah seorang pemuda yang punya kekasih, kebetulan dia anak pamanku yang cantik. Pada suatu hari aku berdua saja dengannya berjalan-jalan sehingga kami berada pada tempat yang jauh, tidak ada orang lain, kami hanya berdua saja, sehingga timbul syahwaku untuk menggaulinya dan diapun pasrah. Saat aku berada di atasnya untuk melakukan perbuatan nista itu aku sadar dan lari meninggalkannya, sungguh ya Rabbi semua itu karena hidayah-Mu dan aku tidak jadi melakukan perbuatan terkutuk itu, ya Allah bila ini suatu kebaikan maka selamatkanlah kami dari derita ini ”.
Tidak berapa lama sesudah pemuda itu berdo’a secara otomatis batu itu bergulir kencang meninggalkan mulut gua, maka selamatlah mereka dari bencana yang nyaris membunuh ketiganya. Do'a dan permohonan taubat mereka diterima Allah dengan wasilahnya yaitu amal-amal shaleh. Taubat yang berarti penyesalan, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Al Baqarah 2;54, ”Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu”. ”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” [An Nur;31] Taubat yang berarti memberi ampun ,”Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar” [At Taubah;117], wallahu a'lam [Cubadak Solok, 18 Ramadhan 1431.H/ 28 Agustus 2010.M]

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros.blogspot.com







Tidak ada komentar:

Posting Komentar