Rabu, 02 Mei 2012

Membina Persatuan Bangsa


Oleh Drs. Mukhlis Denros

Rasulullah menyampaikan risalah kebenaran kepada ummat manusia pada satu sisi agar ummat hidup dalam perdamaian, saling tolong menolong dan hidup harmonis karena permusuhan bukanlah ummat yang terbaik. Dalam surat Ali Imran ayat 103 Allah berfirman, ”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah ketika kamu dahulu masa jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kamu. Lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara...”

Itulah keadaan ummat sebelum dipersatukan dalam tali kasih Islam. Sungguhpun demikian rupa keadaan mereka akan tetapi dengan nikmat Allah yakni dengan agama Islam, mereka telah dapat dipersatukan hatinya sehingga mereka itu menjadi ummat yang bersatu dan bersaudara lahir dan batin.

Suatu hal yang lumrah kalau manusia diciptakan Allah dalam keadaan bersuku-suku dan berbangsa bangsa serta berlainan partai serta golongan. Itu semua realitas kejadian manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Al Hujurat 49;13 yang artinya, ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa an bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa...”

Bangsa kita yang heerogen terdiri dari berbagai suku bangsa, golongan dan kelompok, bahkan terkotak-kotak pula dalam berbagai partai. Hal itu wujud dari demokrasi, semua orang punya hak untuk masuk ke dalam sebuah kelompok manapun. Tapi hakekatnya sama-sama memperjuangkan kejayaan negeri ini. Bahkan ummat Islampun telah ternaungi oleh sekian partai Islam seperti PUI [Partai Ummat Islam], PBB [Partai Bulan Bintang], Partai Keadilan dan Partai Amanat Nasional.

Dengan tampilnya sekian partai, janganlah kita saling sikut dan sikat, saling gontok-gontokan, saling merasa hebat dengan identitasnya. Bila hal ini terjadi maka pecah dan hancurlah bangsa ini. Untuk itu ukhuwah Islamiyah perlu dipupuk, rasa solidaritas perlu ditumbuhkan. Kita satu bangsa, hanya baju saja yang berbeda. Kita lain golongan tapi satu cita-cita yaitu untuk negeri yang baldatun thaibatun warabbun ghafur.

Allah berfirman dalam Al Hujurat ayat 10, ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu tidak lain dan tidak bukan adalah satu saudara. Sebab itu damaikanlah diantara dua saudaramu yang bertikai....”

Imam Al Gazali mengibaratkan persatuan ummat Islam bahkan kesatuan bangsa Indonesia dapat kita ibaratkan seperti lima jari pada sebuah tangan. Walaupun setiap jari ada kelebihan, bila tidak bersatu tidak akan dapat mengangkat sebuah beban walaupun ringan. Ummat Islam ada yang berperan sebagai ibub jari, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking. Antara satu dengan yang lainnya saling mendukung dan melengkapi.



Ibu jari adalah simbul penguasa atau umara/ pemerintah yang punya tugas mengayomi, membina, membimbing dan mensejahterakan rakyatnya. Tidak ubahnya sebagai seorang itu, keadilan akan ditegakkan walaupn yang melakukan orang terpandang, kebenaran akan dibela meskipun penguasa atau pemerintah.

Jari telunjuk adalah para hartawan yang dermawan, dengan hartanya dia mampu menunjuk bangunan yang terbengkalai, fakir miskin dan anak yatim dapat dia bantu. Hartawan yang dermawanlah yang dapat berperan sebagai jari telunjuk untuk menjalin kasih sesama ummat bukan hartawan yang kikir lagi bakhil.

Orang yang dilambangkan dengan jari tengah adalah para ulama yang berperan sebagai penyampai denyut nadi ummat melalui fatwanya yang berdasarkan Al ur’an dan Hadits. Letaknya di tengah mempunyai makna yang dalam artinya. Dia tidak boleh terlalu rapat dengan penguasa dan terlalu kental dengan orang kaya. Karena kehadirannya membela kepentingan rakyat dan ummat serta menegakkan kebenaran dengan ajaran Allah. Kalau dia terlalu dekat dengan penguasa dan oranga kaya dapat mengaburkan misi yang diembannya, apalagi dia rela diperalat sehingga fatwa yang disampaikannya sesuai dengan pesan sponsor dari penguasa dan konglomerat.

Ulama yang diharapkan adalah ulama yang dapat menjalin persahabatan dengan lapisan masyarakat manapun tapi tetap tegar dan tegas dengan prinsip da’wah yaitu menyampaikan kebenaran walaupun pahit dirasakannya. Dia mampu untuk mengatakan hitam walaupun dipaksa untuk mengatakan putih. Dia tidak bisa berkata haram kalau hal tersebut halal dan sebaliknya.

Jari manis adalah keindahan. Letak cincin berlian disini. Dia ibarat pemuda yang dihiasi dengan berbagai keindahan cita-cita dan harapan, baik orang tua, agama maupun bangsa. Kehadirannya di tengah masyarakat harus bermanfaat bagi kelansungan hidup suatu bangsa melalui bidang pendidikan atau keterampilan yang dimiliki.

Jari yang terakhir adalah kelingking. Kedudukannya pada urutan terakhir dan bentuknyapun paling kecil di bandingkan dengan jari lain. Tapi perannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Dia adalah kaum ibu dan wanita. Posisinya bukan hanya segi tiga; dapur, kasur dan sumur saja, tapi pada zaman sekarang telah merambah ke dunia yang pada umumnya dilakukan oleh lelaki. Satu sisi dia disebut dengan wanita yang berperan ganda.

Sebagai pendamping suami, peran ganda wanita mengamankan kedudukan suami dari segala macam rongrongan yang dapat melemahkan keteguhan pendirian dan pengabdiannya. Sebagai ibu, peran ganda wanita dapat menyumbangkan pada negara putra-putri yang berguna dan berbudi luhur. Dan terakhir sebagai ibu rumah tangga yang harmonis, sakinah dan mawaddah yaitu rumah tangga yang tenang dan tentram.

Marilah kita jaga persatuan dan kesatuan, kekokohan dan kekuatan bangsa kita ini. Berlainan suku, bangsa dan partai serta golongan menjadikan sebuah negara yang besar dan kuat, sama-sama kita angkat ke depan dengan beban besar ini untuk kemaslahatan dan kemakmuran rakyat bangsa Indonesia, Allah memperingatkan kita agar satu dan padu, ”Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka...”[Ali Imran 3;105].

Peringatan Allah dalam surat Ar Rum 30;32, ”yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka menjadi beberapa golongan. Tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.[Tulisan ini pernah dimuat pada Tabloid Suara Solinda, Edisi 08, Oktober 2001].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar