Rabu, 02 Mei 2012

Penghuni Syurga Firdaus


Oleh Drs. Mukhlis Denros

Iman dalam ajaran islam selain terucap dengan lisan, tertanam dalam hati, harus juga terbukti dengan amal perbuatan, bila sekedar iman saja yang diandalkan sementara buktinya tidak ada maka Iblis lebih beriman daripada kita. Dizaman sekarang umat islam dan islam ibarat manusia dengan kapal terbang yang melaju di di angkasa, karena islam bagi umat islam tidak masuk keseluruhan pribadinya sedangkan Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 208, ”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu keseluruhan ke dalam islam dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan karena syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Dalam surat Al Mukminun 23; 1-11 Allah mengabarkan bahwa yang akan mendapatkan keberuntungan dan masuk syurga Firdaus yaitu orang-orang yang mengaku beriman dengan beberapa bukti diantaranya:
Pertama, shalat yang khusyu’ dan memeliharanya, ”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya”.[23;1,2,9]

Kewajiban shalat tegas diperintahkan dalam Al Qur’an, tetapi perintah itu bersifat umum, tentang detail cara dan waktu-waktunya berdasarkan atas petunjuk dan sunnah Rasul. Sistim shalat yang kita lakukan ini, adalah sistim yang telah dicontohkan nabi dahulu kepada ummat islam generasi terdahulu kemudian diwariskan secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan, telah berjalan selama hampir 16 abad, ”Dirikan shalat itu, sesungguhnya shalat itu diwajibkan untuk melakukannya pada waktu-waktu tertentu atas sekalian orang mukmin”[ An Nisa’ 4;103].

Orang yang tetap mengerjakan shalat setiap waktu yang telah ditentukan Allah yaitu khusyu’ didalam shalatnya disamping itu pribadinya di masyarakat mencerminkan orang yang shalat yakni menjauhi perbuatan keji dan mungkar, shalatnya dipelihara dengan baik maka merekalah calon penghuni syurga Firdaus.

Kedua, berbuat dan berkata baik, ”Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna” [23;3]. Orang yang beriman dia akan memelihara tindak tanduk atau akhlaknya dengan baik karena kedudukan orang yang berakhlak berada dalam kedudukan yang tinggi, dari Abu Darda, nabi bersabda, ”Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat, selain dari pada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan kelakuan”[HR.Turmuzi].



Mengatakan sesuatu yang tidak perlu atau tidak berfaedah itu, termasuk mengurangi ciri kita sebagai seorang muslim yang baik. Karena menurut sebuah hadits yang diriwayatkan Turmizi dari Abu Hurairah katanya, ”Rasulullah telah bersabda, termasuk sebaik-baiknya islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak perlu baginya”.

Kesenangan berkata-kata yang tidak perlu ini, membawa kepada kesukaan berkata yang berlebih-lebihan, sehingga menjadi indah kabar dari pada rupa. Bertalian dengan itu Allah men gingatkan kita bahwa apa yang diucapkan lidah itu pasti dicatat, sebagaimana yang dapat kita baca dalam surat Qaf ayat 18, ”Setiap perkataan yang diucapkan dengan sembunyi sekalipun, pasti dihadapannya ada pengawas yang siap sedia untuk mencatatnya”.

Ketiga, membayar zakat, ”Dan orang-orang yang menunaikan zakat” [23;4]. Kewajiban berzakat adalah satu rukun dari rukun islam yang lima perkara, Allah berfirman, ”Di dalam harta benda mereka ada hak yang tertentu bagi orang fakir dan miskin” [Adz Dzariyat;19].

Mengerluarkan zakat sama halnya dengan mengerjakan shalat sedangkan hukumnya sama berat ”fardhu ain”. Di dalam shalat sering dijumpai perintah shalat digandengkan dengan perintah zakat. Salah satu hikmah zakat adalah membersihkan harta kita dari hal-hal yang subhat, yaitu penghasilan yang tidak jelas halal atau haramnya, bila zakat tidak dikeluarkan berarti harta kita belum bersih karena ada hak-hak ummat islam yang menjadi komsumsi kita.

Keempat, menjaga kehormatan. Orang yang menjaga sikap ini nampak dalam segala sikapnya, sebagai pribadi dia tidak akan berbuat merusak, melakukan penyelewengan, mendahulukan kepentingan bersama. Orang yang melakukan kekotoran seperti penyelewengan di luar nikah tentu hidupnya tidak akan tenang disamping takut diketahui oleh pasangannya juga dihantui oleh kemurkaan Allah.

Kelima, memelihara amanat, ”Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya” [23;28]. Yang dimaksud dengan amanat disini adalah suatu sikap dan sifat pribadi setia, tulus ikhlas dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yangt dipercayakan kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban lainnya, pelaksanaan amanat dengan baik dapat disebut dengan Al Amin berarti yang mendapat kepercayaan, yang jujur, setia dan aman.

Orang yang shalat dengan khusyu’, menjaga shalatnya dengan baik, berbuat dan bertingkahlaku baik serta berbicara sebagai akhlak muslim yang diajarkan nabi, mengeluarkan zakat dan ssdaqah, menjaga kehormatan diri dan keluarga dari kemaksiatan, memelihara amanat, maka orang inilah yang akan mendapatkan tempat yang mulia yaitu ”Syurga Firdaus”.

Tinggal berpulang kepada kita, akan masuk syurga firdaus yang telah dijanjikanNya atau akan masuk neraka jahanam yang juga telah dijanjikan-Nya bagi mereka yang ingkar dan dimurkainya. Memasuki syurga firdaus memang dilakukan melalui cetusan iman dan dibuktikan dengan amaliyah ibadah, tetapi sedikit sekali orang yang mengetahuinya dan tidak sedikit yang merasa berat untuk mengerjakannya, mudah-mudahan kita mendapatkan taufiq yaitu kemampuan untuk berbuat baik dan diberi hidayah-Nya yaitu petunjuk untuk kesana, wallahu a’lam [Tabloid Solinda Suluh, Solok edisi 20/ Agustus 2002].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar