Senin, 09 April 2012

Enam Sikap Merusak Pribadi


Drs. St. Mukhlis Denros

Manusia memiliki

kepribadian positif dan negatif yang tercermin pada tingkah laku dalam setiap sepak terjang kehidupan sehari-hari. Sikap positif nampak dalam tindakan patuh, mencari kebenaran, introsfeksi diri, bekerja, mengadakan lapangan kehidupan. Sedangkan sikap negatif terlihat pada pembangkangan, cendrung kepada perbuatan maksiat, malas bekerja serta membuat kerusakan baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Nabi Muhammad Saw bersabda dalam hadits yang datang dari Adi bin Hatim yang diriwayatkan oleh Addailami, ”Ada enam hal yang menyebabkan amal kebajikan menjadi sia-sia [tidak berpahala] yaitu sibuk mengurus aib orang lain, keras hati, terlalu cinta kepada dunia, kurang rasa malu, panjang angan-angan dan zalim yang terus menerus di dalam kezalimannya.”

1. Sibuk meneliti aib orang lain Dia lebih suka mencari dan menyebarkan keburukan yang terdapat pada orang lain lalu membesar-besarkannya, sementara aib sendiri tidak pernah diperiksa sesuai dengan pepatah lama, ”Kuman di seberang lautan nampak, gajah dipelupuk mata tidak nampak”. Hidupnya hanya dihabiskan untuk mengurus orang lain sebagai mata-mata tanpa menerima honor. Sangat besar kesalahan orang yang berprilaku demikian, sebagaimana sebuah riwayat mengisahkan seorang khalifah memperhatikan rakyatnya di tengah malam, lalu dia menemukan dalam sebuah rumah seorang lelaki dan wanita serta minuman khamar yang dihidangkan, dia masuk ke rumah itu dengan memanjat dinding sambil membentak,dan terjadilah dialoq -Khalifah : Hai musuh Allah, apa kau kira Allah akan menutupi kesalahan ini ? - Lelaki : Tuan sendiri jangan tergesa-gesa, juga tuan telah melakukan kesalahan. - Khalifah : Kesalahan apa yang saya perbuat ? - Lelaki : Kesalahan saya hanya satu yaitu apa yang Khalifah lihat sekarang, sedangkan tuan telah melakukan tiga kesalahan yaitu; memata-matai keburukan orang lain, padahal Allah melarang perbuatan itu, masuk rumah orang dengan memanjat dinding, bukankah ada pintu yang harus dilalui dan masuk rumah tanpa izin tuan rumah.

2. Keras hati Artinya tidak mau menerima pengajaran yang baik, nasehat yang mengandung maslahat ditolaknya. Tidak suka segala kesalahannya dikritik apalagi dihukumi, dialah yang paling benar, disamping itu hatinya tidak tersentuh oleh penderitaan dan kesedihan orang lain, walaupun kesengsaraan yang dialami ummat Islam dibelahan dunia lebih parah dari penderitaan ummat di negerinya sendiri, tapi tidak sedikitpun tersentuh hatinya sebagaimana nasib ummat Islam di Palestina yang dibantai Zionis Israel, di Filipina hak ummat Islam diabaikan, demikian pula politik perbedaan ras di Afrika dan Somalia. Dimasa Rasulullah Saw, terdapat suatu kejadian yang membuat semua sahabat bersedih karena matinya salah seorang anggota keluarga dari mereka, bahkan Nabi Saw pun meneteskan air matanya, sahabat-sahabat disekitarnyapun berlinang air matanya, tapi seorang sahabat nampak biasa-biasa saja, sedikitpun dia tidak tersentuh melihat kejadian itu. Lalu dia bertanya kepada Nabi Saw, maka Rasulullah menjawab, ”Itu tandanya hati yang keras”. Orang yang keras hati cendrung egois, sombong, takabur dan tidak mau menerima kebenaran, karena hatinya telah beku dan tidak terbuka untuk menerima pengajaran yang benar.

3. Terlalu cinta kepada dunia Kehidupan dunia hanya sementara sebagai musafir yang berada dalam perjalanan lalu istirahat pada sebuah tempat. Namun tidak sedikit manusia yang beranggapan tempat istirahat sejenak itulah tujuan sehingga lupa akan tujuan semula. Hal ini karena terpesona atas keindahan tempat persinggahan. Dunia memang penuh dengan hal-hal yang menyenangkan dan melalaikan, tapi dunia juga tempat beramal yang ganjarannya kelak akan dinikmati di akherat. Reaksi orang yang cinta kepada dunia, dia akan berbuat rakus dan curanga dalam hidupnya, asal kepuasan lahiriah terpenuhi, disinilah akibat kehancuran ummat sebagai mana yang diramalkan oleh Nabi Muhammad Saw, bahwa nanti pada suatu masa ummat Islam aan dikeroyok oleh ummat lain sebagaimana mereka menghadapi makanan di atas meja, padahal jumlahnya mayoritas tapi kekuatannya ibarat buih di atas lautan, mudah hancur. Saat itu ummat dihinggapi penyakit yang bernama ”Wahn” yaitu suatu bakteri yang meracuni ummat ini sehingga mereka terlalu cinta kepada dunia dan takut akan kematian.

4. Sedikit rasa malu Orang yang memiliki sifat ini tidak malu-malu berbuat apapun menurut kemauannya, dosa dan maksiat suatu perbuatan sehari-hari, sedangkan benar dan salah bukan suatu ukuran. Bila malu habis, maka akan berbuat seenaknya dan beranggapan diri lebih suci dari orang lain. Menurut Abu Hasan Al Mawardi, malu ada tiga macamnya yaitu malu kepada Allah, malu kepada manusia dan malu kepada diri sendiri. Bila sifat malu ini tidak ada lagi, maka kehancuran dunia akan dihadapi. Bila tidak ada malu atau telah hilang sifat malu, maka tidak ada lagi perintah Allah yang dilakukan dan larangan Allahpun akan dilanggar. Malu kepada manusia telah hancur, maka dia akan berlaku seenaknya kepada orang lain dengan jalan menekan, menindas dan memperkosa hak-haknya, demikian pula bila malu kepada diri sendiri telah luntur maka akhlak yang baik tidak dimiliki.

5. Panjang angan-angan Sifat ini menunjukkan kekerdilan manusia, kemauannya lebih tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan, dia suka berandai-andai. Ungkapannhya berbunyi, ”Seandainya, andai kata, apabila”. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk berangan-angan dan berkhayal yang macam-macam, tapi sama sekali ia tidak berbuat sesuatu. Dia beranggapan bahwa mengkhayal itu benar, khayalan itu enak dan gratis. Orang yang seperti ini ibarat, ”Pungguk merindukan bulan”, atau ”Katak ingin jadi kerbau”.


Dengan khayalan yang panjang kadangkala tanpa disadari kemampuan dirinya, sehingga spekulasi dijadikan ukuran, sehingga ketika nampak burung terbang, burung punai yang ada di tangannya dilepaskan. Padahal lebih baik makan singkong hari ini daripada makan roti nanti, lebih baik bersyukur atas nikmat sedikit yang diberikan-Nya saat ini daripada berfikiran menanti hari lain yang tidak menentu. Kehidupan orang yang bersifat seperti ini lebih berbahaya kalau sampai melalaikan kewajiban-kewajibannya untuk kemaslahatan dunia dan akherat, karena waktunya terkuras untuk berkhayal prihal yang muluk-muluk, padahal semua itu jauh dari kenyataan, karena tidak sesuai antara kemauan dengan kemampuan.

6. Perbuatan zhalim yang terus menerus Watak manusia karena kuat dan kuasa dia melakukan eksploitasi bangsa lain, memeras bawahan dan menindas yang lemah, bila ini dilakukan tidak henti-hentinya, maka akibatnya orangpun terus menerus menanggung dari kezhalimannya. Ahli Hikmat membagi kezhaliman menjadi tiga yaitu ; zhalim kepada Allah dengan Al Fathir ayat 32, ”Ada sebagian dari mereka yang berlaku aniaya kepada diri sendiri”. Perbuatan zhalim yang dilakukan kepada Allah, diri sendiri yang menanggung kerugiannya, sedangkan zhalim kepada orang lain dan diri sendiripun menanggung akibat buruk kepada orang lain dan diri sendiri.

Enam sifat inilah yang dapat menghancurkan nilai-nilai ibadah, dia ibarat air di daun keladi, amal yang dilakukan berpahala banyak tapi tertumpah tanpa meninggalkan bekas, bila enam sifat tercela ini terdapat dalam pribadi seseorang, waspadalah atas peringatan Rasulullah Saw tadi. [Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta, no. 154]

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar