Senin, 09 April 2012

Masjid dan Fungsinya





Oleh Drs.St.Mukhlis Denros

Ummat islam mampu membangun masjid dengan biaya besar dan model mutakhir seperti di Casablanca Maroko dibangun sebuah masjid termegah di dunia, menaranya hampir sama tingginya dengan menara Eifel di Paris Perancis, dari puncak menara dapat memancarkan sinar laser langsung ke Masjidil Haram di Mekkah. Di Indonesiapun setiap pelosok berdiri masjid megah dan mahall bahkan terdapat juga pembangunan masjid yang sedang dibangun dan dirancang.

Kemampuan ummat dalam mendirikan masjid tidak seiring atau belum mampu menggunakan masjid sebagaimana sunnah Nabi dan fungsinya sehingga banyak masjid sepi dari aktivitas, dipakai ketika hari-hari besar islam saja, itupun dipenuhi oleh mereka yang telah terbatuk-batuk dan terbungkuk-bungkuk, ibarat musiman atau hening seperti kuburan, karena syiar islam tidak nampak dan tumbuh dari dalamnya selain sorot lampu atau kemilau ukiran yang mempercantik sebuah masjid.

Dalam sebuah surat Al Taubah ayat 109 Allah swt berfirman, ”Sesungguhnya masjid itu dibangun berdasarkan atas ketaqwaan kepada Allah semenjak hari pertama” . berdirinya sebuah masjid dilandasi atas ketaqwaan kepada Allah bukan karena pertentangan kelas sosial dan pertikaian pendapat di tengah ummat, begitu berbeda pendapat dalam urusan kecil berdirilah masjid baru karena dianggap masjid yang lama tidak sesuai dengan fahamnya.

Masjid didirikan bukan pula untuk menyusun suatu rencana menghancurkan islam dari dalam sebagaimana masjid yang didirikan orang munafiq dimasa Rasul. Bukan pula masjid yang didirikan untuk membuat alisan sesat dalam islam yang akibatnya menyesatkan ummat, bukan pula untuk menghidup suburkan bid’ah, kurafat dan tahayul, dia harus bersih dari segala motivasi, harus berdasarkan taqwa kepada Allah. Dalam kita lihat bagaimana Nabi memfungsikan masjid pada masa itu:

1. Tempat Ibadah
Masjid didirikan pokok utamanya adalah untuk tempat beribadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, berzikir dan i’tikaf, hanya semata-mata memakmurkan masjid Allah melalui pengabdian, sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 18, ”Sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, membayarkan zakat, dan tiada yang ditakuti kecuali Allah”.

2. Tempat Bersidang Dan Musyawarah
Segala persoalan ummat bisa dibicarakan di masjid sejak dari perjanjian, perdamaian dan peperangan, menyusun suatu program kerja yang harus digarap maka masjidlah tempatnya, kurang tepat bila persoalan ummat dibicarakan di hotel berbintang yang menghabiskan biaya atau di tempat hiburan yang menjurus kepada maksiat sementara tempat suci yaitu masjid dibiarkan kosong tidak dimanfaatkan.

3. Tempat Menuntut Ilmu
Nabi Muhammad Saw membentuk kader seperti Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali di dalam masjid, disini diajarkan berbagai ilmu agama sebagai bekal kehidupan di dunia menuju akherat. Di Minangkabau pemberian ilmu kepada murid pada hakekatnya juga di masjid yaitu surau yang berada di sebelah masjid. Banyak tokoh-tokoh bangsa yang dicetak di masjid seperti Buya Hamka, Agus Salim, M. Natsir dan lain-lainnya. Masjid memang mempunyai peranan penting dalam memberikan ilmu kepada ummat.

4. Pengaturan Zakat, Sedekah dan Amal Shaleh
Sejak dari penampungan zakat, sedekah dan amal sosial lainnya sampai kepada pendataan orang yang berhak menerimanya yang dilanjutkan dengan penyebarannya, semua dilakukan di masjid, sehingga masjid nampak betul-betul berfungsi untuk kemasyarakatan.

5. Tempat Latihan Ilmu Perang
Para prajurit menggunakan masjid sebagai tempat menyusun dan membicarakan taktik dan strategi perjuangan, sebagai tempat latihan bahkan gudang tempat menyimpan alat-alat persenjataan agar mudah diambil ketika diperlukan.

Di samping itu dimasa Rasulullah Saw masjid betul-betul tempat berbagai kegiatan ummat seperti sebagai rumah sakit tentara, musuh yang tertawan diletakkan tidak jauh dari masjid agar mereka melihat segala gerak ummat islam dalam beribadah kepada Allah, masjidpun tempat propaganda atau da’wah islam melalui pengajian, ceramah, khutbah bahkan pembacaan syair yang bernafaskan islam dan perjuangan.

Salah seorang sahabat Nabi bernama Hasan bin Tsabit sering membaca syair-syair yang membangkitkan semangat ummat islam, kemudian pada masa khalifah Umar bin Khattab diapun membacanya tapi dihalangi oleh Umar maka dia protes dengan ucapan, ”Saya sudah membaca syair di dalam masjid Nabi Saw, di hadapan orang yang lebih mulia dari tuan”.

Kenyataan yang nampak sekarang adalah masjid nampak megah tetapi tidak difungsikan sebagaimana mestinya, kita takut dengan ramalan Rasulullah Saw yang disabdakan, ”Hampir akan tiba masanya kepada manusia; islam hanya tinggal namanya, Al Qur’an hanya tinggal tulisannya saja, masjid dibangun megah dan ramai, tetapi sepi dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya, ulama-ulama mereka bertingkahlaku jahat dibawah kolong langit ini, dari mulut mereka meluncur fitnah-fitnah, dan fitnah itu kembali menerkam mereka [ulama dan ummat]” [HR. Baihaqi]

Kita memang mengharapkan masjid yang indah, megah lagi mewah, bahkan rumah Allah tersebut harus lebih indah, megah dan mewah dari rumah-rumah masyarakat, tapi harus disertai dengan berbagai aktivitas, tepatnya masjid tersebut dimakmurkan oleh jamaahnya, bila tidak terujud masih lebih baik langgar/ mushalla/ surau buruk di ujung desa yang digunakan untuk berbagai aktivitas terutama membentuk kader-kader bangsa yang bertaqwa kepada Allah Swt. [Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta Nomor 173/ Nopember 1995].


Penulis Drs. St. Mukhlis Denros-
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala,
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan,
Syukur disebutkan Penulisnya, untuk kemaslahatan umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar