Senin, 09 April 2012

Moral Ataukah Akhlak ?




Oleh Drs. Mukhlis Denros



Kita sering menyamaratakan satu istilah yang berlaku di masyarakat, sehingga menganggap antara istilah satu dengan istilah lainnya tidak ada perbedaan, baik dari segi penggunaan maupun waktu dalam menggunakannya. Hal ini dapat mengaburkan atau menghilangkan maksud yang terkandung dari kata yang disebutkan atau yang diungkapkan.

Bila ummat islam menyebutkan sembahyang maka tanpa difikir lagi kata tersebut adalah shalat. Samakah shalat dengan sembahyang dari maksud makna keduanya itu ? Terjemahan bahasa satu ke dalam bahasa lain tidak semuanya sama atau sesuai dengan apa yang dimaksudkan dari kata itu, atau mungkin tidak ada terjemahannya ke dalam bahasa lain.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selaku makhluk sosial tidak lepas dari istilah-istilah yang sebenarnya tidak sesuai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mungkin saja istilah tersebut dari bahasa asing atau bahasa daerah. Selama ini kita mengartikan ”Addin” dengan ”Agama”, ”Allah” dengan ”Tuhan”, ”Shalat” dengan ”Sembahyang”, ”Shiam ” dengan ”Puasa” dan ”Moral” dengan ”Akhlaq”. Padahal terjemahan tersebut tidaklah bersinggungan, apalagi untuk tepat benar. Dalam tulisan ini dicoba membuka ketakserasian istilah ”Moral” yang diterjemahkan dengan ”Akhlaq” dengan maksud agar kita dapat menempatkan istilah ini tepat pada tempat yang sepantasnya atau untuk menggali dan menghidupkan istilah-istilah yang islami.

Moral berasal dari bahasa Latin, yang artinya ”adat kebiasaan seseorang dalam hidupnya”. Istilah ini serasi dengan Etika, yang berasal dari bahaya Yunani. Moral adalah kesanggupan orang untuk memilih perbuatan baik dari perbuatan yang buruk. Baik dan buruk ini menurut pandangan manusia, yang dirumuskan oleh manusia berdasarkan kesepakatan.

Moral tidak menghunjam dalam dada pengikutnya, sebab sifatnya sementara dan lokal, hanya berlaku dalam satu wilayah tertentu, maka sifatnyapun relatif menurut situasi, kondisi dan tempat saja. Dalam pandangan moral, yang lebih diutamakan adalah toleransi antara sesama manusia dan saling tenggang rasa. Seseorang bisa melepaskan moralnya untuk menghargai moral orang lain dalam pergaulan, takut orang lain tersinggung atas moralnya, sebab ada pertentangan antara moralnya dengan moral orang lain.

Adapun sumber moral berasal dari tokoh-tokoh manusia yang tunduk kepada hukum yuridis yang tidak ada panutan atau teladan yang pantas diikuti sebagai standard dalam bertindak menjalankan moral tersebut di masyarakat, dan sangsinya adalah tercela dipandangan manusia. Sedangkan akhlaq berasal dari bahasa Arab, yaitu ”Khuluqun” yang berarti ”Budi pekerti”, yang menentukan batas antara baik dan buruk, yang terpuji dan tercela, tentang perkataan dan perbuatan manusia dalam pergaulannya.

Akhlaq adalah sejumlah kumpulan prilaku berdasarkan teladan Rasulullah Saw dimasa hidupnya, didalam kehidupan sehari-hari yang dituntun oleh Risalah Nubuwah [Kenabian] dalam Al Ahzab;21 Allah berfirman,”Sungguh di dalam diri Rasulullah itu ada contoh teladan yang baik”. Dalam sebuah haditspun Rasulullah menyabdakan, ”Aku diutus kemuka bumi ini tiada lain untuk menyempurnakan akhlak manusia”.

Akhlaq menghunjam di dada dan memotivasi diri untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar, dengan mengharapkan semata-mata ridha dari Allah Swt [Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta, April 1990].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros-
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala,
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan,
Syukur disebutkan Penulisnya, untuk kemaslahatan umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar