Kamis, 12 April 2012

Pendidikan Dalam Keluarga




Oleh Drs. Mukhlis Denros

Allah berfirman dalam surat At Tahrim ayat 6 yang artinya,”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”. Salah seorang isteri Nabi Muhammad Saw yang bernama Aisyah tidak suka kepada madu, jangankan untuk meminum madu, sedang mencium baunya saja dia tidak suka. Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw meminum madu di rumah isterinya bernama Hafsah, setelah itu masuk ke kamar Aisyah, tapi bau madu masih tercium, Aisyah tidak senang dengan keadaan Nabi Saw yang demikian.

Karena cintanya kepada isterinya, untuk menyenangkan hati isteri tercinta itu nabi bersabda,”Demi Allah mulai saat ini aku haramkan madu untukku”. Dengan keputusan nabi tersebu, Allah menerangkan sebuah teguran dalam ayat 2 pada surat At Tahrim,”Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu, kamu mencari kesenangan isteri-isterimu dan Allah adalah pengampun lagi penyayang”.

Dari ayat diatas dapat ditarik pengertian;
1. Jangan mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.
2. Suami punya kewajiban untuk menyenangkan isteri dan sebaliknya tetapi jangan berlawanan dengan perintah Allah Swt.
3. Kesenangan yang diberikan kepada isteri jangan sampai menyebabkan Allah murka.

Pada ayat itu Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw agar menarik kembali sumpahnya, karena sumpah yang bertentangan dengan hukum Allah batal jadinya, nabi Saw harus membayar kifarat [denda], sedangkan pada ayat tiga nabi Muhammad Saw mengadakan pembicaraan rahasia dengan isterinya Hafsah, tetapi Hafsah membongkar rahasia tersebut kepada Aisyah, lalu Allah mengabarkan kepada nabi Saw bahwa Hafsah membocorkan rahasia mereka.

Pada ayat empat, Allah memerintahkan kepada Aisyah dan Hafsah untuk bertaubat agar tidak melakukan perbuatan tersebut karena telah menyusahkan nabi Saw yaitu;

1. Karena Aisyah yang tidak suka dengan madu dan menunjukkan sikap yang tidak baik kepada nabi maka nabi bersumpah untuk tidak minum madu lagi, kemudian Allah menegur nabi agar mencabut sumpahnya.

2. Hafsah telah membocorkan rahasia rumah tangganya kepada orang lain, lalu Allah menyuruh mereka berdua untuk bertaubat dengan ancaman yang tercantum pada ayat lima surat ini,:”Jika nabi Saw menceraikan kamu, boleh jadi Allah akan memberikan ganti kepadanya isteri-isteri yang lebih baik dari kamu yaitu; patuh, beriman, taat, bertaubat, suka beribadat, mau berpuasa, baik janda ataupun perawan”.

Jadi isteri yang baik menurut ukuran Allah, tanpa memandang janda ataupun perawan ialah;
1. Patuh kepada Allah dan kepada suami.
2. Beriman kepada Allah dengan segala konsekwensinya.
3. Taat kepada Allah juga kepada suaminya.
4. Suka mengoreksi kesalahan lalu merubahnya.
5. Rajin beribadah kepada Allah.
6. Suka berpuasa, terutama puasa wajib.

Pada ayat enam dari surat At Tahrim menyatakan,”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, didalamnya terdapat malaikat yang kasar lagi bengis, yang tidak maksiat kepada Allah dan taat atas perintah yang diperintahkan Allah dilaksanakannya”.

Menurut Al Maraghi, yang dimaksud dengan keluarga yaitu isteri, anak dan siapa saja yang berada dalam tanggungjawab kita, sedangkan menurut Sayid Qutb, keluarga adalah anak, isteri, ibu dan kerabat lainnya.

Bagaimana keadaan neraka yang digambarkan oleh Allah :
1. Bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, yaitu manusia yang masih mempunyai dosa dan orang-orang kafir serta batu sembahan yang dijadikan Tuhan oleh manusia.
2. Di dalam neraka tersebut terdapat malaikat yang kasar dan kejam, apa yang diperintahkan Allah mereka tidak pernah membantah, dia tidak memiliki rasa kasih sayang kepada penghuni neraka, dan tidak akan mau mendengarkan jerit tangis penghuninya.

Dengan demikian tidaklah sesuai dengan pendapat anak muda sekarang, mereka senang hidup di neraka karena disana mereka akan bertemu dengan wanita-wanita cantik, bintang film yang seksi serta wanita yang tenggelam dalam kemaksiatan. Jangankan tentang kecantikan, sedangkan daging dan tulang manusia yang masuk neraka akan hancur dimakan api.

Sehubungan dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka, Umar bin Khattab pernah mengadu kepada nabi Saw, untuk menjaga diri sendiri adalah hal yang mudah, lalu bagaimana cara menjaga keluarga?, apakah harus dikawal terus menerus, apakah selalu diawasi kemana dia pergi ?, Nabi memberikan jawaban yaitu,”Engkau tanamkan dalam jiwanya agar dia jangan melakukan perbuatan yang dilarang Allah, dan masukkan pula didadanya ajaran agar dia mengerjakan perbuatan yang diperintahkan Allah”.

Lukmanul Hakim dalam membimbing anaknya terlebih dahulu dia tanamkan keyakinan, aqidah didada anaknya dengan landasan yang kuat, bila aqidah telah kokoh barulah dia membimbing anaknya untuk shalat. Karena aqidah merupakan pokok utama dalam agama, bila aqidah telah kuat;
1. Jangankan hanya melaksanakan shalat, sedangkan bila nyawa yang diminta demi agama Allah akan dikerahkan.
2. Jangankan untuk meninggalkan ucapan kotor, bahkan ketika kesempatan besar terbuka untuk korupsi dan maksiat kepada Allah dia mampu menahan.

Mudah-mudahan Allah melimpahkan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita ummat islam, agar taat melaksanakan ajaran Islam dan terhindar dari perbuatan maksiat, wallahu a’lam [Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta No. 126/ Desember 1991]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar