Rabu, 09 Mei 2012

Al Qur'an


Oleh Mukhlis Denros

Kitab ummat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril adalah Al qur’an, yang memiliki beberapa keutamaan yang sesuai dengan namanya seperti “Al Fuqan” artinya Pembeda yang haq dan yang bathil [25;1], “Az Zikr” yaitu peringatan kepada manusia [15;9], “Hukum artinya ketentuan yang harus dipatuhi [17;39], “Burhan” yaitu bukti yang meyakinkan [4;174], “Al Haq” yaitu kebenaran [17;81] dan “Ablullah” yaitu tali Allah [3;103].

Al Qur’an bukanlah sekedar kita yang mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhannya dan tidak pula hanya mengatur urusan akherat saja, di dalamnya ada tauhid, janji dan ancaman, ibadah, petunjuk kepada kebenaran, larangan dan perintah, halal dan haram, hukum islam secara menyeluruh, sejarah dan perumpamaan. Selain itu juga terdapat berbagai ilmu pengetahuan di dalamnya seperti filsafat [32;7,9], ekonomi [45;13], moral/akhlak [21;107], seni [7;31], hukum [3;83], sosial [2;213], politik dan pendidikan [4;28].

Demikian banyaknya kandangan al Qur’an sehingga siapa saja yang mendapat hidayah ini tidak akan meninggalkannya bahkan tidak sedikit ilmuan yang menyatakan diri sebagai muslim ketika menemukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang mereka gali.

Hadirnya al Qur’an ke dunia ni setelah adanya kitab-kitab terdahulu bukan sekedar untuk dibaca saja, a tau bekal untuk manusia saja, tapi banyak sekali tujuannya Allah menurunkan kitab yang satu ini yang keaslian dan kelestariannya lansung dijamin Allah tidak akan tercemar hingga akhir zaman, adapun tujuan Al Qur’an diturunkan adalah;

Pertama, memimpin manusia ke jalan selamat; terlalu banyak jalan-jalan sesat yang hadi di dunia ini yang menyelewengkan tujuan hidup manusia, maka Al qur’an mengarahkannya kepada keselamatan; “Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” [Al Maidah 5;16]

Kedua, Al Qur’an diturunkan untuk manusia dalam rangka memelihara martabat manusia sehingga tetap dalam posisi suci, baik dan mulia, tanpa petunjuk ini manusia akan jatuh martabatnya karena melakukan perbuatan yang dapat menurunkan eksistensinya; “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”[At Tin 95;4-6]

Ketiga, tujuan al Qur’an diturunkan adalah untuk memperkenalkan Allah sebagai Tuhan yang wajib ditaati, diibadahi, dicintai dan diimani, tanpa Al Qur’an banyak manusia yang keliru mencari Ilah, sedangkan Al Qur’an diturunkan saja masih banyak manusia yang keliru mengambil penyembahan; “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” [Ali Imran 3;190]

Keempat, Al Qur’an juga diturunkan untuk kepentingan manusia yaitu memperkenalkan dirinya sebagai hamba yang hanya wajib menyembah kepada Allah dengan segala sifat positif dan negatifnya, tinjauan Al Qur’an terhadap manusia besifat obyektif; “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".[Al Isra’ 17;85]

Kelima, dengan Al Qur’an Allah memberitahukan hukum-hukum kebenaran serta mengobati penyakit rohani yang ada pada manusia seperti; sombong, iri, dengki dan lain-lain [10;57]

Keenam, Al Qur’an adalah sebagai alat untuk menghidupkan manusia sebagai manusia, tanpa ini terlalu banyak manusia yang berwatak hewan bahkan lebih sehingga menjatuhkan martabatnya disisi mereka sendiri; “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.[Al Anfal 8;24]

Ketujuh, Al Qur’an adalah sebagai rahmat bagi manusia [17;82] dan sebagai pembeda yang baik dan yang buruk, tanpa ini mustahil kita akan terarah melakoni kehidupan, apalagi manusia itu cendrung kepada keburukan karena memperturutkan hawa nafsu dan ajakan syaitan; “Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa)”[Ali Imran 3;3-4]

Kedelapan, Al Qur’an adalah sebuah kitab yang menjelaskan segala persoalan hidup manusia dengan gamblang, dia kitab yang menyelesaikan masalah tanpa masalah sejak dari urusan dunia hingga akherat,sejak dari ekonomi, politik, budaya dan segala hal yang digeluti manusia;“Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran Ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah”[Al Kahfi 18;54]

Kesembilan, Al Qur’an adalah pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dengan istiqamah dan pemberi peringatan kepada mereka yang lalai serta pemberi kabar pertakut kepada mereka yang kafir dan zhalim. Disamping itu Allahpun menggunakan sindiran bahwa ada kabar gembira kepada orang-orang kafir dengan nerakanya yang penuh dengan azab;“Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya[1339] serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk jahannam”[Asy Syura 42;7].

Kesepuluh, Al Qur’an diturunkan Allah dalam rangka memberitahukan kepada manusia bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah bukan dari yang lain, selain sumber dari Allah adalah praduga yang jauh dari kebenaran;“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu’[Al Baqarah 2;147]

Demikian banyaknya tujuan Al Qur’an diturunkan hakekatnya hanya satu agar manusia tahu fungsi sebagai hamba yang harus mengabdikan seluruh potensinya untuk Allah serta jangan sampai berbuat syirik, intinya adalah menyelamatkan manusia sejak dari kehidupan di dunia hingga di akherat, tentu saja ini akan jadi pelajaran bagi orang yang punya hati nurani dan akal budi sehingga merebut hidayah Allah melalui pengamalan ajaran-Nya.

Seorang mukmin yang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah harus melestarikan keimanan tersebut melalui amal perbuatan sehari-hari, termasuk aplikasi beriman kepada kitab Allah yaitu Al Qur’an. Ada beberapa kewajiban mukmin terhadap Al Qur’an yang perlu ditunaikan yaitu;

Pertama, kewajiban mukmin terhadap Al Qur’an adalah memiliki kitab ini sebagaimana pemilikan kita terhadap buku-buku lainnya, ironi sekali bila buku-buku tebal dan mahal mampu kita punyai tapi Al Qur’an dengan harga murah tidak bisa kita sediakan.

Kedua, kewajiban lain adalah membacanya dalam waktu dan kesempatan yang tidak dibatasi. Rasulullah menyatakan bahwa orang beriman yang suka membaca Al Qur’an ibarat buah “Turjah” atau limau, yang rasanya lezat dan bau aromanya harum, sedangkan orang beriman yang tidak mau membaca Al Qur’an ibarat buah tamar yaitu kurma, buahnya lezat tapi tidak berbau, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Kitab baginya satu amal kebaikan, padahal setiap kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat”.

Ketiga, kewajiban mukmin terhadap al Qur’an adalah mengimaninya dengan sepenuh hati bahwa itu adalah wahyu Allah yang diberikan kepada Nai Muhammad sebagai kitab yang membimbing manusia ke jalan yang lurus.

Keempat, tidaklah cukup Al Qur’an hanya diimani dan dibaca saja, karena ilmu yang terkandung di dalamnya Maha Luas sekali sehingga perlu menguak ilmu tesebut melalui telaah, diskusi dan mempelajari isinya, Allah menjelaskan dalam surat Shad 38;29 “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” .

Kelima, Al Qur’an wajib diamalkan isinya bagi orang-orang yang mengaku beriman kepadanya, cara mengamalkan al Qur’an sesuai dengan aturan yang ada yaitu;

1. Mengamalkan Al Qur’an dengan cara mencakup segala lapangan kehidupan, tidak boleh memilah-milah, karena seluruh sektor hidup manusia tercakup dalam Al Qur’an [2;208]

2. Mengamalkan al Qur’an dengan kesungguhan hati tidak coba-coba dan tidak pula separuh hati [22;78].

3. Mengamalkan Al Qur’an tidaklah mudah, banyak resiko yang harus ditempuh, untuk bagi orang-orang yang mau mengamalkannya harus mampu menahan derita, yang derita itu telah dialami oleh orang-orang terdahulu [29;2-3]

Keenam, kewajiban mukmin terhadap Al Qur’an adalah dengan menda’wahkannya kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan sebagaimana sabda Rasululah dan firman-Nya [16;126] Cara menyiarkan atau menda’wahkan Al qur’an itu harus sesuai dengan konsep Allah dan Rasul-Nya seperti dengan hikmah, berani berkorban apa saja, secara obyektif [2;259], menyentuh perasaan yang menerimanya [36;69-70], lemah lembuh [3;159] dan teladan yang baik [33;69-70]

Kenapa seorang mukmin dituntut untuk menyiarkan Al Qur’an ditengah masyarakat pada setiap lapangan kehidupan 93;159], agar nanti tidak didebat oleh Allah, mengaku beriman kepada Al Qur’an tapi buktinya mana [4;165], agar tidak dikuasai oleh musuh-musuh islam serta tidak terkena bencana [8;25] bahwa orang yang tidak mau berda’wah dan menyiarkan Al Qur’an akan diturunkan bencana, yang tidak hanya mengenai orang-orang jahat saja tapi seluruhnya akan tertimpa bencana.

Ketujuh, al Qur’an itu wajib dipertahankan dengan segala penorbanan, apalagi keberadaannya dilecehkan oleh kaum kafir serta dianggap rendah;“Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”[At Taubah 9;73]

Adapun cara mempertahankan Al Qur’an itu adalah dengan jalan memperkokoh persatuan sehingga kaum kuffar tidak mampu memporak-porandakan kita [49;10], siapkan kekuatan dengan pengkaderan pencetakan da’i-da’i penyandang da’wah untuk masa depan sehingga pembela-pembela da’wah tetap berkesinambungan [8;60], tidak lupa siap mengorbankan harta dan jiwa jika memang itu kita dituntut untuk mempertahankan Al Qur’an [9;20,111], serta melalui Al Qur’an pula kita bina diri untuk menjadi hamba yang baik dan taat [15;42] dengan ketaatan tadi tentu menghasilkan ghirah [kecemburuan] terhadap islam.

Kedelapan, Al Qur’an juga perlu dipelihara kehormatannya dengan sebaik-baiknya, sedangkan buku-buku biasa saja kita hargai apalagi Al Qur’an sehingga kita meletakkannya tidak sembarangan, pasti diletakkan pada tempat yang sewajarnya, demikian pula membacanya sesuai dengan anjuran Rasulullah yaitu tartil, perlahan dan jelas makhraj serta tajwidnya benar. Dalam sebuah hadits Rasulullah menyampaikan bahwa al Qur’an mengutuk orang yang membacanya, ketika kita tidak memperhatikan bacaannya sesuai dengan yang diajarkan islam [73;4], dengan tidak melupakan saat membawanyapun tidak sembarangan, perlakukan dengan baik, apalagi ketika Al Qur’an dibacakan, maka dengarkan dengan baik [7;204]

Itulah kewajiban seorang mukmin terhadap Al Qur’an, walaupun Allah menjamin tentang kelestariannya tapi perjuangan ummatpun diminta untuk menjaganya dari segala gangguan manusia-manusia jahil. MTQ adalah salah satu sarana untuk menjaga al Qur’an dengan syiar-syiarnya, bila hanya ini yang digalakkan rasanya belumlah memadai, bagaimana kalau diadakan pula Mushabaqah Pengamalan Al Qur’an, ini lebih penting.

Janganlah kita memberikan sanjungan dan hadiah kepada pemenang MTQ bahkan diberi kesempatan kepadanya untuk menghibur Raja dan Presiden membacanya di istana, tapi sungguh tidak adil kepada pengamal-pengamal Al Qur’an dilecehkan, dihinakan, disingkirkan dan bahkan dibenamkan dalam penjara hingga dipenggal kepala mereka, sejarah masa lalu mengungkap hal demikian.

Ummat islam terhadap Al Qur'an itu seperti manusia dan kapal terbang, yang terbang tinggi melaju di angkasa sementara manusia tetap di bumi karena tidak mau naik kapal terbang tersebut. Sedangkan ummat islam terdahulu ketika menerima wahyu digambarkan oleh Allah menjadi tiga sikap;"Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar" [Al Fathir 35;32]

Ayat diatas menyebutkan tiga sikap tersebut adalah;
1.Menganiaya Diri Sendiri
Dengan turunnya Al Qur'an sebagai wahyu dari Allah untuk kebahagiaan manusia hidup di dunia hingga akherat bagi kelompok ini tidak ada manfaatnya bahkan mereka cendrung menganiaya dirinya dengan semakin banyak berbuat kejahatan bahkan berupaya menghalang-halangi orang lain untuk mengamalkan isi Al Qur'an. Orang ini mendapat hisab yang lama di Padang Mashar dengan pemeriksaan yang banyak sekali sehingga menyusahkannya.

2.Golongan Pertengahan
Golongan pertengahan ini adalah orang yang mengambil sikap antara iman dan kafir, mereka adalah orang yang serba rajin, rajin beramal dan rajin pula untuk berbuat kemaksiatan, tidak ada filter yang dapat menyaring kehidupannya. Karena ada amal yang mereka kerjakan maka kelak di Padang Mashar orang ini mendapat hisab yang cukup memudahkan.

3.Golongan Yang Segera Dalam Kebaikan
Inilah generasi yang ganjil kata Sayid Qutb karena begitu Al Qur'an diturunkan mereka berupaya mengitari hidupnya sesuai dengan putaran wahyu itu, mereka berbuat sesuai dengan ajaran Al Qur'an, tak satupun contoh kehidupan yang ditampilkan semuanya berasal dari ajaran islam yang bersandar dari Al Qur'an dan Sunnah. Orang ini akan masuk syurga tanpa hisab.

Sesuai dengan tuntunan dan tuntutan dalam kehidupan seorang muslim, maka cara terbaik untuk mewariskan Al Qur'an itu adalah;

1.Mendengarkan Al Qur'an
Salah satu bentuk da'wah ialah memperdengarkan Al Qur'an kepada masyarakat luas, dengan bacaan Al Qur'an yang baik dan indah banyak yang tercatat dalam sejarah orang-orang yang keras hatinya akhirnya luluh karena sentuhan Al Qur'an sebagaimana kisah yang dialami Umar bin Khattab dan Fudhail bin Iyad.

Ketika Umar bin Khattab dengan pedang terhunus ingin mencari Muhammad, di tengah jalan dia bertemu dengan seseorang lalu menegurnya, "Hendak kemana engkah ya Umar, nampaknya terburu-buru benar?", dia menjawab, "Saya akan memcari Muhammad dan membunuhnya karena dia telah mengajarkan agama baru kepada masyarakat kita dan mengajak kita agar meninggalkan tuhan-tuhan nenek moyang kita". Orang itu berkata, "Kalau begitu janganlah engkau mencari Muhammad karena adikmu Fatimah sudah beriman kepada Muhammad".

Berbalik dia delapan puluh derajat mendengarkan kata-kata yang menyudutkan itu, dia lansung menemui adiknya di rumah. Dalam rumah itu adiknya berserta suami dan pembantunya sedang membaca dan mempelajari Al Qur'an, dikala pintu digedor dengan keras yang diiringi oleh teriakan Umar, Fatimah yakin kalau kedatangan kakaknya itu untuk mencegah keislamannya.

Dikala pintu dibuka lansung Umar mengintorigasi adiknya yang dibenarkan oleh Fatimah, maka saat itu Umar tidak bisa membendung kemarahannya, maka dia tamparlah sang adik, tanpa perlawanan yang berarti sang adik menantangnya agar menampar lagi, tapi Umar tidak tega, yang akhirnya terjadilah dialoq tentang Al Qur'an yang sedang dipegang Fatimah, Umar ingin tahu isinya, setelah dia baca maka dia pergi mencari Muhammad untuk menyatakan keislamannya.

Seorang pemuda yang selalu berbuat maksiat kepada Allah dengan berbagai kelakuan. Suatu malam dia sedang menjalankan aksinya, memanjat rumah seseorang untuk mencuri, namun dia mendengarkan bacaan Al Qur'an dikumandangkan oleh seorang wanita, dia sudah biasa mendengarkan Al Qur'an dibacakan tapi malam ini seolah-olah isi Al Qur'an itu ditujukan kepadanya. Dia urungkan niatnya untuk mencuri,dia turun dari rumah itu untuk mensucikan diri kemudian bertaubat kepada Allah.
Allah berfirman; "Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat".[Al A'raf 7;204].

2.Membaca Al Qur'an
Bukti kita mewariskan Al Qur'an dengan baik adalah membacanya dalam waktu dan kesempatan yang tidak dibatasi. Rasulullah menyatakan bahwa orang beriman yang suka membaca Al Qur’an ibarat buah “Turjah” atau limau, yang rasanya lezat dan bau aromanya harum, sedangkan orang beriman yang tidak mau membaca Al Qur’an ibarat buah tamar yaitu kurma, buahnya lezat tapi tidak berbau, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Kitab baginya satu amal kebaikan, alif lam mim, itu tiga huruf, padahal setiap kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat”.
Orang muslim yang membaca Al Qur'an dengan lancar maka pahalanya mereka bersama malaikat penulis wahyu, yang membaca Al Qur'an dengan mengeja atau tidak lancar mereka dapat dua pahala yaitu pahala membaca dan pahala belajar. "Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup" [Al Isra' 17;45]

3.Mentadabbur Al Qur'an
Ulama besar bernama Ibnu Taimiyah menyatakan,”Siapa yang tidak membaca Al Qur’an berarti dia telah mencampakkannya, siapa yang membaca Al Qur’an tapi tidak mempelajari isinya berarti dia telah mencampakkan Al Qur’an, siapa yang telah membaca Al Qur’an, mengkaji isinya tapi enggan mengamalkannya berarti telah mencampakkan Al Qur’an”. Artinya kehadiran Al Qur'an tidak sebatas dibaca saja tapi juga ditadabburi, dipelari sehingga mampu untuk diujudkan dengan amal perbuatan." Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran" [Shaad 38;29]

Al Qur’an yang hanya sebatas dibaca, mengumpulkan pahala saja tapi tidak memberi manfaat baginya dalam perubahan hidup padahal Rasulullah dengan Al Qur’an mampu merubah ummat dari jahiliyah kepada kehidupan yang islami, beliau mampu menjadikan Al Qur’an itu sebagai idiologi untuk merubah hidup sehingga prilakunya dalam keseharian adalah terjemahan dari Al Qur’an, sabda Rasulullah,”Tidak beriman kepada Al Qur’an orang yang menghalalkan apa-apa yang diharamkan-Nya”[HR.Turmuzi].

4.Mengajari Al Qur'an
Al Qur’an perlu disampaikan kepada masyarakat dengan mengajarinya atau menda’wahkannya kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing walaupun hanya sepotong ayat, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah,"Sampaikanlah apa yang telah engkau terima dariku meskipun hanya satu ayat"."Maka Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang" [Maryam 19;97].

Kenapa seorang mukmin dituntut untuk menyiarkan Al Qur’an ditengah masyarakat pada setiap lapangan kehidupan ?, agar nanti tidak didebat oleh Allah, mengaku beriman kepada Al Qur’an tapi buktinya mana;" (mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"[An Nia' 4;165],.

Selain itu agar kita tidak dikuasai oleh musuh-musuh islam serta tidak terkena bencana, bahwa orang yang tidak mau berda’wah dan menyiarkan Al Qur’an akan diturunkan bencana, yang tidak hanya mengenai orang-orang jahat saja tapi seluruhnya akan tertimpa bencana."Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya" [Al Anfal 8;25]

Demikianlah kewajiban seorang mukmin yang mengaku menerima warisan Al Qur'an yang harus meletakkan warisan itu sesuai dengan keinginan sipemberi waris agar warisan itu dapat terjaga dengan baik, wallahu a'lam. [Cubadak Solok, 19 Ramadhan 1431.H/ 28 Agustus 2010].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar