Senin, 07 Mei 2012

Syirik dan penyebabnya


Oleh ; Drs. Mukhlis Denros

“ Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" [Luqman 31;13]
Syirik artinya sifat menyekutukan Allah swt dalam peribadatan dengan salah satu makhluk-Nya dengan selain Allah, orang yang melakukannya disebut muysrik. Syirik yang paling tinggi adalah menyekuutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain, menganggap Allah memiliki tandingan, sedangkan syirik yang paling rendah sesuai dengan sabda Rasulullah adalah riya’ dalam beribadah.

Inilah satu watak yang menggelincirkan tauhid mukmin sehingga keimanan mereka tidak lagi murni, telah tercemari oleh noda-noda dan debu-debu kekafiran. Sebenarnya watak ini tidak bisa dipadukan, bila orang telah syirik tidak bisa disatukan dengan iman yang tauhid, demikian pula kekafiran tidak bisa bergandengan dengan keimanan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan sifat ini muncul pada pribadi manusia dan banyak sebab yang menjerumuskan kepada syirik yaitu;

Pertama, pengagungan yang berlebihan terhadap seseorang dan sesuatu, pengagungan tersebut terbagi dua; yaitu pengagungan biasa yang tidak ada syiriknya adalah seperti pengagungan anak terhadap bapaknya, Allah berfirman dalam surat al Isra’ 17;23
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

Juga ada pengagungan yang ditujukan kepada Nabi dan Rasul dengan , pengagungan seperti ini dianjurkan bahkan diwajibkan dalam rangka pengabdian kepada orangtua dan kesantunan kepada Rasulullah, yang tidak boleh adalah Pengagungan yang berlebih-lebihan sehingga sampai kepada pengkultusan [taqdis], pengagungan ini yang menyebabkan syirik, diantaranya pengkultusan kepada ulama sehingga segala keputusan ulama dianggap wahyu yang tidak bisa dikoreksi bahkan menjadikan ulama tadi dianggap serba tahu [Nuh 71;21-23]
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar."
Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr"

Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama-nama berhala yang terbesar pada qabilah-qabilah kaum Nuh

Menjadikan orang syirik pula bila terjadi pengkultusan terhadap Nabi dan Rasul sehingga menjadikan mereka sebagai anak Tuhan bahkan Tuhan [9;30], para pendetapun dijadikan sebagai Tuhan karena pengkultusan oleh pengikutnya [At Taubah 9;31].
”Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.’

Termasuk syirik pula apabila pengkultusan kepada malaikat karena dianggap melaikat itu dekat kepada Allah, disamping dari kejadiannya yang sempurna yaitu tercipta dari nur [cahaya] [6;100], pengkultusan kepada jin [37;158-159] serta kepada benda-benda yang ada di langit [Fushilat 41;37]
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah”

Kedua, bersandar kepada sesuatu yang bisa diketahui leh panca indra yang berbentuk materi sehingga mereka enggan untuk menyatakan beriman kepada Allah sebab Allah tidak dapat dilihat dan tidak diketahui secara indra, inilah pengakuan pengikut Nabi Musa yang dijelaskan Allah dalam surat Al Baqarah 2;55;
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, Karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya".

Seandainya Allah memperlihatkan siapa Dia sebenarnya dan bisa dilihat oleh mereka [kaum Yahudi] tetap mereka tidak mau beriman, itu hanya dalih mereka saja. Disamping itu merekapun tidak mau beriman kepada Allah karena tidak bisa diindra, begitu diajak oleh musyrikin lainnya untuk menyembah berhala, walaupun tidak sesuai dengan akal mereka siap menerimanya karena Tuhan yang mereka amksud dapat disaksikan secara lansung, surat Al A’raf 7;138 menjelaskannya;
“Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu[562], Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu Ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".




Ketiga, penyebab lain seseorang syirik adalah mengikuti kehendak hawa nafsu tanpa mengacu kepada sandaran wahyu, mereka telah menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan-Tuhan yang harus diikuti kemauannya. Ukuran kebenaran adalah hawa nafsu, bila nafsu mengatakan baik maka wajib diikuti, padahal semuanya itu menyesatkan manusia;
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?”[Luqman 31;21]

Segala tata aturan yang dibuat manusia yang kita kenal dengan moral, etika, tata susila dan adat kebanyakan terbentuknya didesak oleh hawa nafsu yang sesuai dengan keinginan pembuat aturan, itulah makanya segala moral, etika, tata susila dan adat banyak berbenturan dengan wahyu Allah.

Keempat, penyebab syirik juga bisa karena sombong, yaitu sikap hidup yang merasa lebih tinggi dan lebih berharga dari orang lain sehingga tidak mau diatur oleh aturan yang diberi Allah. Itulah makanya Abu Thalib, Abu Jahal dan tokoh-tokoh Quraisy lainnya tidak mau masuk islam, bukan karena ajaran islam tidak baik dan benar menurut mereka tapi karena kesombongan mereka, watak ini pula yang menjadikan Fir’aun, Haman, Qarun dan Bal”am jauh dari ajaran tauhid yang dibawa Nabi Musa;
“Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir Ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai Ini mengalir di bawahku; Maka apakah kamu tidak melihat(nya)? Bukankah Aku lebih baik dari orang yang hina Ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?”[Az Zukhruf 43;51-52]

Seseorang bisa sombong karena memiliki kelebihan pada dirinya baik karena cantik/ganteng, kaya, punya pangkat, pinter, banyak pengikut, banyak ibadah dan kelebihan-kelebihan lain. Dari kesombongan itu puncaknya adalah penyepelekan Allah dan menganggap semua kelebihan tersebut bukan karunia dari Allah tapi hasil usaha pribadi.

Kelima, adanya para penguasa yang menindas manusia dan tidak berhukum dengan yang diturunkan Allah, hal ini terjadi pada penguasa tiran, yang memperbudak manusia sesuai dengan agama dan pandangan hidupnya, contoh saja sebelum Ratu Bulqis bertemu dengan Nabi Sulaiman, dia telah memerintahkan rakyatnya untuk menyembah berhala, atau kisah Ashabul Kahfi yang dipaksa oleh raja Dicnatius untuk menyembah Tuhan selain Alah, sehingga dia harus melarikan diri untuk menyelamatkan aqidahnya, tapi masyarakat yang lain telah disesatkan dengan cara kejam.

Penguasa kejam sebagaimana dahulu Rusia menghalangi manusia untuk menganut agama apalagi islam, bahkan penguasa yang beragama islam sekalipun telah menjadikan ummat ini untuk mencemarkan tauhidnya dengan berbagai faham yang mereka paksakan seperti Nasionalisme, Kamalisme, Soekarnoisme, Pancasilaisme serta isme-isme lainnya yang cendrung menjerumuskan manusia dari iman yang benar, secara lansung dan tidak telah bersikap dan bersifat syirik.
“Dan (Kami Telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan Sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta." [Al A’raf 7;65-66]

Itulah hal-hal yang dapat menyebabkan manusia tergelincir dari iman yang bersih kepada kerusakan aqidah, untuk itu pelihara iman jangan dicemari oleh segala hal yang dapat merusaknya, karena iman ibarat mutiara yang sangat berharga, cacat sedikit saja kurang nilainya bahkan tidak bernilai sama sekali, ingat nasehat Luqman kepada anaknya tatkala dia menanamkan iman sebagai pondasi pendidikan, wallahu a’lam.[Solok, 14042000]

Dimuat di Tabloid Sumbar Post,edisi 76/18-24/April/ Th.II/2010

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar