Rabu, 09 Mei 2012

B a h a g i a


Oleh Mukhlis Denros

Buya Hamka mengartikan bahagia adalah tercapai apa yang dikehendaki seseorang, kalau ia ingin jadi seorang sarjana maka dia akan serius belajar hingga gelar itu dapat peroleh, saat itulah rasa bahagai menggelayut di hatinya. Aristoteles mengatakan bahwa bahagia itu adalah kesenangan masing-masing, apapun yang dirasakan oleh seseorang dan dia merasa senang dengan kondisi itu, maka itulah makna bahagia. Sedangkan Imam Al Gazali mengatakan bahagia itu dengan kedekatan seseorang dengan Allah, dalam kondisi apapun dia bila merasa dekat dengan melakukan ibadah maka itulah yang dikatakan dengan bahagia.

Sifat manusia yang digambarkan Allah dalam firman-Nya adalah yang berusaha menghilangkan kesusahan, bahaya dan penderitaan yang dialaminya melalui pertolongan Allah, tapi dikala kesusahan, bahaya dan penderitaan itu dijauhkan dari mereka, dengan pongahnya dia melupakan Allah; "Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang Telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.' [Yunus 10;12]

Pada suatu hari ada seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan, karena panas yang terik, lelah yang dirasakannya, akhirnya sang musafir beristirahat pada sebuah kebun. Dalam suasana hening saat itu lamunannya tertuju pada dua pohon, pohon beringin dan pohon semangka. Dia bergumam dalam hati,"Sungguh Allah tidak adil" ketika dia melihat pohon beringin dengan buah kecil-kecil padahal pohonnya besar, sedangkan pohon semangka yang kecil tapi buahnya besar.

Belum lagi usai dari lamunannya, tiba-tiba jatuhlah buah beringin mengenai matanya, rasa pedih pada matanya mengeluarkan air membuat perasaannya tidak enak lansung sang musafir berkata,"Memang Allah itu adil, kalaulah pohon beringin itu buahnya besar tentu akan hancur mata saya".

Sepanjang sejarah hidup manusia sepanjang itu pula manusia berupaya untuk meraih bahagia dengan berbagai cara hingga harus mengorbankan kebahagiaan orang lain, ada empat bentuk bahagia bagi manusia;

1.Hidup Untuk Makan
Orang yang menjadikan hidupnya hanya untuk makan saja maka dikala makanan belum dia peroleh maka rasa resah dan gelisah selalu menyelimuti dirinya, hidupnya hanya penuh dengan kegiatan bekerja dan bekerja untuk memperoleh makanan setelah makan dia akan bekerja lagi, bila makan telah dia penuhi maka dia merasa bahagia. Bila hidup hanya untuk makan saja maka tidak ubahnya sebagainama hewan;
Sebuah ungkapan mengatakan, dikala seseorang punya jabatan yang paling rendah, dia hanya mampu berkata, ”Apa makan kita sekarang?”, sudah bisa memilih lauk pauk dan pangan untuk setiap makan, statusnya mulai diperhitungkan orang dengan posisi dan fasilitas yang dimiliki, diapun bertanya lain, ”Makan dimana kita sekarang ?”, tidak puas hanya menikmati masakan isteri tersayang, tapi rumah makan dan restoran silih berganti jadi langganannya, dia sudah bisa memilih rumah makan model apa yang harus dikunjungi untuk pejabat seperti dia.

Bukan itu saja, saat posisi itu betul-betul kuat, titelnya membuat orang takut, jabatannya membuat orang salud, diapun bertindah sewenang-wenang dengan mengatakan, ”Makan siapa kita sekarang?”, tidak masalah walaupun rakyat kecil yang didera oleh kesusahan dan kepedihan hidup jadi sasaran tembaknya. Itulah gambarannya arogansi kekuasaan yang tidak dikendalikan oleh iman, bangsa sendiri dimakan, bila perlu anak kemenakan sendiri ditelan demi kekuasaan.

2.Hidup Untuk Kepentingan Dirinya
Bagi orang ini dia akan merasa bahagia manakala segala kepentingan pribadinya dapat terpenuhi sebanyak mungkin sehingga menumpuk-numpuk harta dengan berbagai bentuk menjadi hobynya sehingga dia disebut sebagai hartawan, dia juga mencari dan mengejar nama, pangkat serta kehormatan dengan ambisius.
Ada pendapat yang mengatakan,"Biar Tekor asal Kesohor" artinya untuk meraih kepopuleran dan jabatan tidak masalah kalau harta habis untuk itu, jabatan dan wewenang yang tidak diiringi dengan iman yang kuat cendrung berlaku sombong, ujud kesombongannya nampak pada menyelewengkan jabatan, meremehkan orang lain, menekan bawahan dan menjilat atasan.

3.Hidup Bahagia Dalam Batin dan Rohani
Bentuk kebahagiaan yang lain adalah kebahagiaan hanya dirasakan oleh batin seseorang sehingga tidak memperdulikan bentuk fisiknya, bahkan dunia bagi mereka sama dengan penjara, rasa tersiksa, terhina, pedih dan perihnya dunia ini sehingga berupaya untuk melepaskan diri dari dunia dengan cara bunuh diri. Ada pula yang merasa bahagia bila mendapati dirinya dalam keadaan tersiksa sehingga dia berupaya menyakiti dirinya dengan segala cara.

Penampilan bagi mereka tidak jadi masalah, penilaian orang terhadap dirinya bukan jadi soal, pakaiannya yang terindah adalah penuh dengan koyak dan tambalan, makanan yang terlezat adalah makanan seadanya bahkan dedauan sebagai makanan pokoknya, hidupnya sebagaimana gaya seorang sufi, tidak mengurus dunia bahkan membelakangi dunia dengan tenggelam dan sibuk membenahi batin dan rohaninya. Ajaran ini percaya bahwa alam diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tapi bukan untuk kesenangan.

a. Alam ini sebagai penjara dan penyiksaan terhadap diri manusia, dengan pendapat segala penderitaan yang dialami di dunia ini sebagai balasan dosa yang telah dilakukan sedangkan segala kebahagiaan adalah balasan kebaikan yang telah dilakukan,

b. Untuk menyelamatkan diri dari dunia harus berkontemplasi atau bertapa, baik pertapaan fisik seperti tidak melakukan aktivitas, berdiam diri dengan duduk pada satu tempat, tidak makan dan tidak minum serta berpakaian yang serba jelek, atau mereka mengekang keinginan terhadap dunia, karena dunia hanya menjanjikan kesengsaraan, kenikmatan dunia adalah semu, akhiratlah atau hidup setelah kematian itulah kehidupan yang layak dikejar.

c. Doktrin ini melahirkan anti sosial, tidak peduli dengan lingkungannya bahkan mereka cendrung mengasingkan diri melalui hidup di goa-goa atau dalam pengembaraan sepanjang hidupnya, salah satunya membentuk pendetaisme sebagai pendeta yang mengharamkan perkawinan, membunuh fithrah dan naluri manusia dengan mengekang diri tanpa menikah sebagaimana layaknya manusia, tak ubahnya dengan biaraisme.

4.Agama Perlu Amal Tidak Perlu
Agama yang dipeluk ummat manusia sebenarnya untuk menyelamatkan hidupnya di dunia hingga di akherat, di dunia hidup manusia akan tertata dengan aturan yang rapi dibawah tuntunan nilai-nilai agama yang berangkat dari hidaah dan keimanan, tuntutan iman adalah harus teraplikasi dengan amal shaleh, tidak sekedar cerita apalagi bertentangan dengan tuntutan iman, bahkan orang yang demikian termasuk orang-orang yang merugi hidupnya;
‘’Demi masaSesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”[ Al Ashr 103;1-3]

Agama hanya sebatas diimani saja tanpa diamalkan maka sia-sialah iman itu apalagi hanya sebatas diingat saja, apakah mungkin agama hanya diingat saja tanpa diamalkan, kalau kita ingin makan karena terasa lapar apakah cukup mengikat lapar lalu perut akan kenyang ? begitu juga kalau seseorang sedang rindu dengan kekasihnya, apakah cukup ingat saja?, tidak, tapi harus ada aktivitas yang dilakukan yaitu mencari makanan bagi yang lapar dan mendatangi kekasihnya kalau sedang rindu, iman perlu amal sebagaimana yang difirmankan Allah;

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya"[Al Baqarah 2;25].

5.Bahagia Sesuai Dengan Ajaran Islam
Kebahagiaan yang disediakanAllah bukan hanya di dunia saja dan bukan pula di akherat saja, bukanlah bahagia kalau hanya semata-mata memenuhi hidup dengan materi lalu melupakan ukhrawi, nilai bahagia itu semu bila hanya untuk batin saja lalu melupakan lahir.

"Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" [Al Qashash 28;77]

Seorang mukmin bila ingin hidup bahagia dalam dekapan islam maka carilah bekal untuk kampung akherat melalui ibadah kepada Allah, jangan lupakan dunia yang terbentang ini dengan kerja dan usaha maksimal, hidup bersosial dengan berbuat baik kepada manusia dan menjaga lingkungan dengan tidak membuat kerusakan padanya.

Kebahagiaan dunia bagaimanapun gemelapnya paling lama dirasakan oleh manusiaenam puluh tahun, begitu juga kesengsaraan di dunia walaupun penuh dengan derita yang bertubi-tubi juga paling lama dirasakan hanya enampuluh tahun. Kita harus menghadapi dunia dengan penuh tatapan optimis, masa depan bisa diraih dengan cita-cita dan harapan, jauhkan diri dari sikap membenci dunia karena dunia adalah ladang untuk beramal, bagaimanapun kondisi yang alami, seburuk apapun yang dirasakan jangan sampai diselimuti perasaan putus asa apalagi melakukan bunuh diri, Rasulullah bersabda; "Janganlah seseorang mengharap mati karena suatu bencana yang menimpa dirinya, dan seandainya ia terpaksa, hendaklah dia berdo'a,"Ya Allah hidupkanlah aku selama hidup itu baik untukku dan wafatkanlah aku jika wafat itu lebih baik bagiku".

Itulah berbagai konsep bahagia yang diversikan oleh berbagai pendapat manusia, tapi itu semua berdasarkan selera dan nafsu manusia saja, Allah menuntun nafsu manusia itu ke jalan kebenaran melalui wahyunya dengan islam. Islam adalah agama yang lengkap, sempurna dan pasti membawa manusia kepada kebahagiaan, sampai Rasululah menyatakan,"Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia maka raihlah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin menginginkan kehidupan bahagia di akherat maka carilah dengan ilmu dan barangsiapa yang ingin bahagia kedua-duanya juga harus mempunyai ilmu. Ada beberapa ilmu yang harus dimiliki untuk mencapai kebahagiaan di dunia yaitu;

1.Memberi makna dalam hidup
Tujuan hidup manusia bukan hanya sekedar untuk makan, minum dan berumah tangga lalu mati, dikubur dan habis perkara, bila hanya sekedar itu saja maka sia-sialah tujuan hidup itu, tapi Allah punya rencana bagus untuk kehidupan manusia sehingga hidupnya bermakna, tujuan hidup itu adalah untuk beribadah, mengabdikan diri, tunduk dan patuh menjalankan amanah Allah di dunia ini. Bila manusia tidak mau menerima tujuan hidup maka percuma dia diciptakan karena salah satu unsur penciptaan manusia adalah beribadah, orang yang mengerti tentang tujuan hidup maka dia akan menggunakan waktunya sebaik mungkin, sebagaimana firman Allah;
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" [Adz Dzariyat 51'56]

Dunia adalah tempat persinggahan manusia sementara saja setelah melalui alam ruh dan alam rahim, sedangkan setelah alam dunia di lalui maka manusia akan masuk ke alam barzakh dan alam akherat yang merupakan akhir dari segala urusan. Kehidupan di dunia hanya sebentar saja ibarat persinggahan seorang musafir di sebuah pulau, bila terlena dengan keindahan pulau maka akan ditinggalkan oleh kapal yang akan mengantarkan ke pulau tujuan.

Hidup yang bermakna akan mendatangkan kebahagiaan kepada pribadi masing-masing karena keberadaan hidupnya berarti di tengah-tengah kehidupan manusia lainnya.

2.Badan yang sehat
Unsur kebahagiaan manusia yaitu badan yang sehat yang kita sebut dengan jasmani terbuat dari materi yang berasal dari saripati tanah yang dihasilkan dari protein nabati dan hewani. Melalui suatu proses perkawinan, bertemunya sel perempuan dengan sperma laki-laki, akhirnya jadilah zigot. Dari zigot ini kemudian diproses lagi dalam satu tahapan hingga menghasilkan wujud manusia kecil. Allah berfirman dalam surat Ash Shad 38;71

”Maka ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat. Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah, maka apabila Aku sempurnakan kejadiannya akan Aku tiupkan kepadanya ruh ciptaan-Ku. Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada-Nya”.

Jasmani atau tubuh kasar menerima makanan berupa materi. Jasmani manusia yang berada dalam kandungan bisa hidup setelah ditiupkan ruh dari Allah. Ruh sebagaimana yang dikatakan M. Natsir Abdullah diibaratkan sebagai mesin. Sedang jasmani manusia diibaratkan sebagai kerangka mobil. Tanpa rohani, jasmani tak akan berfungsi atau tak akan memberi kekuatan kehidupan sebagaimana mesin yang telah diberi baterai.

Penyakit yang akan diderita jasmani bila tidak terpelihara dengan baik diantaranya koreng, paru-paru, jantung, influensa dan lain-lain. Sedang obat dan dokternya mudah ditemukan sejak dari umum sampai kepada spesialis. Penyakit ini tidak berbahaya bagi orang lain kecuali pada dirinya sendiri. Umumnya, dalam usia muda manusia sering melupakan penyakit jasmani karena baru ada gejala sebagaimana ungkapan yang mengatakan, ”Waktu muda orang tidak peduli kesehatan untuk mengejar kekayaan, waktu tua tidak peduli kekayaan untuk mengejar kesehatan”.

3.Jiwa yang sehat
Kesehatan jiwa menjadikan unsur pembawa kebahagiaan bagi manusia sehingga mampu menikmati hidup ini dengan baik, jiwa manusia dilengkapi oleh tiga unsur yaitu; Syahwat dengan sifat pemalas, serakah dan lain-lain. Ghadab atau amarah dengan sifat egoisme, kejam, senang dipuji dan lain-lain. Sedang yang ketiga yaitu Natiqah atau Mutmainnah dengan sifat bijaksana, penimbang, tenang dan lain-lain. Nafsu inilah nanti yang pertama masuk syurga sebagaimana firman Allah dalam surat Al Fajr 89;27-30,; ”Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan diridhai-Nya. Maka masuklah dalam jamaah-jamaah-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku”.

Jiwa manusia adalah unsur yang mempertanggungjawabkan segala sepak terjang yang pernah dilakukan yang tidak pernah lepas dari pengawasan malaikat; ”Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa balasan apa-apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih tahu apa yang telah mereka kerjakan” [Az Zumar 39;70],

Jenis penyakit rohani yaitu sombong, kufur nikmat, mementingkan diri sendiri dan lain-lain. Obatnya sangat sulit didapat, berbahaya bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain. Orang masuk neraka bukan karena penyakit jasmani tapi karena penyakit rohani, sebagaimana sabda Nabi, ”Sesungguhnya dalam jasmani itu ada segumpal daging, jika daging itu sehat maka sehatlah jasmanimu. Jika daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasmanimu, itulah dia hati, wadah dari jiwa”
Berbahagialah orang yang selalu menjaga jiwanya dengan baik sehingga hidupnya tentram di dunia dan aman di akherat.

4.Hubungan pribadi yang harmonis
Kehidupan manusia tidak lepas dari interaksi antara satu dengan lainnya, kadangkala karena pengaruh lidah menjadikan kehidupan menjadi konflik yang berkepanjangan, untuk itu orang yang pandai menjaga lidahnya maka akan baiklah hubungannya dengan orang lain, Rasululah memberi nasehat kepada sahabatnya Muadz bin Jabbal, bahwa kunci yang paling pokok dalam akhlak adalah memelihara lidah, ”Maukah kuberitahukan tentang tiang penyangga semua itu ?” kata Rasulullah kepada Muadz ,”Tentu wahai Rasulullah” jawab Muadz, maka beliau berkata, ”Peliharalah ini olehmu”, sambil menunjukkan lidahnya. Muadz bertanya <”Wahai Rasulullah, apakah kami akan disiksa dengan sebab perkataan kami?” Rasul menjawab,”Ibumu kehilangan kamu wahai Muadz, adalah orang yang tersungkur dalam neraka di atas wajah-wajah mereka tidak lain karena akibat lisan mereka” [HR. Turmuzi].

Karena peringatan ini, para shalafus shaleh sangat berhati-hati ketika berbicara. Umar bin Khattab menjelaskan makna nasehat Rasulullah kepada Muadz ini dengan ungkapan yang tepat, ”Barangsiapa yang banyak bicara, banyaklah terpelesetnya, dan barangsiapa banyak terpelesetnya, banyaklah dosanya,dan barangsiapa yang banyak dosanya nerakalah yang paling patut baginya”.

Dengan lidah orang mampu menyampaikan informasi, dengan lidah pula penyanyi akan dikagumi karena elknya suara yang digemakan, karena lidah pula akan timbul fitnah apalagi suatu yang keluar dari mulut seseorang wanita yang dengan nada lembut, itulah makanya sejak jauh Rasul telah menyampaikan pesan bahwa aurat wanita itu termasuk lisannya, sebab perlengkapan wanita jauh berbeda dengan lelaki.

5.Mampu menangkap keindahan
Kalau manusia mau untuk sejenak merenungi alam yang terbentang dengan segala makhluk serta peristiwa yang terjadi didalamnya, maka tidak akan ditemui keingkaran kepada Khaliqnya. Berfikir sejenak atas peristiwa alam yang terjadi sehari-hari akan membangkitkan kesadaran yang tinggi, bagaimana langi dan bumi diciptakan serta rintik hujan sampai ke tanah yang dapat menyuburkan tanaman;
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya adalah tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir” [Al Baqarah 2;164].

Jangankan kita menyaksikan alam raya ini keluar dari orbit bumi, sedangkan di bumi saja dikala malam langit cerah, bintang-bintang bertebaran dihiasi bulan dengan cahayanya memantul ke bumi, hati orang mukmin jadi tunduk, merendah menerima kebesaran Ilahi. Ketika hujan lebat di tengah malam yang pekat disertai badai yang kuat, dingin pula, gelegar kilat yang menyambar tak terlintaskan di dalam hati manusia sedikit saja rasa takut, mohon perlindungan kepada-Nya ? [Ar Ra’ad; 12-13].

Alangkah indahnya dunia ini dengan aturannya yang rapi, susunan tubuh manusia, mata bening laksana kaca menghias wajahnya, otak sebagai kendali kesadaran manusiapun teraur indah sehingga manusia itu mulia dari makhluk yang lainnya. Pantaskah manusia berlaku sombong kepada penciptanya, berlagak angkuh dan takabur sementara begitu banyak nikmat Allah direguknya dalam hidup ini, orang yang mampu menangkap keindahan dimana saja berada, ini merupakan unsur kebahagiaan baginya karena dalam keindahan itu ada kenikmatan yang dapat dirasakan.

6.Hidup yang layak
Hidup yang layak dengan standard normat sangat dibutuhkan oleh manusia dan mereka akan merasa bahagia bila mampu memenuhi kehidupannya dengan cara yang halal, bila sebuah keluarga hidupnya miskin, maka banyak putra-putrinya terbengkalai pendidikannya, tidak terbina dengan baik dalam rumah tangga. Banyaknya orang Islam yang meninggalkan aqidah karena dorongan materi, karena segantang beras, sepotong baju kaos atau seteguk dahaga dunia. Kesempatan ini digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk mencari massa bagi kepentingan misi mereka dengan dalih menolong, toleransi dan istilah lain yang maksudnya sudah kita ketahui dengan jelas.

"Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ". [Al Qashahs 28;77]

Allah tidak membenarkan bila harta hanya beredar pada satu golongan atau satu bangsa saja, untuk itulah makanya ketika penghasilan layak sudah diperoleh maka jangan melupakan untuk kepentingan orang lain melalui sedekah, infaq dan zakat, dan Allah pun tidak memuji orang yang mengeluarkan biaya untuk kepentingan yang tidak baik

7.Pekerjaan yang menyenangkan
Dalam pandangan Islam, harta adalah sumber dan tenaga hidup, urat nadi dalam kehidupan ini, diantara petunjuk Rasulullah, ”Carilah rezeki dari celah-celah perut bumi”, ”Siapa yang menghidupkan atau menyuburkan tanah yang gersang, maka tanah itu adalah miliknya”. Allah juga berfirman dalam surat Al Jumuah 62; 10,; ”Jika kamu telah selesai shalat maka bertebaranlah dimuka bumi ini untuk mencari karunia Allah”.

Islam membuka kesempatan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya demi kehidupan di dunia ini, Islam tidak melarang untuk menikmati kemilaunya dunia ini, Islam tidak menghambat manusia untuk makan yang lezat-lezat, silahkan. Akan tetapi dari mana harta serta kenikmatan itu, apakah dari jalan halal atau haram. Perlu pula diingat, harta serta kenikmatan yang diperoleh itu bukanlah milikmu mutlak, Islam mengaturnya dengan baik, melalui zakat, sedekah, infaq dan derma lainnya. Dalam ajaran Islam kaum muslimin diutamakan memberi dari pada menerima, dan segala sesuatu itu dijalankan secara baik menurut ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu harta dalam Islam berfungsi sosial, hak individu dijamin, tapi kewajiban terhadap kepentingan masyarakat tidak boleh diabaikan. Penumpukan harta, manipulasi, kecurangan dalam bentuk apapun, penipuan, mementingkan diri sendiri dan golongan dianggap pelanggaran apabila harta benda semakin menumpuk pada seseorang atau sekelompok orang sementara masyarakat banyak sangat memerlukan tidak mendapat perhatian.

Untuk mencari bahagia bagi pencarinya diantaranya harus punya pekerjaan yang menyenangkan, dengan suasana yang harmonis, walaupun kecil tapi penghasilan ada, biarlah tidak pekerjaan tetap tapi tetap bekerja bagi keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

8.Punya falsafah hidup
Hidup agar menemukan bahagia harus memaknai hidup sesuai dengan kehendak pemberi hidup yaitu Allah SWT yang akhirnya menjadi falsafah bagi ummatnya yaitu hidup adalah rentetan dari ujian.
Kepercayaan kepada ketentuan Allah menimbulkan keseimbangan jiwa, tidak putus asa bertemu suatu kegagalan, hidupnya selalu optimis dan tidak pula membanggakan diri karena sebuah kemujuran sebab segala sesuatu bukanlah hasil usahanya sendiri. Juga akan membawa manusia kepada peningkatan ketaqwaan bahkan segala keberuntungan maupun kegagalan dapat dijadikan sebagai ujian dari Allah; ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,”Kami telah beriman” sedangkan mereka tidak diuji lagi ?”[Al Ankabut 29;2].

Manusia akan ditempa oleh waktu, lingkungan dan pendidikan yang diperolehnya selama mengontrak sebidang kehidupan di dunia ini, seorang Nabi lebih dahsyat tempaannya daripada manusia biasa, cobaan yang diterimanya akan menentukan sampai dimana mutu manusia itu.

Dalam menghadapi segala tempaan ini, tidak sedikit manusia yang gugur dan gagal, putus asa dalam kehampaan, tidak sanggup menerimanya ibarat padi dalam satu tangkai yang memiliki beberapa butir, setelah datang berbagai bencana seperti serangan hama, angin serta banjir maka tidaklah semuanya akan jadi padi yang montok dan berisi, tentu ada juga butir yang hampa hingga tidak masuk dalam hitungan.
Karena hidup adalah ujian maka orang yang ingin bahagia hidup di dunia dan di akherat berupaya menjadi orang yang lulus dari ujian disamping itu berhati-hati dalam menempuh ujian tersebut.

9.Iman diiringi dengan amal shaleh.
Iman hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan ini merupakan hak preogratif Allah tanpa bisa dicampuri oleh siapapun. Walaupun demikian iman tersebut akan diberikan memang kepada orang-orang yang mencarinya atau orang-orang yang memang ada kecendrungan kepada keimanan, Allah berfirman; "Segala puji bagi Allah yang Telah menunjuki kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. "[Al A'raf 7;43]

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, Maka merekalah orang-orang yang merugi" [Al A'raf 7;178]

Iman harus dibuktikan dengan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasullullah, barulah iman itu bermakna karena iman tanpa amal ibarat otupia atau mimpi, iman yang diiringi dengan amal shaleh, baik yang wajib dan yang sunnah maupun muamalah yang terpuji dengan manusia akan mendatangkan perasaan bahagia dalam hidup ini, karena dengan potensi yang dimiliki seperti harta dan jabatan dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat dan itupun amal shaleh, karena amal shaleh itu luas cakupannya;

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya"[Al Baqarah 2;25].

Itulah unsur bahagia yang dapat diraih manusia di dunia ini, bila ingin bahagia maka harus diraih bahagia itu dengan segala daya dan upaya, wallahu a'lam [Cubadak Solok, Ramadhan 1431.H/ Agustus 2010]

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar