Rabu, 09 Mei 2012

A n a k


Oleh Mukhlis Denros

Keberadaan anak merupakan hal yang sangat diharapkan kehadirannya oleh orangtua, sehingga bila seseorang telah menikah, lama tidak dikaruniai anak, mereka akan sedih, resah dan tidak tentram. Dalam Al Qur’an dikisahkan, bagaimana Nabi Zakaria merasa gundah gulana lantaran telah lanjut usia belum juga diberi keturunan; ”Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku [penerus generasi] sepeninggalku, sedang isteriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’kub, dan jadikanlah dia ya Tuhanku, seorang yang diridhoi” [Maryam ;5-6].

Anak disamping karunia Allah dia juga sebagai amanah yang harus dididik dengan nilai-nilai agama agar fithrah yang dibawanya sejak lahir dapat tumbuh dan berkembang sebagai generasi yang sempurna ketaqwaannya sebagaimana Nabi Ibrahim berdoa; ,”Wahai Tuhanku, jadikanlah aku ummat yang mendirikan shalat dan demikian juga anak cucuku dan keturunanku. Wahai Tuhanku, perkenankanlah doaku, wahai Tuhanku, ampunilah aku dan juga kedua ibu bapakku dan bagi orang-orang mukmin pada hari terjadi perhitungan”[Ibrahim;40-41].

Do’a Nabi Ibrahim telah makbul, diterima Allah Swt, dan do’a untuk anak cucunya juga telah dikabulkan. Dari keturunan Nabi Ishaq lahirlah berpuluh nabi dan rasul seperti ; Ya’kub, Yusuf, Musa, Harun, Ayub, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa . dari keturunan nabi Ismail lahirlah seorang nabi terakhir, khatimul anbiya [nabi penutup] sayidul mursalin [penghulu para rarul] yaitu Nabi Muhammad Saw.
Islam sangat besar perhatiannya terhadap anak dan generasi yang akan datang karena di tangan merekalah masalah ummat ini dikemudian hari akan mereka pikul, bila ummat hari ini tidak baik dan tidak hati-hati menjaga anak keturunannya maka masa depan yang dihadapi suram dan runyam. Itulah makanya Allah dan Rasulullah memberikan pesannya berkaitan dengan generasi yang akan datang;
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah bersabda; ”Nabi ditanya oleh seorang sahabat,"Dosa apakah yang paling besar?" Jawab Nabi,"Engkau menjadikan sekutu bagi Allah", ditanya lagi "Kemudian apa lagi ya Rasulullah?" Nabi menjawab,"Engkau membunuh anakmu karena takut dia makan bersamamu".

Hal ini terjadi dizaman jahiliyyah yaitu sebelum masyarakat menerima Islam sebagai jalan hidupnya, apalagi anak yang lahir seorang wanita maka orang kafir Quraisy membunuh anak itu diantaranya selain karena memang adat yang mereka lakukan tapi juga karena takut miskin sebab wanita hanya menghabiskan bahan makanan saja, Allah melarang hal itu;

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar" [Al Isra' 17;31].

Jangankan melakukan pembunuhan terhadap anak, sedangkan meninggalkan anak yang lemah saja dilarang oleh Allah; "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" [An Nisa' 4;9]

Berbagai macam cara orangtua mendidik anaknya agar menjadi anak yang pintar atau berprestasi intelektual dalam kehidupan mereka, ada yang mendidik anaknya dengan santai, ada juga yang melalui kekerasan dan peraturan yang kaku. Bukan hanya orang-orang mewah saja yang mendambakan anaknya menjadi orang pintar kelak dikemudian hari. Tetapi mereka yang berekonomi lemahpun juga demikian, apalagi mengingat biaya anak sekolah tidak sedikit.

Dalam hubungan ini tidak jarang dijumpai, orangtua ikut berperan sebagai guru, mendidik dan memberikan pelajaran pada anaknya sendiri di rumah. Bahkan ada yang mendidik anaknya dengan terburu-buru tidak diukur dengan kemampuan anak, atau memberi kesempatan kepada anaknya untuk berkembang sendiri. Akan sia-sia bila memberi pelajaran dengan cara memaksa anak, padahal daya fikir anak belum mampu untuk menerimanya. Bukannya akan menghasilkan kebaikan tapi malah sebaliknya.

Mencetak anak yang baik, pintar dan membangggakan orangtua tidaklah secepat yang diharapkan, harus melalui proses yang panjang dan dengan cara yang lemah lembut bukan dengan pemaksaan demikian. Orangtua harus berprinsif bahwa anaknya harus lebih segalanya dari mereka sendiri. Untuk itu harus berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku. Segala kekerasan yang ditanamkan tidak menghasilkan apalagi dengan terburu-buru. Orangtua harus punya kesabaran yang luar biasa kepada anaknya karena kita sedang membentuk manusia penerus perjuangan bangsa yang sesuai dengan kemampuannya bukan mencetak robot sehingga harus sesuai dengan kemauan perancangnya.

Keberhasilan anak sebagaimana yang diharapkan orangtua ditentukan oleh beberapa faktor terutama lingkungan keluarga, jangan mengharapkan anak akan lemah lembut dalam bersikap kalau orangtua selalu berkata keras lagi kasar. Jangankan anak akan tenang dalam belajar di rumah kalau orangtua selalu dalam peperangan [bertengkar], jangan mengharapkan anak akan betah di rumah kalau ayah dan ibu mereka selalu sibuk dengan urusan masing-masing, orangtua terutama ayah berkewajiban memberikan makan, pakaian atau tempat tinggal yang layak kepada anaknya, tentunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam surat at Thalaq ayat 7 Allah berfirman, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya, Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan [sekedar] apa yang Allah berikan kepadanya”.

Dari sekian nafkah yang dikeluarkan seseorang dalam hidupnya baik untuk keluarga, ataupun masyarakat, maka nilai yang lebih baik dan tinggi disisi Allah ialah nafkah yang dikeluarkan untuk keluarga sebagaimana sabda Rasulullah dalam shahih Muslim, “Satu dinar kamu belanjakan di jalan Allah dan satu dinar kamu belanjakan untuk [memerdekakan] seorang budak, dan satu dinar kamu sedekahkan kepada si miskin, dan satu dinar kamu belanjakan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya dari itu semua adalah yang kamu belanjakan kepada keluargamu”.

Dalam hal mendidik anak, Ibnu Khaldun maupun Ibnu Shina memberikan satu konsep, yaitu pengajaran Al Qur’an adalah sebagai basis [dasar] bagi permulaan dari berbagai kurikulum pendidikan yang mesti diajarkan dan diterapkan kepada anak-anak sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, ”Didiklah anak-anakmu dengan tiga perangai; cinta kepada nabimu, cinta kepada kaum kerabatnya dan cinta dalam membaca Al Qur’an, bakal berada dalam naungan Allah kelak pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya” [HR. Thabrani].

Dalam hadits lain beliau kembali menegaskan,”Suatu pahala akan diberikan kepada orangtua yang mengajarkan Al Qur’an kepada puteranya, pada hari kiamat nanti akan mendapat mahkota di dalam syurga”[Thabrani]. Disabdakan lagi,”Rumah yang sering dibaca Al Qur’an didalamnya akan terbayang oleh penghuni langit sebagaimana bintang-bintang terbayang oleh penduduk bumi” [HR. Al Baihaqi dan Aisyah].

Peran orangtua dalam mencetak generasi qur’ani dalam rumah tangga bukan sekedar tanggungjawab saja tapi mengandung nilai ibadah disisi Allah, tak heran jika Rasulullah bersabda,” Barangsiapa yang dikarunia anak perempuan lalu ia mengajarkannya akhlak mulia dan mendidiknya dengan baik, diberi makan bergizi, kelak amalannya itu akan menjadi penjaganya dari api neraka”.

Dari hadits rasul diatas beliau mengangkat usaha orangtua dalam mendidik terutama anak perempuan, karena pada masa itu orang jahiliyyah sangat malu bila mempunyai anak wanita dan bangga dengan anak laki-laki, disini nampak bahwa Nabi Muhammad memberikan tempat tertentu bagi kehadiran wanita dalam keluarga, dia bukan makhluk kelas dua setelah pria, pada satu sisi ada kesamaan yang tidak dapat dibantah, Allah berfirman, ”Siapa saja yang berbuat kebaikan laki-laki maupun wanita sedang ia beriman, maka akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” [An Nahl 16;97].

Dalam surat Al Hujurat 49;13 pun Allah menegaskan,”Hai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakanmu dari seorang lelaki dan seorang wanita, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Waspada”.

Perhatian islam terhadap wanita cukup serius sehingga nama kaum ini diabadikan menjadi nama surat dalam Al Qur’an, yakni An Nisa’, Al Qur’an juga sering mengistilahkan wanita dengan sebutan Mar’ah. Selaku orangtua tidak menganggap istimewa anak laki-laki lalu memojokkan anak wanita, jangan karena jenis kelamin yang berbeda laku tidak berlaku adil, Rasulullah bersabda, ”Berlaku adillah kepada anakmu walaupun dalam masalah ciuman [kasih sayang]”. Apalagi dari segi pendidikan, orangtua harus arif bahwa wanitapun mampu menyelesaikan pendidikannya pada tingkat yang lebih tinggi tidak bedanya dengan laki-laki.

Letak kehancuran ummat islam karena melalaikan dari menuntut ilmu sehingga prediket bawahan selalu disandang. Karena itu islam menjatuhkan martabat dan mencela orang yang bodoh serta menyatakan akan dimasukkan ke dalam neraka,”Sesungguhnya yang sejahat-jahatnya makhluk melata menurut pandangan Allah ialah orang-orang tuli, yang bisu dan yang tidak dapat berfikir” [Al Anfal 8;22].

Yang menyebabkan orang dapat mendengar, bicara dan berfikir itu ialah ilmu yang banyak. Semakin banyak ilmu seseorang, maka akan semakin nyaringlah pendengarannya, semakin banyak yang dapat dibicarakannya dan difikirkannya, Allah berfirman,”Dan sesungguhnya Kami sediakan untuk neraka itu, beberapa banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati tetapi tidak dapata mengerti dengannya, yang mempunyai mata tapi tidak dapat melihat dengannya dan mempunyai telinga tapi tidak dapat mendengar dengannya, mereka itu sama dengan hewan, bahkan lebih sesat lagi dari hewan...”[Al A’raf 7;179].

Ilmu yang dimaksud disini tentu ilmu dunia dan akherat, sebab Rasulullah memberikan suatu gambaran manusia akan berbahagia di dunia bila ia memiliki ilmu untuk meraihnya, orang akan bahagia di akherat bila ia memiliki ilmu akherat, dan orang akan bahagia di dunia dan di akherat bila memiliki kedua ilmu itu.

Tanggungjawab setiap muslim setelah memperbaiki dan membina dirinya yaitu menjaga keluarga dari api neraka dengan memberikan pendidikan agama, salah satu diantaranya melaksanakan shalat. Disini nampak dua tugas yang tidak bisa dilepaskan yaitu;

Pertama, mengoreksi jiwanya sendiri, kemudian menuntun isi rumahnya supaya hidup dalam kebaktikan, ”Dan suruhlah keluargamu mengerjakan shalat dan sabarlah atasnya” [20;132].

Kedua, jika datang waktunya, carikanlah mereka guru yang dapat dipercaya. Dengan jalan beginilah kita dapat mengejar kembali keteledoran kita dizaman-zaman pendidikan dalam negara kita dikuasai oleh orang yang berbeda agama dengan kita. Sehingga kita dapati orang-orang yang berlainan agama dengan kita itu, masih tetap memberikan pendidikan agama kepada anak kita kaum muslimin sendiri bertahun-tahun lamanya dilalaikan. Kian datang angkatan baru kian jauhlah mereka dari agamanya.

Anak adalah amanah Allah agar dijaga dan diselamatkan dari bahaya yang dapat menyengsarakan hidupnya terutama di akherat dengan bekal agama. Perintah shalat menurut hadits Rasulullah sudah diberikan kepada anak pada usia 7 tahun. Mengapa perintah itu baru dimulai umur 7 tahun?. Karena menurut kebiasaannya seorang anak pada usia 7 tahun sudah mumayiz, yaitu ada kemampuan untuk membedakan antara satu dengan lainnya atau ia sudah mampu mengerjakan hal-hal yang ringan, dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain seperti makan, minum, mandi, istinja dan lain-lain.

Menurut kebiasaannya, jika seseorang disuruh mengerjakannya, walaupun hasilnya nanti mungkin tidak seperti yang diharapkan, tapi ia sudah bisa mengerjakannya. Demikian jugalah halnya seorang anak yang diperintahkan shalat ketika ia berumur 7 tahun, berarti ia sudah dapat melaksanakannya walaupun belum sempurna. Dengan demikian dapat dipahami dari hadits ini, yaitu seorang bapak hendaklah mengajarkan anaknya tata cara melaksanakan shalat, serta mengajarkan bacaan-bacaannya ketika si anak belum berumur 7 tahun, begitu juga mengajarkannya bagaimana berwudhu dengan benar.

Pendidikan tatacara pelaksanaan shalat sejak usia dini ini tentunya dengan cara mengajak si anak untuk ikut shalat bersama-sama bapaknya atau ibunya, atau membawanya ke masjid untuk shalat berjama’ah atau shalat jum’at. Sebab seorang anak biasanya cendrung meniru apa yang dilakukan orang lain. Jadi si anak akan melihat dan meniru bagaimana gerakan-gerakan yang dilakkan bapaknya dalam melaksanakan shalat. Pendidikan shalat sejak usia dini sangat penting, agar si anak sudah terbiasa shalat sejak kecilnya, dan tidak merasa berat lagi untuk melaksanakannya .

Disini lebih utama adalah teladan bukan hanya perintah, kalau bapak memerintahkan anaknya agar melaksanakan shalat sedang dia tidak shalat tentu perintah tadi hambar dan cendrung diabaikan bahkan dicibirkan oleh anak.

Waktu-waktu azan berkumandang orangtua memang memanggil anaknya agar pulang tapi bukan untuk shalat namun sebagai tanda waktu saja. Seperti dikala azan subuh menggema orangtua sibuk membangunkan anaknya sebagai tanda bahwa hari sudah siang, artinya agar segera bangun, mandi, sarapan lalu berangkat sekolah.

Lingkung keluarga adalah pembina utama dan pertama dalam pembinaan kepribadian anak, kemudian pada umur sekolah pertumbuhan anak dipengaruhi oleh guru, pada usia anak-anak suka hidup bermasyarakat, jika temannya baik maka ia cendrung akan baik pula demikian sebaliknya, sehingga pergaulan bagi sianak akan mempengaruhi pertumbuhannya. Untuk itu orangtua agar berhati-hati dalam melepas anaknya hidup bergaul dengan anak-anak lain, Rasulullah bersabda’ ”Perumpamaan teman bergaul yang baik dan teman yang jahat ialah bagaikan pedagang minyak wangi dan tukang besi,bila berteman dengan pedagang minyak wangi akan memperoleh salah satu dari dua kemungkinan, membeli minyak wangi atau kena percikan harumnya minyak wangi tersebut, dan berteman dengan tukang besi akan memperoleh dua kemungkinan, badan akan terpercik api atau memperoleh bau yang tidak sedap”

Lingkungan yang rusak akan menciptakan manusia yang rusak pula sebab si anak dengan muda meniru tingkah laku temannya, ahli hikmat berkata,”Bila kau berteman dengan pencuri, minimal cara mencongkel pintu dapat kau kuasai dan bila berteman dengan orang alim minimal membaca bismillah kau dapat”.

Tumbuhnya kenakalan remaja seperti terlibat narkoba [narkotik dan obat-obat terlarang], mabuk-mabukan, mencuri, memperkosa, membunuh dan perbuatan biadab lainnya, semuanya berangkat dari keadaan lingkungan yang tidak sehat, baik lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat sekitarnya.

Dalam Shaheh Muslim dapat kita ikuti sebuah riwayat bagaimana rusaknya manusia bila dia hidup dalam lingkungan yang tidak baik; Zaman dahulu ada seorang pembunuh yang telah membunuh korbannya sebanyak 99 orang, lalu dia bertanya kepada penduduk negeri, siapa orang yang paling alim di negeri ini, maka ditunjukkan seorang Rahib, didatanginya Rahib itu seraya mengatakan bahwa dia telah membunuh 99 orang, kemudian dia bertanya, apakah pintu taubat masih terbuka untuknya ? jawab Rahib, tidak. Maka dibunuhnya Rahib itu dan genaplah korbannya 100 orang.

Kemudian dia bertanya pula kepada warga setempat tentang orang yang paling alim di kampung itu, maka ditunjukkan orang kepadanya seorang ulama. Dia menceritakan bahwa ia telah membunuh korbannya 100 orang, apakah pintu taubat masih terbuka baginya, jawab orang alim itu, ya bertaubatlah. Orang alim itu melanjutkan, kalau anda ingin bertaubat atas perbuatan jahat yang pernah dilakukan, maka sinsaflah dan ikutilah jalan Allah, pergilah anda kesuatu tempat yang disana penduduknya menyembah Allah, sembahlah Allah bersama-sama mereak dan janganlah kembali ke negeri anda, karena negeri anda telah rusak....

Walau seseorang yang jahat kemudian bertaubat maka untuk menjadi orang yang baik dia harus meninggalkan lingkungan yang rusak, mencari tempat baru atau istilah agama hijrah, sebab kalau tidak hijrah taubatnya akan luntur dan lentur kembali. Apalagi bagi anak-anak yang masih mentah lagi fithrah. Sangat diperlukan lingkungan yang harmonis, bi’ah shalihah [lingkungan yang bersih], tertib, aman tentram serta damai, baik di rumah,di sekolah maupun di masyarakat agar menciptakan suasana agamis.

Suatu fakta telah membuktikan bahwa manusia dibesarkan oleh lingkungannya, terdapat dua anak manusia yang ditemukan oleh seorang pemburu di liang Srigala di pegunungan Himalaya dalam tahun 1920 dan kemudian diserahkan ke rumah yatim piatu di Madnafur. Perkembangan kedua anak perempuan yang diberi nama Amala dan Kamala oleh Jel Singh. Amala sesudah satu tahun berada dalam rumah yatim itu meninggal, tetapi Kamala tinggal disana sampai umur 17 tahun dan meninggal tahun 1929.

Waktu baru masuk asrama prilaku mereka seperti Srigala; merangkak dengan kaki tangannya, melolong pada bulan terang, menggonggong seperti srigala, berani keluar malam hari, siang hari hanya tidur, makan hanya daging mentah, air tidak diteguk tapi dijilati dengan lidah, tak dapat berbicara. Cirinya seperti manusia yang pertama yaitu berjalan tegak lurus baru dapat dikuasai oleh Kamala sesudah 4 tahun belajar, itupun belum dapat berjalan cepat, pelajaran bahasa lambat dan lama sekali, sampai meninggalnya Kamala pada umur 17 tahun ia hanya dapat menguasai 50 kata.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,”Setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci, maka orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi dan Nasrani” Artinya orangtua memegang peranan penting dalam mencetak anak agar jagi anak yang baik, kalau hal ini dilalaikan maka kehancuran manusia akan terjadi, dia akan terseret ke lembah kenistaan dan kemaksiatan karena terjerembab dalam pergaulan lingkungan yang tidak baik. wallahu a'lam. [Cubadak Solok, Ramadhan 1431.H/ Agustus 2010.M].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kabupaten Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar