Sabtu, 28 April 2012

Bahayanya Memuji Manusia


Oleh Drs. Mukhlis Denros

Lidah adalah senjata manusia untuk berbicara menyampaikan maksud dalam bentuk bahasa, dengan kemahiran lidah seseorang dapat terangkat derajatnya di masyarakat karena mampu menyalurkan maksud serta jeritan hati ummat, dengan lidah da’wah dapat dilakukan sampai kepada propaganda dan obral barang di pasar. Efek positif memang banyak tetapi banyak pula segi negatifnya karena lidah ada orang terlempar dari masyarakat sampai terbenam ke dalam penjara.

Ajaran islam sangat menekan pemeliharaan lidah, ucapan yang keluar tanpa kontrol akan mengakibatkan kerugian dalam melaksanakan ibadah, seperti halnya dalam berpuasa, bila tidak mampu menahan kata-kata akan dapat mengurani nilai ibadah puasa, bahkan ibadah puasa tersebut sia-sia, rasulullah bersabda,”Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta, tidak akan ada faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum”.

Puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang tidak baik, tidak ada manfaat puasanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan minum karena puasanya tidak beruna, hadits lainpun mengatakan,”Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum saja, tapi puasa adalah menahan diri dari kata-kata yang sia-sia dan kata-kata tidak sopan”.

Dengan lidah manusia dapat terlena, melambung tinggi ke angkasa karena dapat pujian dari orang lain, entah pujian itu baik atau tidak, pujian kadangkala dipakai untuk membius seseorang dengan maksud-maksud tertentu.

Pujian itu sebenarnya adalah bagaikan racun yang dihembuskan oleh sipemuji dalam lubang hidung manusia yang dipuji. Itulah perasaan tertiup pada diri sendiri yang dimasukkan dalam jiwanya. Manakala pemuji itu betul-betul ahli dalam bidangnya maka sama halnya dengan syaitan yang memasukkkan rasa kebersamaan dan kecongkakan melalui ubun-ubunnya sehingga yang terpuji itu amat terlena sekali dan sama sekali tidak sadar bahwa yang sedang dihadapinya itulah syaitan yang menjelmakan diri sebagai manusia.


Pujian disamping berbahaya bagi yang dipuji juga banyak asfek negatif yang akan didapai oleh pemuji sendiri diantaranya;

Pertama, kesenangan memuji itu, terkadang sampai kepada batas yang berlebihan, sehingga sulit terpelihara dari kata dusta, lebih-lebih bila yang dipuji itu sebenarnya orang yang suka melanggar hukum Allah, yang dalam istilah agama disebut orang fasiq.

Kedua, berlebih-lebihan dalam pujian dan sanjungan itu, selalu disertai sifat pamer yang dalam istilah agama disebut riya’, padahal riya’ itu termasuk diantara bentuk syirik secara halus.

Ketiga, adakalanya seseorang memuji dan menyanjung orang lain sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya dari orang yang dipujinya; tetapi karena ikut-ikutan saja, sehingga dia termasuk orang yang senang bicara tanpa diselidiki benar salahnya, Rasulullah bersabda,” Akan ada orang-orang diantara ummatku yang makan segala macam makanan, minum berbagai macam minuman, memakai beraneka warna pakaian dan berbicara tanpa teliti, mereka itu sejelek-jeleknya ummatku”.

Keempat, pujian dan sanjungan itu akan membuat orang menjadi senang dan gembira tetapi terkadang yang dipuji sebenarnya orang yang tidak sepantasnya untuk dipuji, karena dia orang yang senang melanggar hukum Allah.

Memang manusia hidup membutuhkan vitamin S [sanjungan] dalam rangka memotivasi diri dalam berbuat tapi kalau berlebih-lebihan akan merusak kedua belah pihak baik pemuji ataupun yang dipuji. Cukuplah Allah sebagai Khaliq yang layak menerima pujian karena Dialah yang memiliki kerajaan langit dan bumi sedangkan manusia tidak mampu berbuat apa-apa kalau Allah tidak mengizinkannya.

Allah memperingatkan kepada orang yang dipuji bahwa tidak boleh kecewa bila gagal dan jangan bangga bila berhasil lalu mabuk dengan pujian;

”Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya, sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” [Al Hadid 57;22-23]

Karena demikian besarnya bahaya memuji manusia, maka pujilah manusia sekedar saja, untuk memenuhi kebutuhan vitamin S, bila vitamin kurang maka badan akan menderita demikian pula halnya bila vitamin terlalu banyak akan mendatangkan penyakit, jadi sewajar-wajarnya sajalah dalam memuji, demikian pula jangan kita larut dengan pujian, karena bahayanya sangat besar bagi pribagi, wallahu a’lam, [Majalah Sabili No. 11 TH. XIX 1 Maret 2012/ 7 Jumadil Awal 1433, hal. 10].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar