Senin, 23 April 2012

Manusia dan bakatnya


Drs. St. Mukhlis Denros

Pada masa dinasti Chon di Cina [1027-221 SM] terdapat dua orang tokoh terkenal pada masa itu, Li Zhe seorang penasehat Kaisar berpendapat bahwa semua manusia bersifat buruk dan selalu ingin berbuat buruk atau hajat sehingga menurut Li Zhe harus ada undang-undang yang keras untuk bisa memaksa manusia untuk berbuat baik. Tokoh kedua bernama Kong Fut Tse dengan ajaran Konfusionisme yang kontra dengan pendapat pemerintah. Dia mengatakan bahwa manusia bersifat baik dan cendrung berbuat baik.

Kedua pendapat diatas sama-sama benar, perbedaan terjadi karena cara pandang yang berlainan. Li Zhe terpaku kepada kejahatan yang dilakukan manusia sementara Kong Fut Tse meninjau dari segi positifnya saja. Sebenarnya pada diri manusia terdapat bakat-bakat yang akan berkembang dikemudian hari. Bakat tersebut ada yang negatif dan tidak sedikit yang positif. Manusia semuanya punya bakat untuk jadi baik dan berbakat pula untuk jadi orang yang paling jahat.

Istilah ini menurut teori Nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhour menyebutkan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh foktor heriditas yang berarti kodrat, sedangkan Nabi Muhammad Saw menyebutkan dengan istilah Fithrah, manusia yang lahir di dunia ini mempunyai bakat yang baik dan tidak kurang pula bakat jahatnya, dia berbakat jadi seorang pemimpin yang baik lagi terhormat, juga berbakat jadi penjahat yang khianat, kemampuannya ada untuk berbuat jujur juga tersimpan potensi lacur, fithrahnya mengatakan dia dapat menjadi orang yang amanah lagi adil dalam memegang suatu jabatan, juga terdapat kemampuan sebagai koruptor dan manipulator. Kesuciannya sejak lahir adalah Islam [7;172] tapi tidak menutup kemungkinan dia akan menjadi Yahudi, Majusi atau Nasrani tulen.

Bakat-bakat yang dimiliki manusia yang baik maupun yang buruk akan berkembang tergantung kepada kecendrungan yang lebih besar dan kesempatan yang mempengaruhinya. Bila pendidikan dan lingkungan lebih dominan buruk maka peluangnya untuk jadi orang jahat lebih besar, sebaliknya, bila pendidikan dan lingkungan yang baik lebih besar menguasainya secara keseluruhan berarti kesempatan untuk jadi orang baik ada. Berarti potensi atau bakat tidak dapat berkembang tanpa dilatih, dididik baik secara langsung atau tidak sengaja.

Salah satu lembaga pendidikan yang dominan dan sangat berpengaruh ialah lingkungan atau masyarakat yang berada di sekitarnya. Orang yang hidup di hutan, sejak kecil diasuh oleh binatang, sebagaimana di India ditemukan dua manusia yang bernama Ramu dan Kemala. Pada tahun 1936 di Amerika Serikat ditemukan pula seorang anak yang tidak bisa bicara dengan bahasa manusia. September 1988 di Lima Peru telah ditemukan seorang anak yang dibesarkan oleh kawanan babi dan hidup persis seperti babi liar yaitu mengendus, mendengkur dan melengking. Menurut Dr. Mario Chieppe, anak laki-laki tersebut tidak bisa bicara, walaupun dirinya menunjukkan usia 7 sampai 8 tahun, tapi tubuhnya tak lebih besar dari seorang anak yang berusia 3 tahun, tinggi badan sekitar 90 cm, anak tersebut diberi nama dengan Yesus.

Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi potensi manusia ke arah yang tidak baik yaitu nafsu dan syaithan, dia adalah sebagai musuh yang harus dilawan agar nilai kodrati positif dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan, Allah berfirman, ”Sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan”[Yusuf 12;53].”Jangan kamu ikuti hawa nafsu, karena nanti ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah” [Shad;26].

Apalagi yang namanya syaitan tidak ada kompromi bagi mereka lalu melepaskan manusia sampai berhasil ditaklukkan, ”Sesungguhnya syaitan itu bagi manusia adalah musuh yang nyata” [Yusuf;5].

Mengenai lingkungan atau pergaulan hidup ada beberapa pendapat yang penulis kemukakan, Ali bin Abi Thalib berpendapat, ”Selemah-lemahnya manusia ialah orang yang menolak didatangi temannya”, dari ucapan ini berarti pergaulan atau teman sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Orang yang tidak memiliki teman hidupnya sempit, namun resiko yang dihadapi besar bila punya teman. Banyak orang mendekati temannya dikala keksusahan tetapi bergaul akrab dengan lawannya setelah mendapat kesenangan, demikian yang dikatakan oleh Abul Ula.

Nabi Muhammad Saw menunjukkan suatu misal sehubungan dengan teman yang baik dan teman yang jahat, beliau bersabda,”Perumpamaan teman bergaul yang baik dan teman jahat ialah bagaikan pedagang minyak wangi dan tukang besi. Bila berteman dengan pedagang minyak wangi akan memperoleh sesuatu dari dua kemungkinan, membeli minyak wanginya atau mendapat percikan baunya, sedangkan berteman dengan tukang besi akan mendapat dua kemungkinan, badan akan terpercik api atau memperoleh bau yang tidak enak”.

Manusia memiliki bakat atau fithrah yang baik sesuai dengan kesuciannya, akan menjadi baik dan menyebarkan kebaikan sehingga segala perkataan, sikap dan perbuatan sampai kepada getaran hatinya selalu menuntut untuk melakukan kebaikan demikian pula sebaliknya bila dipengaruhi oleh kejahatan. Manusia memiliki bakat sebagai penjahat bila dididik, dipengaruhi oleh lingkungan yang baik, maka bakat jahat akan tertutup sehingga segala gerak polah laku sampai tuntunan hati nuraninya agar tetap melakukan segala kejahatan. Kecendrungan ini tergantung dari besar kecilnya dorongan dari dalam diri manusia dan lingkungan yang mengajaknya.

Nilai dorongan kejahatan lebih besar maka kebaikan tidak diperhitungkan lagi walaupun kesempatan untuk berbuat baik banyak, bila dorongan kebaikan lebih besar maka kejahatan tidak akan dilakukan walaupun pintu kejahatan terbuka lebar. Hal ini sesuai dengan haditsnya Nabi tentang kesucian manusia yang lahir ke dunia, kesucian tersebut akan pudar bila orang yang bertanggungjawab tulisannya yang salah.

Suatu malam akan berbeda penilaiannya dari seseorang yang baik dan yang jahat,. Orang yang baik akan berkata, malam ini dimana pengajian yang akan saya hadiri, sedangkan orang yang telah berkarat watak jahatnya akan berucap, malam ini rumah siapa lagi yang akan dijarah?

Namun itu semua sebagai ujian dari Allah, bahwa Allah memberikan dua jalan yang saling bertentangan. Satu jalan yang lurus yaitu kebaikan, keadilan, kebenaran dan Islam, terserah manusia untuk mengikutinya, yang lain adalah jalan yang jahat, zhalim, bathil, kafir juga terserah kepada manusia untuk mengikutinya. Allah sekali-kali tidak memaksa seorang hamba untuk masuk ke lingkaran kebenaran, dia punya akal dan hati nurani untuk membedakan, tapi masing-masing itu ada resiko.”Tidak ada paksaaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang akan kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahuinya”[Al Baqarah 2;256] [Tulisan ini pernah dimuat pada Harian Mimbar Minang Padang, 19072002].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar