Sabtu, 28 April 2012

Peranan orangtua dlm pendidikan


Oleh Drs. Mukhlis Denros

Beda manusia dengan binatang terletak pada akalnya yang mampu berfikir untuk mencetuskan suatu ide atau menyelesaikan suatu masalah yang rumit sekalipun. Sedang beda manusia dengan manusia lainnya terletak dari penggunaan akalnya. Manusia yang satu lebih tinggi derajatnya baik dalam kehidupan maupun dalam kebudayaan karena kemampuannya menggunakan akal dan sebaliknya manusia tetap hidup primiiif dan dalam kebodohan bila tidak difungsikan akalnya, yang merupakan potensi terbesar untuk bekal dalam kehidupan.

Untuk mencipakan manusia yang manusia maka perlu adanya latihan dan pendidikan sebagai tempat mengasuh dan mengembangkan intelektual. Disamping itupun pergaulan manusia tadi sangat mempengaruhi dalam pola berfikir, bersikap dan bertingkahlaku selaku makhluk sosial.

Bila seorang anak sejak kecil hidup, bergaul dan dibesarkan di lingkungan binatang maka cendrung dia akan bersikap dan beritingkah laku sebagaimana halnya binatang, berjalan dan cara makannyapun tidak ubahnya sebagai binatang.

Suatu fakta telah membuktikan bahwa manusia dibesarkan oleh lingkungannya, terdapat dua anak manusia yang ditemukan oleh seorang pemburu di liang Srigala di pegunungan Himalaya dalam tahun 1920 dan kemudian diserahkan ke rumah yatim piatu di Madnafur. Perkembangan kedua anak perempuan yang diberi nama Amala dan Kamala oleh Jel Singh. Amala sesudah satu tahun berada dalam rumah yatim itu meninggal, tetapi Kamala tinggal disana sampai umur 17 tahun dan meninggal tahun 1929.

Waktu baru masuk asrama prilaku mereka seperti Srigala; merangkak dengan kaki tangannya, melolong pada bulan terang, menggonggong seperti srigala, berani keluar malam hari, siang hari hanya tidur, makan hanya daging mentah, air tidak diteguk tapi dijilati dengan lidah, tak dapat berbicara. Cirinya seperti manusia yang pertama yaitu berjalan tegak lurus baru dapat dikuasai oleh Kamala sesudah 4 tahun belajar, itupun belum dapat berjalan cepat, pelajaran bahasa lambat dan lama sekali, sampai meninggalnya Kamala pada umur 17 tahun ia hanya dapat menguasai 50 kata.

Begitu besarnya pengaruh pendidikan dan lingkungan bagi perkembangan anak sehingga orang tua harus berhati-hati dalam menjaga anaknya yang merupakan amanat dari Allah Swt.

Beberapa ahli telah mencetuskan teori-teori mereka tentang pendidikan seperti halnya John Lock (1632-1704).dengan teorinya Empirisme mengajarkan bahwa perkembangan pribadi anak ditentukan oleh faktor lingkungan,terutama pendidikan, tiap individu lahir bagai kertas putih maka lingkungan itulah yang akan menulisi kertas putih tersebut. Teori Nativisme Schopenhaur yang hidup sekitar tahun 1788-1860, mengajarkan teorinya bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh faktor ’’heriditas’’yang berarti’’kodrat’’yang tidak dapat di rubah oleh pengaruh alam atau pendidikan.

Rani Ihsani Mukhlis

Tanpa potensi heriditas yang baik, seseorang tidak mungkin mencapai taraf yang di inginkan, meskipun di didik dengan pendidikan yang maksimal. Nampaknya ajaran Empiris adalah ajaran optimis sedangkan ajaran Navisme adalah ajaran yang pesimis, karena menerima kepribadian sebagaimana adanya.

Dalam jangka tidak begitu lama lahirlah seorang tokoh yang bernama William Stern yang hidup diantara tahun (1871-1938) dengan teorinya ’’konvergensi’’yang mengajarkan bahwa potensi heriditas yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan yang positif tidak akan terbina kepribadian yang idial dan sebaliknya meskipun lingkungan positif tidak akan menghasilkan kepribadian tanpa adanya potensi heriditas yang baik pula. Nampaknya teori ini memadukan kedua pendapat terdahulu empiris dan nativisme.

Kalau kita melihat ke dalam islam yang telah tersiar sejak 15 abad yang silam, maka islampun lebih dahulu telah mencetuskan teorinya yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah Saw, ”Tiap-tiap anak yang lahir suci bersih maka orangtuanyalah yang bertanggungjawab, akan dijadikan anaknya Yahudi, Majusi atau Nasrani”

Hadits diatas telah didukung oleh teori William Stern yaitu Konvergensi, disamping mempunyai potensi dari dalam maka perlu adanya pendidikan dari orangtua selaku pendidik yang pertama dan utama. Ayah dan ibu selaku pendidik di rumah tangga akan menjadi teladan dari sang anak; baik bicaranya, perbuatannya, sifatnya, semua akan dijadikan contoh oleh sang anak sehingga orangtua harus berhati-hati dalam bertindak tanduk di rumah tangga jangan sampai terjadi kekeliruan pendidikan yang sebenarnya tanpa disadari telah terlanjur ditiru oleh anaknya, suatu contoh;

Pada suatu hari sang ayah memberikan pesan kepada anaknya yang sedang bermain di halaman,”Hai Ani, nanti kalau ada tamu yang datang ke sini, katakan ya ayah sedang pergi ke pasar, sebab ayah lagi pusing dan ngantuk”. Sang anak tentu tidak keberatan tentang pesan ayahnya itu, akan dilaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Tidak begitu lama memang betul rupanya datang seorang tamu yang menanyakan ayahnya, dengan nada polos dia menjawab,”Ayah tadi bilang kalau ada orang datang, katakan ayah sedang pergi, tapi sih sebenarnya ayah ada di dalam, lagi tidur, gimana ya om, apa saya bangunkan saja?”.

Tanpa disadari, orangtua telah menanamkan kepada anaknya bahwa berdusta itu boleh, walaupun sebelumnya si anak tidak tahu apa itu dusta dan bagaimana cara berdusta itu. Nah inilah salah satu kekeliruan orangtua dalam menanamkan pendidikan kepada anaknya. Maka berhati-hatilah selaku orangtua dalam mendidik anaknya jangan sampai salah atau keliru mendidik. [Mingguan Sentana Jakarta, Nopember 1987].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar