Rabu, 25 April 2012

Peranan Iman dan Taqwa Bagi Manusia


Drs. St. Mukhlis Denros
Manusia hidup di dunia ini dalam rangka memenuhi tujuan Allah menciptakannya yaitu sebagai hamba, mengabdi dan menyembah hanya kepada-Nya. Pengabdian tanpa disertai perbuatan syirik yang dapat membatalkan keimanan dan ketaqwaan. Allah menjelaskan dalam firman-Nya surat Adz Dzariyat ayat 56, “Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”.

Iman dan taqwa yang ada pada hati manusia bila diibaratkan kepada bangunan bagaikan pondasi yang menghunjam ke bumi sehingga bangunan itu kokoh dan kuat. Bila diibaratkan kepada pohon dia adalah akar yang kuat yang terkubur di tanah. Tanpa itu semua bangunan dan pohon tadi akan mudah rubuh, tumbang dan tidak berdaya. Demikian pula manusia, tanpa iman dan taqwa akan goncang dalam percaturan kehidupan ini.

Rasulullah menyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani, ”Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota”.

Bahwa iman itu adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota, dia bukanlah angan-angan tapi harus disertai dengan amal perbuatan sebagaimana dengan yang difirmankan Allah dalam dua surat berikut ini;
1. Surat Al Baqarah ayat 25, ”Berilah kabar gembira pada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa bagi mereka adalah penghuni syurga”.
2. Surat Maryam ayat 96, ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa mereka itu akan memperoleh syurga”.

Taqwa adalah tingkatan iman yang paling tinggi setelah seseorang melalui fase muslim, mukmin, muhsin dan mukhlis yang tidak semua manusia mampu meraihnya. Bahkan Imam Al Ghazali menyatakan bahwa taqwa itu terdiri dari empat huruf yaitu ”Ta’ singkatan dari Tawakal, ”Qa” singkatan dari Qana’ah, ”Wa” singkatan dari Wara dan ”Ya” dari kata Yakin.
1. Tawakal ; artinya menyerahkan diri kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin dan seoptimal mungkin.
2. Qana’ah artinya menerima rezeki dari Allah dengan senang hati dan menggunakan rezeki itu untuk kebaikan.
3. Wara’, artinya sikap pribadi mukmin yang berhati-hati terhadap barang syubhat apalagi yang haram.
4. Yakin artinya keimanan yang mendalam yang diiringi dengan amal shaleh.

Banyak sekali ayat yang mengajak kita untuk bertaqwa diantaranya surat Al Hasyr ayat 19, ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan setiap diri hendaklah memperhatikan masa depannya dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah mengetahui apa yang kamu lakukan”.
Apa sebenarnya peranan iman dan taqwa dalam kehidupan manusia, tentu banyak sekali perannya selain sebagai pondasi dalam kehidupan ini, diantaranya:

1. Iman dan taqwa adalah sarana untuk mengokohkan ibadah, tanpa iman dan taqwa, ibadah yang kita lakukan gersang dan tidak bermakna, dia akan bercampur dengan syirik, bid’ah, kurafat dan tahyul sehingga ibadah itu sia-sia belaka. Justru itu Lukman Al Hakim mengajarkan dan menamamkan iman kepada anaknya sebelum menunaikan ibadah lebih dahulu. Ini digambarkan Allah dalam firman-Nya di surat Lukman ayat 13, ”Hai anakku jangan berbuat syirik karena syirik itu adalah kezhaliman yang besar”. Demikian pula halnya firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21,”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menjadikanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa”.

2. Iman dan taqwa berperan dalam rangka menangkal datangnya penyakit wahnun. Rasul pernah meramalkan bahwa nanti ummat Islam itu seperti hidangan yang terletak di meja yang akan diserbu dan dibinasakan oleh seluruh manusia. Bahkan ummat Islam itu nanti seperti buih yang ada di laut, akan hancur berantakan dikala diterpa oleh angin dan ombak.

Ketika itu para sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah, apakah saat itu ummatmu jumlahnya sedikit?” maka Rasul menjawab, ”Tidak, bahkan waktu itu jumlah ummatku banyak sekali, mayoritas, tapi mereka diserang suatu penyakit yang dinamakan dengan wahnun”, sahabatpun bertanya, ”Apakah wahnun itu ya Rasulullah?”. Rasul menjelaskan, ”Dia adalah penyakit ’hubbuddunya wakarahiyatul maut’ yaitu penyakit terlalu cinta kepada dunia dan terlalu takut dengan kematian”. Ini semua terjadi karena iman dan taqwa yang dimiliki ummat Islam sangat tipis.



3. Iman dan taqwa berperan dalam memberi kekebalan terhadap serangan pihak musuh seperti dari Yahudi dan Nasrani terhadap ummat Islam. Siapa saja, agama apa saja dan idiologi apapun selalu tidak suka dengan Islam, mereka selalu menyerang ummat Islam dimana saja sebagaimana tergambar dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 120, ”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”, atau seperti dalam surat Al Baqarah ayat 217, ”Mereka tidak henti-hentinya memerangi agama kamu hingga sampai mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran”.

Ada beberapa sarana orang-orang kafir untuk merusak ummat Islam, diantaranya melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, yang semua itu targetnya agar ummat Islam jauh dari agamanya. Mereka memprogramkan ummat Islam dengan berbagai kegiatan yang kita kenal dengan empat S, pertama yaitu Story, mereka menyuguhkan kepada ummat Islam cerita-cerita yang penuh dengan kemaksiatan, baik tampil dilayar kaca maupun pada lembaran media cetak. Kedua yaitu Song, mereka ingin menghanyutkan ummat Islam agar terlena dengan lagu-lagu jauh dari nilai-nilai Islam. Ketiga yaitu Sport, mereka menjadikan olah raga sebagai sarana untuk menghancurkan ummat Islam, sejak dari pakaian olah raga sampai kegiatan olahraga yang tidak sesuai dengan norma agama. Dan keempat yaitu Seks adalah cara mereka menjadikan ummat Islam agar mengumbar auratnya dengan pakaian minim dan transparan.

4. Iman dan taqwa berperan dalam rangka menghadapi ujian. Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan yang silih berganti, sebagaimana Allah menyatakan dalam firman-Nya, ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” [Al Baqarah;155].

Bila tidak punya iman dan taqwa ketika berhadapan dengan ujian hidup maka manusia tadi akan kecewa, stres, strok bahkan bunuh diri. Nyata memang bahwa iman dan taqwa adalah obat bagi penyakit hati dan mental yang obatnya tiada lain memperdalam keduanya. Wajar bila Allah menyatakan bahwa orang yang beruntung itu adalah orang yang meningkatkan iman dan taqwanya dan memperbanyak ibadah serta mengaktifkan da’wah, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Al Ashr ayat 1-3, ”Demi masa, sesunguhnya manusia itu dalam keadaan merugi kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan berwasiat dengan kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran”.

Demikian pentingnya iman dan tawa dalam kehidupan kita sehari-hari, biarlah kita tidak punya apa-apa dalam hidup ini tapi jangan sampai tidak punya iman dan taqwa. Biarlah seluruhnya telah kita gadaikan untuk kebutuhan hidup tapi jangan sampai menggadaikan iman dan taqwa.

Iman dan taqwa yang ada pada diri kita mengalami fluktuasi yaitu naik dan turun, untuk itu berhati-hatilah menjaganya jangan sampai merosot bahkan hilang sama sekali. Bukti iman kita sedang naik adalah banyak ibadah yang kita lakukan sedangkan bukti iman sedang turun adalah banyaknya dosa dan maksiat yang kita kerjakan.

Buya Hamka dalam satu kesempatan menyatakan, ”Dengan seni hidup akan indah, dengan ilmu hidup akan mudah dan dengan iman hidup akan terarah”. Tampaknya iman dan taqwa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari, terbukti bagaimana Rasul meletakkan dasar pembinaan ummat selama 13 tahun di Mekkah hanya memprioritaskan penanaman iman dan taqwa sebelum meninggalkan kemungkaran bahkan ayat yang berkaitan dengan pelarangan khamar dan riba jelas-jelas dilakukan dengan bertahap sesuai dengan kadar keimanan seseorang. Demikian pula dengan menutup aurat dengan nama jilbab juga diawali oleh faktor iman dan taqwa.

Sebenarnya krisis dimensional ini juga dilatari oleh rapuhnya iman dan taqwa dan untuk memperbaikinya juga harus dengan pembenahan iman dan taqwa, bila tidak maka tunggu sajalah kehancuran ini untuk selanjutnya sampai generasi kita benar-benar rusak berikutnya, wallahu a’lam [Tulisan ini pernah dimuat pada Harian Mimbar Minang Padang, 11072003].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar