Rabu, 25 April 2012

Merambah Jahiliyah menapaki Iman


Drs. St. Mukhlis Denros
Selama lebih kurang tiga belas tahun Rasulullah menghadapi ummat jahiliyyah di tanah Mekkah, selama itu pula suka dan duka yang beliau tanggung bersama para sahabat yang setia mengikuti langkah nabinya. Di Madinah bukan berarti perjalanan mulus yang dihadapi, tidak bedanya denan di Mekkah, hanya di Madinah fokus pembinaan kepada sosial kemasyarakatan dan hukum-hukum islam. Sedangkan di Mekkah harus mengikis habis karakteristik jahiliyyah yang telah mengkristal di hati ummat . Walaupun demikian kerasnya perjuangan yang harus dihadapi berkat pembinaan yang kontinyu serta hidayah Allah lahirlah tokoh-tokoh handal pembela islam seperti Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Hamzah, Bilal bin Rabah dan para sahabat yang lain yang rela mengorbankan hidup demi tegaknya Kalimatullah di dunia ini.

Kebenaran islam di Mekkah sebenarnya sudah menyentuh lapisan masyarakat laus sejak dari budak belian sampai penguasa tapi sedikit sekali yang mau mengakui karena beberapa sebab; diantaranya mereka tidak mau ikut ajaran islam karena para pengikut islam pada waktu itu sedikit sekali dan terdiri dari orang-orang lemah yang tidak berpengaruh. Kenyataan ini sejak zaman nabi Nuh dahulu sudah terjadi, ”Ketika saudara mereka [Nuh] berkata kepada mereka, ”Mengapa kamu tidak bertaqwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepadamu”, mereka berkata,”apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang hina” [Asy Syura 26;106,107,111].

Dengan bekal iman dan kekuatan dari Allah, Rasulullah berusaha menegakkan kebenaran di muka bumi ini dengan memerangi segala bentuk watak jahiliyyah yang menyesatkan ummat. Mereka menyekutukan Allah dengan berbagai bentuk sembahan yang mereka buat sendiri, mencuri, berbohong, minu, khamar, membunuh manusia tanpa haq. Bermain judi adalah suatu adat kasar yang diwarisi turun temurun. Berzina, main sihir, makan suap, mengurangi timbangan atau takaran dalam perdagangan, mengumpat dan menghasut sulit untuk ditinggalkan akibat kerasnya adat jahiliyyah yang mereka anut. Masih banyak lagi akhlak tercela yang direkam sejarah yang dilakukan ummat jahiliyyah. Nabi Muhammad tampil sendiri ke gelanggang dengan tuntunan wahyu Allah agar berbeda dengan kehidupan banyak orang, karena kalau diikuti maka kehidupan mereka akan rusaklah pribadi, hancurlah akhlak, ”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain adalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta terhadap Allah”[Al An’am 6;116].

Sejak awal beliau mampu menunjukkan kepada ummatnya bahwa dia adalah contoh teladan yang dikirim Allah untuk membina manusia sehingga walaupun kafir Quraisy terbelenggu oleh adat jahiliyyah, nabi Muhammad dengan gelar ”Al Amin” yaitu orang yang dapat dipercaya, mereka berikan julukan emas. Julukan ini bukan nabi Muhammad yang membuatnya, tapi kepercayaan masyarakat kepada beliau yang berbeda dengan kehidupan mereka sendiri, artinya Muhammad secara pribadi tidak jadi masalah bagi mereka, tapi Muhammad sebagai penyampai wahyu yang mereka tidak mengakuinya.

Untuk menegakkan iman sudah banyak korban berjatuhan di medan perang, tidak sedikit harta disedekahkan, ayah bercerai dengan anak, isteri tidak berjumpa dengan suaminya selain nama yang pulang mengabarkan suami telah syahid dalam berjihad. Tapi mereka bukan semata-mata mati yang tidak berguna, bahkan inilah kematian yang mahal sekali harganya, ”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” [Ali Imran 3;169].

Mereka masih bertempur menghadapi musuh walaupun kawan sudah banyak jatuh sebagai syuhada’ sedikitpun tidak gentar malah menambah keberanian untuk menumpas kebathilan menjunjung tinggi agama Allah, ”Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang mereka yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” [Ali Imran 3;170].

Masa itu telah berlalu dibawah komando Rasulullah dan khulafaur rasyidin, melenyapkan jahiliyyah ke akar-akarnya sehingga tegaklah kebenaran islam di bumi ini merembes kebelahan dunia sehingga kejayaan islam diperolehnya, lalu islam satu kekuatan yang diperhitungkan.

Sejarah kejayaan telah lama berlalu sementara ummat masih tertidur pulas dininabobokkan keberhasilan yang membawa mereka lupa bahwa lapangan dan pemain telah berganti. Ummat islam bukan lagi sebagai pemenang dan pemegang keberhasilan tapi sebagai penonton segala bentuk adat jahiliyyah yang model baru. Kini ummat islam dihadapkan kembali kepada perjuangan berat sebagaimana yang dialami orang-orang terdahulu, dengan jelas kemaksiatan hadir didepan mata,kebobrokan akhlak tidak dapat dipungkiri semua itu jiplakan tempo dulu hanya dibungkus dengan kemasan abad dua puluh, inilah yang disebut dengan Muhammad Quthb dengan jahiliyyah modern.



Yang dimaksud jahiliyyah adalah segala asfek kehidupan yang tidak mengacu kepada nilai-nilai islam; sejak dari pakaian, budaya, ekonomi, pendidikan, politik dan apa saja yang dikerjakan seorang muslim yang jauh dari nilai-nilai islam, maka itulah jahiliyyah. Ini tanggungjawab ummat islam seluruhnya sesuai dengan bidang garap yang mereka hadapi minimal keluarga masing-masing terbina, jangan sampai termakan rayuan kejahatan, karena jahiliyyah modern cita-citanya melalui keluarga, masyarakat dan bangsa. Ummat islam selalu dibatasi geraknya, dibelenggu kekuatan dari penguasa kafir, semua mereka itu bermusuhan tapi bila memerangi ummat islam mereka bersatu walaupun untuk sesaat, ”Sesungguhnya orang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan kedalam neraka jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan”.

Untuk menegakkan izzatul islam wal muslimin di Afghanistan, Bosnia, Chechnya, Dagestan, Moro, Pattani, Khasmir, Ambon dan Aceh sudah banyak korban dan dana ummat islam dikeluarkan agar kejayaan islam dan ummatnya dapat diperoleh, tapi orang kafirpun tidak sedikit pula mengeluarkan biaya untuk menghalangi dan menghancurkan rencana ummat islam, mereka takut kalau kemerdekaan dicapai oleh ummat atau islam dan ummatnya memperoleh kejayaan.

Walau dimanapun juga berada ummat islam bila prilaku jahiliyyah mulai beraksi berarti perang pasti dimulai sebagaimana sejarah menuntun mereka untuk merambah habis jahiliyyah dengan segala daya dan upaya sebagai ciri ummat terbaik yang dilukiskan Allah yatiu menegakkan kebenaran dengan kekuatan iman, bahkan konsep hijrah secara maknawi juga ”meninggalkan segala bentuk jahiliyyah menuju kehidupan yang islami”.

Orang yang telah tershibghah [tercelup] oleh nilai-nilai islam bagi mereka tidak ada yang lebih penting dari tegaknya dienul islam itu di dunia ini walaupun diawali dari pribadi dan rumah tangga, sehingga benarlah kata seorang ulama bernama Musthafa Mashur, ”Tegakkan islam didirimu maka dia akan tegak di negaramu”, wallahu a’lam [Hrian Mimbar Minang Padang, 11012002].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar