Senin, 23 April 2012

Makalah dan da'wah


Oleh Drs. Mukhlis Denros


Dalam rangka mengembangkan sayap da’wah ke tengah masyarakat sehingga da’wah itu betul-betul mereka rasakan, banyak sarana yang dapat dipakai diantaranya berupa tulisan yang tersaji dalam bentuk artikel atau makalah, semua itu untuk nashrul fikrah [penyebaran ide-ide] yang islami sekaligus mengantisipasi pemikiran-pemikiran yang berkembang tidak islami, cendrung menyesatkan sehingga idiologi seorang muslim terkontaminasi oleh segala isme yang diciptakan manusia. Sebuah ungkapan mengatakan bahwa seorang muslim itu mempunyai dua kiblat, ketika shalat kiblatnya jelas ke ka’bah tapi segala tindak tanduk diluar shalat mereka berkiblat ke barat.

Allah memberi tugas berat kepada siapa saja yang telah menyandang predikat muslim dan da’i untuk meluruskan pandangan ummat agar berberak bersama islam dan berjalan menuju jalan Allah, dalam surat An Nahl 16;125 diterangkan, ”Ajaklah manusia itu ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta beragumentasilah dengan mereka dengan cara yang baik pula”.

Rasulullah menegaskan kepada ummatnya, ”Sampaikanlah apa yang telah anda terima dariku meskipun hanya satu ayat”. Ini menunjukkan betapa pentingnya da’wah demi keselamatan hidup manusia di dunia hingga akherat. Bahkan seorang syaikh bernama Dr. Musthafa Mashur menyatakan, ”Nahnu Du’at qabla kulli syai’” artinya kami adalah da’i sebelum menjadi sesuatu apapun.

Urgensi Menulis
Tidak semua orang mampu menuangkan ide-ide cemerlangnya melalui tulisan selain diperoleh karena bakat juga latihan sejak awal. Soekarno adalah seorang orator, banyak bicara tapi tidak mampu menyalurkan melalui tulisannya demikian pula dengan Soeharto dan Habibi hingga Gus Dur. Bung Hatta orang yang mampu menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan, ketenarannya dalam menyampaikan orasi tidak kita kenal, lain halnya suatu keistimewaan yang dimiliki oleh Buya Natsir dan Buya Hamka, butir-butir hikmah mengalir dari liannya yang akhirnya dapat kita temukan melalui tulisannya yang bermutu.

Ada beberapa urgensi hadirnya tulisan sebagai media da’wah yang tertuang dalam media cetak yang kita kenal dengan koran, majalah, buku, tabloid atau nama lainnya, yaitu;

Pertama, wahyu yang disampaikan melalui malaikat Jibril demi kepentingan ummat manusia seperti Taurat, Zabur, Injil, Suhuf dan Al Qur’an semua itu dapat kita baca dalam bentuk tulisan bahkan wahyu pertama juga perintah untuk membaca, ”Bacalah atas nama Tuhanmu yang menciptakan ”[Al Alaq 96;1], karena pentingnya membaca inilah Allah juga mencantumkan surat khusus dengan sebutan Al Qalam yang artinya pena atau alat tulis, ”Nun Wal Qalami wama yasturun” [Demi Kalam dan apa yang mereka tuliskan]..

Kedua, penyebaran islam diluar jazirah Arab disampaikan oleh Rasulullah melalui surat-surat yang ditujukan kepada para raja dan kaisar. Dengan surat yang dikirim rasul itulah ekspansi da’wah semakin melebar sejak dari Maroko hingga Merauke sehingga tidak ada lagi daerah di dunia yang belum tersentuh oleh da’wah.

Ketiga, tulisan dibutuhkan dalam rangka penuangan ide-ide cemerlang dalam sebuah konsep sehingga bisa dikaji dan ditindaklanjuti dikemudian hari, ide-ide yang tidak terkonsep walaupun bagus akan hilang percuma ditelan masa.

Keempat, tulisan sangat berguna sekali bagi kehidupan manusia sebagai dokumentasi yang dapat bertahan lama yang didalamnya mengandung ilmu yang tidak sedikit demi kepentingan generasi mendatang.

Kelima, dengan menulis berarti kita menyiapkan data dan fakta sebuah kejadian yang dapat dipertanggungjawabkan. Ayat yang paling panjang adalah ayat tentang hutang, diantaranya keharusan menulis semua transaksi yang terjadi, hal ini dapat mengurangi kecurangan dan kekeliruan dikemudian hari.

Keenam, karya tulis merupakan warisan yang tidak ternilai harganya bagi generasi masa depan. Hal ini dapat disadari oleh ummat islam sehingga tokoh-tokoh berikut ini banyak mengeluarkan karya mereka dalam bentuk tulisan; Iman Syfi’i, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Sayid Qutb, Buya Hamka, Buya Natsir dan Dr. Yusuf Al Qardhawi.

Ketujuh, sebuah kemuliaan diberikan kepada para ulama yang mampu menuangkan butir-butir hikmah dalam kalimat sebagaimana sabda Rasulullah, ”Tinta para ilmuan itu sama nilainya dengan darah para syuhada”.

Dengan keterangan diatas tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menulis serta menumbuhkan penulis-penulis muda energik melalui diklat jurnalistik dan kegiatan-kegiatan lainnya sehingga informasi penting dan berharga tersebar luas ke tengah masyarakat indikasinya ikut serta mencerdaskan bangsa.

Seni Dan Tulisan Dalam Da’wah
Ungkapan lama pernah menyatakan, ”Dengan agama hidup akan terarah, dengan ilmu hidup akan mudah dan dengan seni hidup akan indah”, semua manusia sedang dengan keindahan karena ini memang fithrahnya. Psikologpun menyatakan sejak lahir manusia telah dibekali dengan nilai seni, tergantung orangtuanya untuk mendidik dan mengarahkannya.

Dalam menuangkan tulisan yang berkaitan dengan da’wah perlu adanya seni atau keindahan, yang dimaksud disini bukanlah ujud tulisan tersebut harus dalam bentuk puitis dan berbunga-bunga tapi disesuaikan dengan kaidah da’wah yaitu amar ma’ruf nahi mungkar yaitu hanya sebatas menyampaikan kebenaran dan mengajak orang untuk menghindari kemungkaran, karena peran da’i di duniaini tidak boleh sebagai hakim.

Nahnu du’at walasna qudhat, artinya kami mengajak bukan menghukum, bahasa yang tampilpun bahasa yang dapat dicerna oleh masyarakat luas, sesuaikan tulisan tersebut dengan visi dan misi media serta taraf pembacanya, sistimatis, tidak bertele-tele, menyentuh bukan menyinggung, dengan bijaksana dan pengajaran yang baik.

Sebuah ide yang tertuang dalam makalah atau artikel perlu adanya lima K yaitu kemauan, kemampuan, ketekunan, kesabaran dan keikhlasan. Tanpa ini mustahil akan terujud, dan bila ini telah dimiliki berarti modal besar telah tersedia, tinggal lagi memunculkan permasalahan, data dan fakta, referensi, solusi dan pengharapan. Seorang penulis harus rajin membaca berbagai ilmu dan informasi sebagai sarana menambah wawasan dan mempertajam bahasa. Benar apa yang dikatakan orang, ”Bila anda seorang penulsi maka harus banyak membaca, bila anda orang yang banyak membaca maka harus menulis”.



Makalah dan Da’wah
Sebagai sarana da’wah maka makalah sangat penting dan efektif sekali menangkal invasi pemikiran atau ghazwul fikri yang merambah dunia ini melalui konsep 4 S yaitu Sport, song, story dan sex. Semua itu bisa menggelincirkan masyarakat islam dari tatanan kehidupan islami. Untuk itu semua tersebar dan menyerbu ummat islam melalui media diantaranya media cetak dan elektronik sehingga wajar bila seorang Pastor bernama Samuel Zwemer menyatakan, ”Tugas anda bukanlah mengalihkan ummat islam ke agama Kristen tapi jadikanlah dia tidak mengerti lagi dengan islamnya”.

Da’wah melalui tulisan perlu kita galakkan seterusnya melalui lembaga yang ada semisal kampus yang rawan dengan perang pemikiran ini, bila tidak dicounter dengan da’wah bil qalam dalam rangka mencetak kembali generasi-generasi yang memiliki militansi tinggi sebagaimana masa dahulu dengan target tercetaknya pribadi shaleh dan shalehah maka ummat ini akan dihancurkan oleh musuh-musuh islam dari berbagai segi.

Target da’wah melalui tulisan sejalan dengan marhalah/ fase-fase da’wah secara umum yaitu terciptanya fardhul muslim, pribadi-pribadi yang komit dengan nilai-nilai islam serta siap untuk memperjuangkan kebenaran ini. Mereka adalah pribadi yang ”Salamatul fikrah” yaitu pemikiran yang tidak terkontaminasi oleh isme yang jahiliyyah. ”Shahihul ibadah” yaitu ibadah yang hanya mengacu kepada sunnah Rasulullah, ”Salimul Aqidah” artinya aqidah yang bersih dari syirik, nifaq dan fasiq, dan ”Mathinul Khuluq” yaitu akhlak yang solid yang menjadikan Rasulullah sebagai teladannya.

Untuk menciptakan pribadi yang demikian diperlukan adanya media, slah satunya adalah media tulisan/ cetak dengan menampilkan materi-materi keislaman yang sarat dengan nilai-nilai tarbawi [pendidikan] yang tertuang dalam makalah khusus lembaran media di kampus sehingga terwujud kader bangsa yang beriman dan berilmu serta beramal, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 20072001].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar