Jumat, 20 April 2012

Adz Dzalimin, Orang Yang Menganiaya


Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk hidup sejahtera dan damai hatta tinggal bersama komunitas non muslim. Disamping itu makna Islam adalah “selamat” yang ditujukan kepada seluruh ummat manusia. Nabi yang membawa risalah inipun telah ditentukan Allah sebagai pembawa rahmat yaitu kesejahteraan bagi manusia dan seluruh alam semesta.

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” [Al Maidah 5;16]. “Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan…”[Saba’ 34;28].

Rasulullah menyampaikan kepada ummatnya tentang empat hal yang mendatangkan kebahagiaan yaitu, isteri yang shalehah, rumah yang lapang, kendaraan yang bagus dan tetangga yang baik. Yang terakhir ini walaupun datang dari pihak luar tapi sangat menentukan sekali kondisi terjalinnya ukhuwah islamiyah serta berjalannya hak-hak seseorang muslim terhadap muslim lainnya. Dan sebaliknya sangat sengsara kita bila punya tetangga yang tidak baik, ucapan dan tindakannya membuat orang terzhalimi atau teraniaya, “Dari Jabir Ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Takutlah kamu terhadap aniaya, karena aniaya itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan hindarkanlah sifat kikir, sebab kekikiran itulah yang akan membinasakan orang-orang sebelum kamu, mendorong mereka hingga menumpahkan darah dan mereka menghalalkan yang diharamkan” [HR. Muslim].


Kezhaliman dan kekikiran dapat mendorong timbulnya pertumpahan darah dan pelanggaran hukum, akibatnya dapat membinasakan dan menghancurkan suatu kaum. Maka kita wajib berhati-hati dan waspad terhadap kezhaliman dan kekikiran itu, karena keduanya merupakan larangan dalam Islam, Rasulullah bersabda yang dikutip dari An Nawawi dalam Riyadush shalihin, “Sungguh semua hak pasti akan dikembalikan kepada yang berhak pada hari kiamat, hingga kambing yang tidak bertanduk diberi kesempatan membalas kambing bertanduk” [HR.Muslim].

Adz Dzalimin adalah orang-orang yang berbuat aniaya dalam hidup ini, baik menganiaya diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat dengan berbagai cara. Orang ini adalah hamba Allah yang tidak disukai-Nya, “Adapun orang-orang yang beriman dn mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang Zhalim.” [ Ali Imran 3;57].

Kalau Allah telah mengecap hamba-Nya zhalim maka kecintaan Allah kepadanya tidak ada lagi. Hidup tanpa mendapatkan simpati Allah rasanya hidup ini gersang. Demikian besarnya kebencian Allah kepada orang yang zhalim. Rasulullah pernah menyampaikan nasehatnya kepada para sahabat,”Selamatkanlah saudaramu yang dizhalimi dan yang berbuat zhalim”, sahabat bertanya,”Ya Rasululah, kami dapat menyelamatkan saudara kami yang dizhalimi, tapi bagaimana caranya menyelamatkan orang yang berbuat zhalim?” Rasul menjawab, “Cegah mereka dari perbuatan zhalim, itu artinya engkau menyelamatkan mereka”.

Rasul menyatakan kepada ummatnya bahwa ummat Islam itu ibarat lebah bukan sebagaimana lalat. Lebah memberikan yang terbaik untuk orang sekitarnya. Bila dia hinggap di ranting yang paling rapuh sekalipun, maka ranting itu tidak akan patah. Demikian indahnya kehidupan yang ada pada lebah, tidak mendatangkan kerusakan dimanapun dia berada. Itulah kehidupan mukmin. Ketika datang di sebuah lokasi baru masyarakat memang menantinya, sebaliknya ketika meninggalkan tempat yang lama orang kehilangan, karena akhlaknya selama ini banyak memberikan kontribusi ishlah terhadap masyarakat.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, kisah monumental dari kehadiran orang-orang zhalim telah menghiasi buram dan kelamnya perjalanan ini. Segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan mencatat bahwa manusia itu memang zhalim. Bagaimana Fir’aun dengan kerajaan yang dikuasainya menyelewengkan penyembahan ummatnya kepada penentangan terhadap Allah. seorang tokoh spiritualnya bernama Bal’am-pun memutarbalikkan kebenaran bahkan mendukung kezhaliman yang dilakukan oleh rajanya. Qarun melalui hartanya berlaku sewenang-wenang dan beranggapan bahwa seluruh hartanya itu tidak ada campur tangan siapapun, sehingga dia telah menzhalimi orang-orang miskin tanpa merasa tersentuh dengan kefakiran mereka. Hamam tokoh teknokrat Fir’aun menjadikan ilmunya sebagai sarana untuk melanggengkan kekuasaan. Umumnya, oknum penguasa, tokoh agama, hartawan dan ilmuan yang tidak tershibghah [tercelup] dengan nilai-nilai Ilahiah cendrung berlaku zhalim terhadap kebenaran Allah.

Mengkritisi kebijakan atau prilaku penguasa yang dinilai menyimpang dari prinsip kebenaran, kejujuran, keadilan atau berbuat kemungkaran atau pada stadkum akut atau kronis usaha pemberhentian dan penurunan seorang penguasa atau sebuah rezim bisa dikategorikan jihad melawan kaum fasik. Termasuk amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam menyikapi pemimpin, secara normatif Nabi Saw, sudah memberi petunjuk, “Jika pemimpin itu adil berpijak pada kebenaran, maka dengarkan dan taatilah dia. Tapi jika ia telah berbuat zalim, bagi orang yang tidak menyukainya ia telah terbebas dari dosanya. Dan barangsiapa yang mengingkari atau mencabut dukungannya berarti dia telah selamat. Sedangkan mereka yang setuju dan mengikutinya maka ia telah ikut berdosa” [HR. Muslim].


Kezhaliman adalah suasana yang mencekam kehidupan masyarakat sehingga disini tidak perlu lagi adanya moral. Moral dan etika bagi pelaku kezhaliman adalah hawa nafsu mereka sendiri, hukum hanya sebatas lembaga legal untuk memurukkan penegak kebenaran, ketika itu yang berkata bukanlah benar dan salah tapi menang dan kalah. Hak-hak orang lain dan rakyata tidak dilindungi bahkan diperkosa dengan kekejaman yang luar biasa, nyaris mereka diperlakukan tidak layaknya sebagai manusia. Kondisi ini yang disinyalir oleh Rasulullah bahwa lebih baik sebuah negara dipimpin oleh seorang kafir sekalipun selama dia mampu menegakkan keadilan dan menjauhkan kezhaliman, daripada sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang muslim akan tetapi kezhaliman mewarnai perjalanan sejarahnya.

Salah satu strategi orang-orang Barat untuk menghancurkan Islam dan ummatnya maka mereka merekayasa agar pemimpin yang berkuasa di negara itu adalah seorang yang zhalim, walaupun muslim, sebab kemusliman mereka sebatas hiasan bibir, pengakuan legal dan formal, inilah kaki tangan Yahudi, Nasrani dan Barat untuk menghancurkan Islam dengan biaya relatif murah. Bila pemimpin yang muncul dari kalangan muslim maka musuh-musuh Islam itu melakukan intimidasi memakai kaki tangan Amerika dan PBB agar pemerintah tersebut tumbang. Siapa yang tidak kenal dengan Saddam Husein, Presiden Irak yang membunuh suku Kurdi ribuan jumlahnya, Muamar Khadafi memerintah libya dengan kediktatoran, Husni Mubarak ataupun sebelumnya adalah penjagal-penjagal ulama di Mesir, nampaknya hingga kini Fir’aun masih hidup dan dihidupkan gaya kezhalimannya di tanah sejuta ulama ini.

Demikian pula tidak beda dengan situasi di Indonesia, siapa saja yang jadi Presiden bagi Barat tidak jadi soal asal mereka dapat melanjutkan program kezhalimannya secara merata hingga penderitaan penduduk yang mayoritaspun selalu jadi proyek penghancuran yaitu ummat Islam. Apa yang diberikan oleh Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur atau siapapun nanti yang jadi Presiden untuk ummat Islam ini, tiada lain memberikan kontribusi besar kezhaliman pada berbagai sektor.

Sudah saatnya kita kini mempersiakan generasi-generasi baru untuk melanjutkan risalah kebenaran Islam ini. Pesimis kita kalau menumpangkan keberhasilan Islam dan kejayaan ummatnya kepada pemimpin dan rakyat yang selalu berlaku zhalim walaupun mereka memproklamirkan bahwa segala usaha mereka itu adalah reformasi dan perbaikan yang sebenarnya ketika dilihat melalui kacamata Islam adalah sebuah kerusakan, “Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”,mereka menjawab,”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”, ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar”[Al Baqarah 2;11-12].

Sungguh beda pandangan mukmin dengan seorang yang zhalim, ini karena proses pendidikan yang berbeda sehingga beda pula hasilnya, walaupun mereka masih beridentitas muslim, tapi prilakunya diluar kelaziman seorang muslim. Usaha inilah yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dan menghancurkan generasi kita dengan istilah ghazwul fikri artinya perang pemikiran sebagaimana yang dilontarkan oleh Samuel Zwemer, “Jadikanlah ummat Islam itu tidak mengerti dengan Islamnya, itu sudah cukup”.

Butuh waktu yang panjang untuk menciptakan pribadi muslim sejati dan tidaklah cepat kita menghancurkan kezhaliman di sekeliling kita paling tidak kita telah berbuat untuk itu selain membenahi pendidikan generasi untuk masa depan, tidak melupakan dan melalaikan da’wah, sebagaimana Rasul memberikan tuntunan dan tuntutan kepada kita, “Barangsiapa diantara kamu menyaksikan sebuah kemungkaran [kezhaliman] maka ubahlah dengan tanganmu, bila tidak sanggup udahlah dengan lisanmu, tidak juga mampu antisipasi dengan hati, tapi yang demikian ini adalah iman yang lemah”.

Kezhaliman bagaimanapun bentuknya adalah pelanggaran terhadap syariat Islam. Tidak mungkin keimanan akan bercampur dengan kezhaliman. Kezhaliman adalah suatu sistem yang digerakkan oleh tangan-tangan pendukungnya walaupun banyak dibungkus dengan kepentingan bahkan nampaknya bersuarakan Islam, tapi ini adalah kezhaliman,wajib kita menyelamatkan ummat ini dari kezhaliman dan menyelamatkan pelakunya dengan mencegah mereka melakukannya, wallahu a’lam. [Tulisan ini pernah dimuat pada Harian Mimbar Minang Padang, 28032003].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar