Sabtu, 21 April 2012

Kerjasama Menegakkan Islam



Oleh Drs. Mukhlis Denros

Islam adalah agama Samawi yang diwahyukan Allah melalui para Nabi dan Rasul yang sebelumnya disebut dengan Risalah Tauhid, amanat terakhir dipikul oleh Nabi Muhammad untuk mengembangkan agama ini ke seluruh dunia, Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam. Perkembangan islam selanjutnya hingga penyebaran da’wah mencapai seluruh penjuru dunia berkat ”amal jama’i ” yaitu kerjasama yang solid dari ummat ini karena kesadaran diri bahwa Islam bukanlah milik satu golongan manusia saja dan tidak bersifat lokal tapi universal dengan target tidak semata-mata mencetak shaleh individu tapi keshalehan kolektif.

Usaha itu dinamakan dengan da’wah yang telah disponsori oleh rasul, para sahabat dan shalafus shaleh. Allah menjelaskan tugas seorang mukmin adalah da’wah, mengajak manusia ke jalan-Nya dengan minhaji [tersistim], ”Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik....” [An Nahl 16;125].

Untuk mengerjakan itu semua perlu adanya kerja sama dan sama-sama bekerja demi tegaknya dienul islam di dunia ini sebagai investasi amal kita untuk menemui Allah serta memenuhi kewajiban kita sebagai muslim yang dituntut untuk bekerja semaksimal dan seoptimal mungkin. Semuanya harus sesuai dengan tiga hal yaitu; niatnya harus ikhlas, termotivasi hanya karena Allah, caranya harus sesuai yang dipraktekkan Rasulullah dan tujuannya mencari mardhatillah [ridha Allah].


Perlu Kerja Sama
Bekerjasama untuk menegakkan agama Allah ini, ada beberapa keperluannya dan keperluan itu mendesak untuk dilaksanakan yaitu;

Pertama, islam sebagai dien mempunyai sifat syamil [sempurna] dan mutakamil [lengkap] yang mencakup seluruh asfek kehidupan; politik, ekonomi, sosial dan budaya, pendidikan, pertahanan dn lain-lain. Tidak ada satupun asfek kehidupan manusia yang luput dari perhatian islam, sejak dari urusan pribadi hingga masalah negara, masalah dunia hingga persoalan akherat semuanya jadi perhatian islam. Ketinggian islam tersebut tidak mungkin dikerjakan oleh satu atau dua orang, mustahil akan terujud tanpa adanya kerjasama.

Kedua, manusia sebagai makhluk mempunyai potensi yang terbatas, tidak lengkap dan mempunyai kelemahan serta kekurangan, dari segala kedhaifan manusia itu perlu adanya bantuan dari orang lain. Selain berupa bantuan fisik yang lebih penting dari itu adalah bantuan moral, motivasi untuk bergerak dan bekerja.

Urgensi Kerjasama
Amal jama’i atau bekerjasama dalam da’wah untuk menegakkan Kalimatullah di dunia ini penting sekali. Banyak hal yang harus dikerjakan dan manusia memang membutuhkan teman dalam berjuang, yaitu;
1. Fithrah Kauniyah artinya kerjasama itu merupakan fihrah makhluk Allah untuk berkumpul seperti semut dan lebah untuk mengerjakan kerja kecil apalagi besar maka mereka kerjakan secara bersama dengan istilah bergotong royong. Bahkan kawasan plantepun seperti bulan, bintang, mars beredar dalam sebuah kumpulan yang rapi dibawah pimpinan matahari.

2. Amal jama’i atau bekerjasama itu merupakan keperluan manusia yang sifat manusia itu yang suka bergotong royong, saling tolong menolong, seperti keperluan untuk makan, sandang dan papan kita, tak bisa disiapkan sendiri oleh masing-masing orang. Kita membutuhkan orang yang berkopetensi menyediakan sarana itu. Apalagi untuk berda’wah dan meninggikan agama Allah ini. Tentu tidak bisa kita kalau kita sendiri-sendiri yang berbuat tanpa koordinasi dan manajemen yang rapi.

3. Bekerjasama merupakan kepentingan dari harakah [gerakan] islam. Dien ini bukanlah semata-mata agama ritual, tapi juga sebuah idiologi dan pergerakan untuk mengadakan perbaikan di seluruh lini kehidupan manusia. Sebuah gerakan sekecil apapun juga digerakkan secara bersama, berkumpul didalamnya beberapa ahli untuk memikirkan dan memenej tujuan dari sebuah gerakan.

4. Bekerjasama merupakan kewajiban syar’i yang menuntut dan menuntun kita untuk saling bekerjasama dalam kebaikan dan ketaqwaan, mengujudkan ukhuwah, da’wah dan jihad. Semua itu harus dikerjakan dengan rapi dan solid, Allah berfirman dalam surat Ash Shaf 61;4, ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”.

Fungsi Dan Peranan Amal Jama’i
Bekerjasama untuk menegakkan agama ini dirasakan perlu untuk ditumbuhkan kepada seluruh umat islam sehingga masing-masing menyadari partisipasinya dalam berda’wah dan berjihad sesuai dengan kapasitas masing-masing. Semua punya andil untuk tegaknya islam di daerah masing-masing, tidak ada salah seorangpun yang merasa lebih diutamakan lalu yang lain disingkirkan, semuanya punya beban moral untuk berbuat di jalan Islam ini sebagai pertanggungjawaban hidupnya disisi Allah kelak.

Pekerjaan yang terorganisir dalam sepuruh asfek kehidupan sangat penting diujudkan dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, sebagaimana yang disinyalir oleh Ali bin Abi Thalib, bahwa kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik akan mudah dihancurkan oleh kebatilan yang terorganisir. Bahkan Rasulullah menyatakan bahwa mukmin yang baik itu adalah yang mampu bekerja seitqon [rapi] mungkin.

Adapun fungsi dan peranan amal jama’i itu adalah;
Pertama, amal jama’i itu berarti kerjasama yang berdasarkan kesepakatan melalui sebuah syura dengan berbagai pertimbangana dari anggotanya. Kesepakatan tersebut tidaklah keluar dari konteks Al Qur’an dan Sunnah. Disamping tidak terkesan dipaksakan juga sanggup untuk dilakukan berdasarkan ilmu dan wawasan masing-masing.

Kedua, amal jama’i itu berusaha membagikan amal sesuai dengan keahlian anggotanya masing-masing dengan pengkajian potensi masing-masing. Tidak semua anggota yang mempunyai keahlian yang sama, ada yang mampu mengadakan loby kepada yang lain, ada yang siap bertabligh yaitu menyampaikan ceramah, ada yang harus memperjuangkan aspirasi ummat melalui lembaga politik, yang jelas semua potensi bisa didistribusikan sesuai dengan jabatan masing-masing.

Ketiga, kerjasama dapat meringankan beban da’wah, karena da’wah itu bukanlah pekerjaan kecil dan mudah. Hasan Al Banna menggambarkan bahwa da’wah itu bukanlah hamparan permadani dan tidak pula kalungan melati, tapi hamparan kawat dan duri serta kalungan kematian. Ini adalah pekerjaan berat dan serius yang tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja dengan kerja serampangan. Namun walaupun demikian beratnya akan terasa mudah dan ringan bila dikerjakan dengan bekerjasama. Tidak satupun pekerjaan berat yang tidak dapat diselesaikan ketika mampu mengumpulkan potensi yang ada dengan pendisribusian pekerjaan sesuai dengan kafaah [keahlian] masing-masing.

Keempat, obyek da’wah dalam menegakkan islam itu banyak, sesuai dengan karakeristik islam yaitu syumul [menyeluruh] untuk itu sangat perlu adanya pendistribusian skil sesuai dengan obyek yang dituju seperti politik, ekonomi, pendidikan dan lainnya yang tidak lepas dari bingkai amal jama’i. Dengan amal jama’i akan mudah untuk mencapai tujuan dari masing-masing sektor.

Kelima, banyak keterangan Allah dan Rasul tentang keutamaan pekerjaan yang dilaksanakan dengan amal jama’i sehingga memperoleh ganjaran [pahala] yang berlipat ganda sebagaimana ibadah shalat yang dilakukan dengan jama’ah akan berpahala 27 derajat. Apalagi pekerjaan besar semisal da’wah dan jihad, tentu Allah tidak mengabaikan pahalanya.

Keenam, manusia adalah makhluk yang terbatas kemampuannya, untuk mengangkat beban yang begitu berat dan besar perlu adanya teman pendukung dan penyokong sekaligus keterlibatannya dalam kerja berat ini, demikian pula halnya keaslian da’wah yang dibawa oleh Rasulullah dikerjakan oleh para sahabat yang militansinya tidak diragukan hasil rekrumen yang sangat selektif.

Demikian pentingnya bekerjasama untuk mengujudkan ketinggian islam di duniaini, sejarah telah mencata bahwa ketika ummat tidak bersatu, sibuk dengan kerja masing-masing, tidak mau mengorganisir amal dalam barisan yang tersusun rapi, saat itu tunggulah kehancurannya. memang masih panjang kerja para da’i untuk mensosialisasikan amal jama’i apalagi da’i sendiripun enggan diajak untuk bekerjasama membangun dan membina umat dalam sebuah wadah da’wah yang terorganisir dengan solid, walaupun sebatas jama’ah minal muslimin untuk menuju jamaah muslimin yang hanya berbenderakan satu khilafah, niscaya kejayaan islam diambang pintu.

Para da’i atau siapa saja yang konsen dengan perjuangan menegakkan islam di dunia ini, agar kerja tersebut dapat dilaksanakan dengan rapi perlu mensolidkan da’wah yang kita miliki, kadangkala kita memikirkan islam pada sekup berdirinya sebuah khilafah yang akan memayungi ummat islam sementara konflik internal dalam jamaah da’wah suli untuk diselesaikan sehingga memperlambatr dan menghambat gerak da’wah.

Cakar-cakaran antara kita dalam sebuah tubuh lembaga da’wah memicu terbengkalainya kerja besar yang sudah dirancang sejak zaman kenabian Rasulullah Saw. Jangankan untuk mengurus ummat islam secara regional, nasional dan internasional sedangkan dalam organisasi da’wahnya sendiri perlu keterlibatan pihak luar untuk menyelesaikannya. Bila hal ini terjadi berarti kejayaan dan keberhasilan da’wah jauh panggang dari pada api.

Salah satu karakteristik da’wah itu mengatakan Islamiyyah qabla jam’iyah artinya islamisasi dahulu sebelum organisasi, sebelum melibatkan orang dalam sebuah lembaga, organisasi, apalagi lembaga da’wah perlu adanya takwin [pembentukan] kader-kader yang militan untuk menempati struktur lembaga tadi. Tidak solidnya jama’ah da’wah karena menerapkan terlebih dahulu prinsip yang terbalik yaitu Jam’iyah qabla islamiyah, mengutamakan organisasi sebelum islamisasi.

Belum jelas komitmen dan konsistensinya seseorang terhadap islam sudah diberi jabatan, apalagi posisi strategis sehingga amanah dalam pengembanan jabatan sering diabaikan. Wahai lembaga islam, organisasi da’wah, kita muhasabah diri untuk pembenahan ke depan lembaga yang kita miliki, solidkan barisan, rapikan shaf, jaga amanah untuk bersama-sama dan bekerjasama menegakkan islam di dunia ini, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 27062003].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar