Selasa, 17 April 2012

Pentingnya Akhlak Mulia

Oleh Drs. Mukhlis Denros


Kehadiran manusia di dunia ini mengemban suatu risalah agar menyelamatkan dunia dari kehancuran baik kehancuran fisik maupun kehancuran mental. Pembangunan yang dilaksanakan manusia untuk menyelaraskan dengan kemajuan zaman sangat penting tapi lebih penting membangun mental manusia yang melaksanakan pembangunan dengan akhlak yang mulia.

Bila pembangunan mental manusia dengan akhlak telah terlaksana sehingga terujud dalam kehidupan sehari-hari maka akan mudah melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik seperti jembatan yang akan dibangun akan mampu bertahan sekian tahun bila dilaksanakan sesuai dengan ilmu dan takaran, dia akan hancur dalam waktu relatif singkat kalau mental orang-orang yang membangun rusak, bahannya dikorup umpamanya atau menyepelekan teori yang ada, ini suatu bentuk akhlak tercela.

Soal akhlak termasuk soal yang sangat penting karena begitu hebatnya sehingga besar pengaruhnya terhadap iman seseorang, Nabi bersabda, ”Sesempurna-sempurn a orangyang beriman imannya, ialah yang lebih baik akhlaknya” [HR. Turmuzi]. Artinya; iman tidak bisa men jadi sempurna kalau tidak disertai akhlak yang mulia, sehingga seorang mukmin belum dianggap sempurna imannya kalau akhlaknya tidak baik. Dengan akhlak baik, apapun yang dilakukan sekalipun membangun fisik kehidupan peradaban dunia akan menghasilkan bangunan yang mampu bertahan sekian tahun.

Akhlak tersebut juga hampir sama dengan budi pekerti, etika, moral dan tata susila, sebenarnya akhlak tidaklah identik dengan semua itu karena orang yang berakhlak bertaggungjawab kepada Allah sebagai sumber humum, sedangkan budi pekerti dan sebangsanya produk dan pertanggungjawabannya kepada manusia. Terlepas dari perbedaan tersebut bila seseorang telah berakhlak berarti telah melaksanakan tugas kehidupan di tengah masyarakat dengan pedoman ajaran yang diwahyukan Allah dan bertanggungjawab kepada-Nya. Karena akhlak memegang peranan penting dalam segi kehidupan maka dapat dijadikan ukuran sampai dimana tinggi rendahnya pribadi seseorang, sehingga pembinaan akhlak penting bagi kehidupan manusia, Rasulullah bersabda, ”Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” [HR. Ahmad].

Bahkan status bangsapun ditentukan oleh akhlak rakyatnya sebagaimana syair yang digubah oleh Sauqi Bey, “Satu bangsa terkenal lantaran budinya, kalau budinya tidak ada lagi, nama bangsa itupun hilanglah”. Dalam ajaran Islam bila seseorang berakhlak tercela bukan saja dibenci dan merugikan orang lain tapi menanggung dosa dan kesalahan, sebab timbulnya dosa dan kesalahan salah satunya sempitnya lapangan hidup sehingga dia tidak melihat orang lain melainkan mementingkan dirinya saja, inilah yang disebut dengan egoistis, tidak diperhatikan kalau akhlaknya itu [tercela] merugikan orang lain.

Orang-orang yang berakhlak tinggipun kadangkala membuat kesalahan, bukan kepada orang lain tapi kepada dirinya sendiri, dia berusaha memperbaiki akhlak masyarakat namun melupakan keselamatan dan kesehatan pribadi sebagai mana Socrates yang terkenal itu, terlalu banyak memikirkan dan memperbaiki manusia kearah yang lebih manusiawi lalu dia mengurus diri sendiri. Sayid Jamaluddin Al Afghani lantaran hendak memperbaiki ummat Islam seluruh dunia ini, dia lupa memikirkan kepentingan dirinya sehingga tidak sempat mendirikan rumah tangganya karena tidak menikah hingga akhir hayatnya.

Akhlak diperlukan oleh semua ummat Islam dalam rangka hidup bermasyarakat dengan landasan syariat agama dengan contoh teladan Nabi Muhammad Saw, dia bukan diperlukn oleh para ulama dan orang terkemuka saja tapi siapapun, jabatan apapun disandangnya, baik sebagai pemegang dan pengendali roda pemerintahan. Bila mereka berakhlak mulia tentu rakyat tentram, tidak akan terjadi penyelewengan kekuasaan yang merugikan bangsa.

Pengusaha yang berakhlak akan memperlakukan karyawannya dengan baik, usahanya bergerak bukan sekedar mencari keuntungan saja tapi berwawasan lingkungan, memperhitungkan baik buruk, untung dan rugi yang diderita masyarakat karena perusahaannya, udara, bumi dan polusi suara yang mendatangkan pencemaran pada lingkungan.

Seorang saudagar bila mempunyai akhlak akan mencari laba sesuai dengan ajaran Islam, tidak akan mempermainkan harga dan tidak akan mengicuh dalam timbangan, takaran dan sukatan. Dalam profesi apapun, sejak dari guru, dokter, pengacara dan pengarang harus memiliki akhlak, dia menjalankan profesi bukan sekedar rutinitas dalam gerak kehidupan untuk memenuhi tuntutan duniawi tapi mengandung ibadah kepada Allah, karena ibadah secara luas artinya segala aktivitas hamba demi mencari keridhaan Allah dan jalan banyak untuk menggapai ridha itu. Sungguh terlalu banyak jenis pekerjaan yang dapat dilakukan manusia, tidaklah ada pekerjaan yang hina asal halal, tiap-tiap pekerjaan ada gunanya selama membawa faedah kepada dirinya sendiri, memberi faedah pula kepada masyarakat lalu berpahala asal didukung oleh akhlak yang luhur dengan landasan iman.

Akhlak memiliki standard dan teladan yang dapat dijadikan sebagai ukuran dan contoh dalam kehidupan tapi moral, etika dan sebangsanya sulit mencari ukuran dan figur yang layak diikuti karena dibuat oleh manusia, bersifat lokal dan teoritis lebih banyak dari pada praktis, namun akhlak bagi seorang muslim mempunyai standard dan figur yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan yaitu pribadi Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya. Manusia lain dapat dan boleh ditiru dalam kebaikan tentu saja ada kekurangannya pasa satu sisi lain tercela tidak ada manusia yang sempurna karena dia memang tempat dosa dan kesalahan tapi pribadi Nabi Muhammad segala asfek gerak hidupnya terjaga dari kesalahan dan dosa, inilah pribadi agung yang dikirim Allah untuk manusia dari pengawasan wahyu yang disampaikan bukan melalui teori dan pendapat manusia. [Buletin Da’wah Al Furqan Solok Nomor 277/ Mei 2001].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar