Sabtu, 21 April 2012

Remaja, Maksiat dan Pernikahan


Drs. St. Mukhlis Denros

Cara Menjaga Dorongan Nafsu
Hal yang dapat mengantarkan pada mendekati zina sangat banyak. Bahkan dapat dikatakan hampir pada semua kegiatan kehidupan kita sehari-hari. Peremuan di pinggir jalan, dalam olah raga, dalam gedung sandiwara, dalam kendaraan, dalam pekerjaan, dalam madrasah, dalam pengajian, dalam asrama dan seribu satu hal-hal lainnya lagi, dapat mengantarkan kita pada mendekati perbuatan zina.

Apalagi kita kurang hari-hati dan tidak memiliki kendali yang berupa aturan moral, hukum dan ajaran agama yang telah tertanam kuat di dalam diri sanubari kita masing-masing. Agar kesucian sebagai manusia dapat terpelihara dengan baik, jangan sampai tercampak pada kemaksiatan dan tenggelam dalam dosa maka perlu adanya suatu ikhtiar atau usaha menyelamatkan dirinya yaitu dengan jalan menjaga dorongan hawa nafsu diantaranya;

a. Sebelum siap untuk memasuki pernikahan, maka palingkan fikiran kepada perkawinan. Jangan dibicarakan dahulu masalah ini, sebab nantipun ada masanya ketika segala sesuatunya telah siap. Bila perlu tidak datang ke acara walimah [pesta perkawinan] siapapun walaupun undangan seorang teman, sebab ini akan memoivasi ke arah itu.

b. Menghindarkan diri dari segala hal-hal yang dapat merangsang seperti gambar-gambar porno, bacaan cabul atau film-film murahan yang sengaja mengobral aurat dan mengundang selera muda.

c. Sibukkan diri dengan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian, mengadakan pengajian-pengajian islam dan isi waktu dengan kegiatan positif seperti oleh raga, dengan kesibukan ini insya Allah akan terjauh dari godaan nafsu.

d. Membuat target cita-cita yang harus dicapai, umpamanya tidak akan menikah sebelum kuliah selesai, menyelesaikan terlebih dahulu hafalan Al Qur’an sebanyak sekian juz, atau ada sesuatu yang diperioritaskan.

e. Mengisi waktu luang dengan hoby dan kesenangan pribadi seperti menulis, membaca, memancing, camping atau kegiatan lain yang dapat mengisi kekosongan waktu. Jangan sampai waktu kosong digunakan melamun atau untuk mengkhayal langit yang tidak bertiang.


f. Bergaul dengan ulama, orang-orang shaleh dan cendikiawan dalam rangka mencontoh pribadinya atau menambah wawasan keislaman dan menerima nasehat yang berharga.

g. Melakukan shalat dengan benar, artinya shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Al Ankabut 29;45, ”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. Bahkan Rasulullah mensinyalir, shalat yang tidak mengubah diri dari perbuatan keji dan mungkar belumlah dikatakan shalat. Jangan sebagaimana istilah anak muda yang mengatakan dirinya muslim STMJ [Shalat Terus Maksiat Jalan].

h. Melakukan puasa, baik puasa dalam arti sekedar menahan gejolak nafsu atau memang melakukan puasa sebenarnya seperti puasa setiap hari Senen dan Kamis, puasa tiga hari setiap bulan tanggal 13-15 hijriyah atau puasa nabi Daud yang dilakukan secara berselang-seling, Rasulullah bersabda, ”Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu hendaknya menikah, sebab nikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Kalau belum mampu maka berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya” [HR. Bukhari dan Muslim].

Orang Yang Mampu Menjaga Kesucian
Dalam sejarah kehidupan manusia sejak zaman dahulu walaupun maksiat merajalela tapi masih ada orang yang mampu menjaga kesucian dirinya, tidak tergiur dengan godaan iblis yang senantiasa gentayangan untuk menyesatkan manusia sehingga kemaksiatan disulap menjadi keindahan serta kesenangan, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Hijr 15;39-40, ”Iblis berkata, ”Ya Tuhanku, oleh sebab engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba engkau yang mukhlis diantara mereka”.

1. Pemuda Yusuf
Dalam perjalanan kisah Yusuf ketika dia dicampakkan oleh saudara-saudaranya yang kemudian dijual kepada seorang pejabat di Mesir. Di Mesir Yusuf tinggal dalam kemewahan bersama keluarga Al Azis yang terpandang. Isteri tuannya bernama Zulaiha, yang masih muda lagi cantik tapi hidup kesepian ibarat burung dalam sangkar emas. Di sela-sela kesepian dia bermaksud bermain api asmara dengan Yusuf, seorang pemuda tampan yang dikiranya mau diajak mesum. Tapi Yusuf menolak ajakan Zulaiha itu padahal waktu itu terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk bermain gila, kesempatan itu adalah;
a. Yusuf adalah seorang pemuda yang masih tinting, yang biasanya pemuda memiliki gejolak nafsu yang luar biasa, dan dia seorang perjaka yang belum pernah dan tidak ada penyaluran nafsu biologisnya.
b. Yusuf adalah seorang pendatang atau orang asing di Mesir itu, biasanya orang asing berani dan tidak malu-malu berbuat haram di negeri orang.
c. Yusuf adalah budak dari Zulaiha yang telah dimilikinya. Apapun perintah tuan wajib dilakukan walaupun untuk berbuat maksiat. Tapi Yusuf tidak mau menuruti sekalipun perintah isteri majikannya.
d. Kalau Zulaiha seorang wanita yang tidak menarik artinya jelek rupa atau sudah tua lalu Yusuf menolak diajak kencan maka itu wajar. Tapi Zulaiha adalah wanita yang cantik dan mempesona, siapapun tertarik memandangnya, kalau dia bukan wanita cantik mana mungkin seorang pejabat seperti Al Azis memperisterinya.
e. Ketika itu suami Zulaiha tidak ada di rumah sehingga kebebasan terbuka lebar, tidak ada orang yang tahu dan tidak ada yang berani mengadukan hal itu bila perbuatan itu dilakukan.
f. Zulaiha memberikan ancaman kepada Yusuf andaikata Yusuf tidak mau menuruti perintahnya dengan ancaman kurungan penjara.

Yusuf seorang pemuda yang tegar dan siap menjaga kesucian dirinya, daripada mengikuti perbuatan maksiat yang ditawarkan majikannya dia lebih siap untuk masuk penjara, surat Yusuf 12;33 difirmankan Allah; “Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada mengikuti ajakan mereka kepadaku, dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cendrung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.

2. Pemuda Muhammad
Dalam sistim hidup jahiliyyah, pergaulan bebas, perzinahan dan sebagainya adalah hal biasa, bahkan menjadi kebanggaan. Minuman keras sudah menjadi hoby, merendahkan nilai anak perempuan sudah menjadi kebiasaan. Begitu juga berkata kasar, membangga-banggakan nenek moyang serta memuja berhala, merupakan tradisi dan selalu dipelihara oleh para tokohnya.

Semua itu tidak mempengaruhi Muhammad, ia selalu menghindar dari semua bentuk siap dan prilaku itu, bahkan membencinya. Suatu ketika pernah ia mencoba untuk ikut serta pada acara begadang pemuda jahiliyyah. Untuk itu, tugas mengembala kambing digantikan oleh temannya. Iapun mulai berjalan ke suatu lokasi, tempat anak-anak jahiliyyah begadang. Namun di perjalanan ia berpapasan dengan sebuah pesta kenduri perkawinan. Ia merasa tertarik, disaksikannya pesta itu sambil duduk-duduk. Tapi kemudian ia tertidur sehingga sama sekali tidak sempat terlibat dalam aktivitas jahiliyyah itu. Sejak itu, ia bertekad untuk tidak akan pernah ikut lagi. Ia selalu menyibukkan diri dengan menyendiri dan banyak berfikir tentang hakekat hidup. Semua ini mempertajam kemampuan berfikirnya.

Agaknya, umur 25 tahun merupakan umur kematangan pribadi seorang pemuda lahir dan bathin, terutama untuk menghadapi kehidupan berumah tangga. Masalahnya adalah bagaimana menjaga kesucian seorang pemuda pada usia itu. Bagaimanapun secara alami seorang pemuda memiliki naluri laki-laki dan nafsu syahwat. Nafsu syahwat dan naluri itu merupakan potensi besar untuk mempunyai daya dorong yang kuat. Ia harus dipelihara dan disalurkan sebagaimana hati nurani dan akal perlu dikembangkan.

Untuk memelihara naluri dan nafsu syahwa tidak ada cara lain yang terbaik kecuali dengan menikah. Dalam usia 25 tahun Muhammad menikah dengan wanita terbaik di Mekah yaitu Siti Khadijah, selama itu pula dia mampu menjaga kesuciannya sebagai seorang pemuda yang hidup dalam budaya jahiliyyah.

3. Musa dan Anak Gadis Nabi Syuaib
Ketika nabi Musa melerai pertengkaran dua orang pemuda di suatu tempat, salah seorang pemuda itu tidak mau mengalah sehingga Musa memukul salah seorang dari mereka sehingga jatuh tersungkur dan meninggal. Dengan kejadian itu Musa dianjurkan oleh masyarakat untuk melarikan diri sebab pemuda yang meninggal itu dari kalangan Fir’aun yang sedang berkuasa yang kebetulan menjadi ayah angkat Musa sendiri. Musa pergi tidak tahu harus kemana mengikuti langkah kakinya tanpa tujuan yang jelas, hanya untuk menyelamatkan diri.
Akhirnya dia sampailah pada sebuah kebun di negeri Madyan, dia bersandar pada sebuah batang pohon di kebun milik masyarakat karena keletihan, haus dan lapar yang dirasakan. Sementara itu dia melihat dari kejauhan ada serombongan lelaki yang sedang menimba air pada sebuah sumur untuk memberi minum domba-dombanya, yang menarik adalah Musa melihat pada tempat lain berdiri dua orang gadis yang sedang memegang ember menunggu giliran.

Musa mendekati gadis itu dan bertanya keadaan mereka, jawabnya adalah ”Kami sedang menunggu giliran, bila lelaki itu telah selesai barulah kami bisa mengambil air untuk hewan-hewan kami” jawab mereka. Mus menyela, ”Wah kalau begitu kalian terlalu lama di tempat ini, bolehkah kalau kalian saya bantu?”, dua orang gadis itu dengan senang hati mempersilahkan Musa menolong mereka, dengan mudah saja Musa dapat menyibak lelaki yang lain sehingga ia dapat membawa sekian ember. Dalam waktu singkat semua domba-domba milik sang gadis itu telah segar kembali dan merekapun pulang. Tidak lupa mereka mengucapkan terima kasih kepada Musa, pemuda yang telah menolongnya tanpa pamrih.

Sesampai di rumah rupanya sang ayah seorang nabi juga bernama Syuaib mempertanyakan kehadiran mereka, kenapa sekali ini sang anak cepat pulang dari menggembalakan domba dan tidak biasanya, sang gadis menjawab, ”Ayah, tadi ada seorang pemuda yang tubuhnya kuat yang menolong kami sehingga kami cepat pulang, tampaknya pemuda itu layak kalau kita jadikan sebagai pembantu kita di rumah ini, untuk melakukan pekerjaan yang tidak layak wanita mengerjakannya”, ayahnya meresfon, karena sudah ada sinyal dari malaikat bahwa pemuda itu adalah seorang nabi yang bernama Musa.

Sang ayah memerintahkan salah seorang anak gadisnya untuk menjemput pemuda yang ditemui tadi, ”Kalau begitu segeralah kamu jemput dia dan suruh kemari, biar kita beri upah atas jasa yang telah dilakukannya”. Sang putripun pergi ke tempat yang dimaksud, dia melihat Musa sedang duduk disebuah kebun. Dari jarak jauh dengan suara tegas dan lantang dia berseru, ”Tuan, ayah saya mengundang anda ke rumah, anda akan diberi upah atas jasa yang anda berikan kepada kami tadi”. Musapun menyanggupi ajakan gadis itu. Mereka berjalan dengan jarak yang jauh, sang putri di depan sedangkan Musa di belakang. Rupanya angin bertiup kencang yang menyibakkan rok si gadis sehingga nampaklah betis halusnya. Musa berkata, ”Hai tuan putri, sekarang anda berjalan di belakang saya, kemudian berikan aba-aba kemana arah jalan yang harus dilalui”.

Sebenarnya kesempatan baik bagi Musa dan anak gadis itu untuk berjalan berdekatan, saling bercanda bahkan mungkin bercumbu ria, tapi itu tidak mereka lakukan karena keduanya menjaga kesucian dirinya masing-masing. Maka sampailah Musa di rumah yang dituju, disambut oleh ayah si gadis itu dengan senang hati. Apalagi keduanya sama-sama nabi.

Melalui dialoq yang panjang akhirnya nabi Syuaib memilih Musa sebagai menantunya dengan syarat sebagai maharnya agar Musa siap menjadi pekerja di rumah itu selama sembilan tahun, ingin digenapkan sepuluh tahun bagus benar, kata nabi Syuaib dengan antusias. Selesai sepuluh tahun Musa di Madyan ini, dengan keluarganya dia diperintahkan Allah untuk kembali ke Mesir, disamping Fir’aun yang ayah angkatnya itu telah meninggal, saat itu Mesir dipimpin oleh Fir’aun lain yang lebih kejam dari yang lalu. Bahkan dia menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Inilah episode pertempuran al haq dan yang bathil antara da’wah Musa dengan arogansi kekuasaan Fir’aun.



4. Pemuda Yang Tekurung Dalam Gua
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, menceritakan, terdapat tiga orang pemuda yang sedang melakukan perjalanan. Ketika hari sudah malam, mereka masuk ke dalam gua dengan maksud untuk menginap di dalam gua satu malam saja. Setelah mereka berada di dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari puncak bukit itu dan persis menutupi pintu gua. Mereka mencoba mengeluarkan segala tenaga untuk menggeser batu besar itu. Tapi sedikitpun tidak bergerak, sebab memang beratnya bukan imbangan tenaga manusia. Dengan demikian mereka terkurung di dalam gua dan mungkin akan menemui ajalnya.

Pada saat-saat yang kritis itu mereka menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberikan jalan keluar bagi mereka dari kesulitan itu selain pertolongan Allah semata. Mereka memutuskan untuk berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amalan ikhlas yang pernah dilakukan, secara bergantian ketiganya berdo’a dengan khusyu’

”Ya Allah aku punya seorang ibu dan bapak yang sudah tua dan aku mempunyai seorang isteri dengan dua orang anak. Tiap pagi saya meninggalkan rumah, menggembalakan kambing, kalau sore aku pulang dengan membawa susu kambing murni yang segar untuk minuman ibu bapakku, isteri dan anak-anakku. Suatu hari ya Allah, ketika aku pulang agak terlambat, kudapati ayah dan ibuku sudah tidur, aku tidak tega mengganggu tidur mereka, sedang isteri dan anak-anakku merengek minta minuman susu itu, tapi tidak aku berikan sebelum ayah dan ibuku minum terlebih dahulu. Ya Allah seandainya yang aku lakukan itu adalah sebuah kebaikan, maka tolonglah keluarkan kami dari gua ini dengan selamat”.

Setelah pemuda yang pertama ini berdo’a, maka batu yang menutupi gua itu bergerak sehingga tamak secercah cahaya keberhasilan, tapi belum bis keluar. Pemuda keduapun berdo’a;

”Ya Allah, aku adalah seorang majikan dari sekian buruh yang bekerja di perkebunanku. Pada suatu hari salah seorang dari mereka pergi tanpa meninggalkan pesan sehingga upahnya belum diambilnya. Gaji buruhku itu aku belikan sepasang kambing yang aku urus dengan baik, sampai berbulan dan bertahun, maka jadilah kambing itu jumlahnya ratusan ekor. Tanpa diduga buruh itu datang lagi untuk meminta upahnya yang belum dibayar dahulu, maka ya Allah aku serahkan seluruh kambing itu kepadanya dengan ikhlas, andaikata ini suatu amal ibadah, mohon lepaskan kami dari bahaya ini”.

Tidak begitu lama batu itupun bergerak semakin lebar, tapi belum bisa dilalui, maka tampillah pemuda ketiga dengan do’anya;

”Ya Allah, aku adalah seorang pemuda yang punya kekasih, kebetulan dia anak pamanku yang cantik. Pada suatu hari aku berdua saja dengannya berjalan-jalan sehingga kami berada pada tempat yang jauh, tidak ada orang lain, kami hanya berdua saja, sehingga timbul syahwaku untuk menggaulinya dan diapun pasrah. Saat aku berada di atasnya untuk melakukan perbuatan nista itu aku sadar dan lari meninggalkannya, sungguh ya Rabbi semua itu karena hidayah-Mu dan aku tidak jadi melakukan perbuatan terkutuk itu, ya Allah bila ini suatu kebaikan maka selamatkanlah kami dari derita ini ”.

Tidak berapa lama sesudah pemuda itu berdo’a secara otomatis batu itu bergulir kencang meninggalkan mulut gua, maka selamatlah mereka dari bencana yang nyaris membunuh ketiganya.

Masih banyak kisah-kisah lainnya yang patut kita teladani dalam kehidupan ini seperti kisah Ashabul Kahfi yang dituturkan oleh Allah selama tiga ratus tahun lebih tidur dalam gua dalam rangka menyelamatkan imannya, kisah Ashabul Uhdud pemuda yang syahid di tiang gantungan demi menyelamatkan iman masyarakatnya. Demikian kisah lainnya seperti Ibrahim yang harus berhadapan dengan raja zhalim bernama Namruzd, Ismail yang rela menyerahkan nyawanya untuk disembelih hanya semata-mata memenuhi ujian yang diberikan Allah.

Adakah di zaman sekarang ini remaja, pemuda dan pemudi yang sekualitas itu, tergantung kita orangtua untuk mengusahakannya. Bila tidak ada usaha ke arah itu, tunggu saja kehancuran generasi masa depan, kecuali ada keajaiban, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 18072003].

Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar