Jumat, 20 April 2012

Ahli Agama dan Agamawan


Drs. St. Mukhlis Denros
Dalam agama ini terdapat beberapa perbedaan dan persamaan antara satu dengan lainnya, baik dipandang dari lahir maupun batinnya, walaupun seseorang lahir dengan kembarannya yang mirip dari segi wajah tapi kepribadian berbeda, yang satu mungkin pemarah sedangkan yang lain peramah.

Selama ini ada dua kata yang hampir bersamaan artinya tapi sebenarnya jauh berbeda yaitu pendidikan dan pengajaran, keduanya memang sama-sama berhadapan dengan murid tapi hakekatnya dan sasarannya tidaklah sama. Pengajaran berorientasi ke otak dengan pemberian ilmu sedangkan pendidikan menjurus ke hati melalui perkembangan rasa atau pertumbuhan rasa rohaniah.

Dengan demikian berarti pendidikan agama dan pengajaran agamapun berbeda yang dapat diartikan bahwa pendidikan agama yaitu suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama, anak dapat hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, sedangkan pengajaran agama berarti pemberian pengetahuan agama kepada anak sehingga anak mempunyai ilmu pengetahuan agama.

Kalau hanya sekedar pengajaran agama wajar kalau kita temu anak-anak yang mereka sekolah di pendidikan agama semisal PGA, Aliyah, Tsanawiyah, IAIN ataupun pesantren yang tidak mempraktekkan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari, karena mereka hanya diajar tentang Islam bukan dididik. Maka lahirlah ahli agama yaitu orang yang mengerti tentang segala ilmu agama tapi tidak melakukan syariat Islam bahkan untuk menghancurkan Islam. Contohnya Snouck Hugronye, seorang ahli agama, Oreintalis Belanda yang digunakan penjajah ilmunya untuk menghancurkan ummat dan Islam di Indonesia.

Masih lebih baik seorang agamawan yang hidupny agamais atau taat kepada Allah dengan ajaran Islam walaupun hanya sedikit ilmu agama yang dimilinya, meskipun yang dikehendaki adalah ‘ilmu amaliyah dan amal ilmiyah’, yaitu ilmu yang diamalkan dan amal yang sesuai dengan ilmu Islam. Orang yang banyak ilmu pengetahuan agama tapi tidak mengamalkan dijuluki oleh Allah sebagai unta yang memikul kitab di punggungnya, bagaimanapun banyak dan pentingnya buku itu, bagi unta sama saja seperti membawa beban lain. Dalam hal ini dapat kita baca dalam sejarah tentang tentang Isa yang menceritakan suatu kisah dalam kitab Injil, yang diriwayatkan oleh murid beliau bernama Barnabas.


Ada seorang manusia yang memiliki tiga kebun anggur, dia menyewakan kepada ketiga orang petani, A, B,dan C. karena A tidak mengetahui bercocok tanam kebun anggur, maka kebun itu hanya menghasilkan dedaunan. B mengajarkan C bagaimana cara menanam dan merawat anggur agar hasilnya baik. Ketika waktu telah datang untuk membayar sewa kebun kepada yang punya kebun, yang A berkata kepada tuannya, ”Tuan, aku tidak tahu bagaimana cara berkebun anggur, karena itu aku tidak menghasilkan satupun buah-buahan tahun ini”, tuan itu menjawab,”Bodoh, apa kamu tinggal sendirian di dunia ini, sehingga kamu tidak bisa minta nasehat dari pemeliharaan kebun B dan C yang mengetahui bagaimana mengolah kebun anggur. aki bat kelalaian si A akhirnya dia diusir dari kebun yang disewanya itu.

Tuan tanah datang ke tempat B dengan jawaban.”o, tuan, kebun engkau tidak menghasilkan apa-apa karena aku tidak memotong pohon lainnya dan tidak pula menggemburkan tanahnya”, lalu tuan memanggil si C dengan heran dia berkata, ”Hai C, kamu katakan kepadaku bahwa si B telah mengajarmu dengan sempurna cara menanam kebun anggur yang aku sewakan kepadamu. Kemudian bagaimana bisa jadi bahwa kebun anggur yang aku sewakan kepada B tidak menghasilkan buah, padahal sesmuanya sebidang tanah?”. dengan nada berhati-hati C menjawab,”Tuan, anggur-anggur tidak ditanam dengan bicara saja, tapi harus dengan memeras keringat, membanting tulang kalau mau hasil buah yang baik, bagaimana akan hasilnya baik kalau dia hanya menghabiskan waktu dengan teori dan cakap-cakap saja. Aku tidak banyak teori menanam anggur tapi teori yang sedikit itu aku praktekkan sehingga mampu membayar sewa kebun tuan untuk dua tahun mendatang”.Tuan itu marah pada si B yang tidak mampu membayar sewa kebun lalu mengusirnya.

Dari perumpamaan yang diceritakan Nabi Isa pada muridnya, dapat diambil pelajaran bahwa hidup harus punya ilmu, ilmu saja tidak cukup, harus diamalkan, lebih baik sedikit ilmu diamalkan daripada segudang teori tanpa praktek, hal ini sesuai dengan sindiran Allah dalam firman-Nya, ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat, amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.

Ayat ini merupakan peringatan kepada mereka yang banyak bicara tentang kebenaran Islam melalui seminar ke seminar, dari diskusi ke diskusi tapi tanpa mengamalkannya. Tidak luput disini teguran kepada da’i, mubaligh, ustadz serta penyandang tablihg lainnya. Segala disiplin ilmu Islam dia pandai bicarakan tapi tidak melakukan dengan berbagai alasan, orang yang demikian akan mendapat kebencian Allah dan menerima cemoohan dari manusia, lebih berbhaya dari itu ialah yang menutup kebenaran karena dia tidak melakukan, kita ambil contoh saya mengatakan bahwa jilbab/ pakaian menutup aurat yaitu pakaian menurut syariat Islam tidak wajib dengan sandaran karena keluarga saya tidak memakainya.

Suatu ketika seorang sufi terkenal yaitu Hasan Al Bisyri didatangi oleh beberapa orang budak, mereka menuntut agar jum’at besok sang Syaikh ini mengupas tentang pembebasan para budak. Setelah sebulan, dua bulan hingga lima bulan belum juga keluar fatwa sang kiayi tentang pembebasan budak sehingga para budak tadi mengambil kesimpulan bahwa pembebasan budak tidak menarik dibicarakan di mimbar jum’at, maka hilanglah aspirasi orang rendahan ini.


Namun tanpa disangka-sangka, disuatu jum’at sang syaikh berfatwa lantang sekali, bahwa membebaskan budah salah satu keutamaan seseorang untuk masuk syurga. Maka berdatanganlah para budak ke rumah Hasan Al Bisyri, mereka bertanya kenapa terlalu lama rentang waktunya, sejak tuntutan mereka sampai keluarnya fatwa dari sang syaikh. Hasan Al Bisyri menjawab, bahwa selama rentang waktu yang panjang ini, dia mempersiapkan bekal dari rupiah demi rupiah sehingga berhasil mengumpulkan uang untuk membebaskan seorang budak, beliau tidak mau menganjurkan kebaikan kepada orang lain sedangkan beliau tidak mengerjakannya. Demikian pula dia tidak suka melarang suatu perbuatan kalau belum siap meninggalkannya larangan tersebut.

Memang manusia memiliki kemampuan yang berbeda dari segi ilmu ataupun amal, ada yang banyak ilmunya tapi belum mampu mengamalkannya dan ada pula yang terbatas ilmu agamanya, tapi yang sedikit itu diamalkannya.

Ini masih lebih baik di hadapan Allah, mereka adalah agamawan yaitu orang yang mampu merealisasikan Islam dalam seluruh asfek kehidupan dari pada ahli agama yang memiliki setumpuk ilmu agama tapi dalam kehidupan sehari-hari tidak beda dengan orang-orang kafir sepak terjangnya,wallahu a’lam. [Tulisan ini pernah dimuat pada Harian Mimbar Minang Padang, 05072002].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar