Selasa, 17 April 2012

Menyelami Sang Pencipta


Drs. St. Mukhlis Denros
Sesungguhnya mengenal Allah adalah suatu azas yang berdiri atasnya seluruh kehidupan ruhani. Dari sinilah kita mengenal para Nabi dan Rasul, mengenal tugas dan sifatnya serta hajat manusia kepada risalahnya, mengenal mu’jizat, karomah dan kitab-kitab samawi, mengenal malaikat, jin, ruh dan hari akhir.

Seseorang yang mengenal Allah Swt pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan dan untuk apa ia berada di atas dunia ini. Oleh sebab itu ia tidak akan terpedaya oleh harta benda dunia. Sebaliknya seseorang yang tidak mengenal Allah, tentu ia akan terpedaya dan terpukau oleh indahnya dunia [6;130] yang pada gilirannya ia habiskan umurnya untuk mencari dunia, menikmatinya layaknya seperti binatang saja [47;12].
”Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.”

Seseorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang walaupun bagaimana keadaannya. Seandainya dia seorang miskin ia akan sabar, sebab ia tahu bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan baqa’ [abadi] tempat kenikmatan. Seandainya ia orang kaya ia bersyukur, sebab harta yang ada padanya sekarang ini hanyalah titipan Allah yang diamanatkan padanya.

Jalan Untuk Mengenal Allah
Tidak sedikit ummat manusia yang keliru mencari Khaliqnya sehingga hidupnya berada dalam kesesatan, jauh dari nilai agama yang benar bahkan mengambil berhala, batu, jin, manusia dan malaikat sebagai Tuhannya, segala bentuk isme dianut sehingga menenggelamkannya kepada kebinasaan. Ada dua jalan untuk mengenal Allah swt dengan baik yaitu;

Pertama, mengenal Allah melalui akal, banyak ayat Al Qur’an yang menggugah kita untuk berfikir [13;3, 16;11] bahkan Allah sangat mencela orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya dan akan memasukkan mereka ke dalam neraka jahanam kelak [7;179]

Ayat-ayat Allah yang dapat kita saksikan juga ada dua yaitu;
Ayat-ayat Kauniyyah
Yaitu fenomena alam yang nampak seperti terjadinya alam, sesuatu yang terjadi pasti ada yang menciptkannya [52;35], fenomena kehendak yang tinggi misalnya alam ini teratur rapi dan seimbang berarti yang Maha agung yang menghendaki demikian [67;3], fenomena kehidupan yaitu kehidupan di dunia ini terjadi dari berbagai jenis dan bentuknya [24;25] berarti disana ada yang menjadikan dan membentuknya, menentukan rezekinya dan meniupkan ruh kehidupan pada dirinya [29;20], fenomena petunjuk dan ilham seperti ketika kita memperhatikan alam disana ada petunjuk dari Allah, bagaimana seorang bayi yang baru lahir bisa mencari susu ibunya, siapa yang mengajar bayi tersebut ?

Seekor ayam betina untuk menetaskan telur yang sedang dieramnya dia selalu membolak-balik telur itu agar rata pengeramannya, siapa yang mengajar ayam berbuat demikian? fenomena pengabulan do’a yaitu suatu hal yang logis kalau manusia ditimpa musibah dia berdo’a dan do’anya itu dikabulkan oleh Allah [17;67].

Ayat – ayat Qur’aniyyah
Yaitu ayat-ayat Allah yang terdapat dalam Al Qur’an berupa ajaran-ajaran konsep hidup, peraturan yang lengkap merupakan mu’jizat yang menunjukkan adanya Allah, mu’jizat itu terdapat pada; keindahan penyampaian, ketinggian bahasanya dan kerapian susunan ayat-ayatnya, yang sampai kini tidak ada manusia yang mampu menandinginya [2;23], pemberitaan Al Qur’an tentang manusia lampau seperti tentang kaum ‘Ad dan Tsamud. Pemberitaan Al Qur’an tentang kejadian-kejadian yang akan datang persis seperti yang dikatakan Al Qur’an seperti tentang kekalahan bangsa Persia atas bangsa Romawi [30;1-3]. Penemuan ilmiah yang tidak mungkin ditemukan oleh seseorang umum, tidak pernah belajar, tidak bisa membaca dan menulis, seperti pemberitaan Al Qur’an yang mulanya bumi dan langit satu kemudian terpisah dari langit [21;30].

Kedua, mengenal Allah lewat memahami asma ul husna, yaitu nama-nama Allah yang baik seperti Allah sebagai Rabb [40;62], Allah sebagai Penguasa Raya [114;2] dan Allah sebagai Ilah yang wajib disembah [114;3, 20;14].

Hal-Hal Yang Menghalangi Ma’rifatullah
Ada beberapa hal yang menjadikan manusia tidak mengenal Allah dengan segala sifatnya, hal ini terjadi karena ada yang menghalangi, sehingga hijab penghalang tersebut tidak bisa tembus, bagaimanapun juga dalil-dalil diungkapkan, bahkan mungkin bila orang meninggal, hidup kembali lalu menyampaikan berita ghaib kepada manusia atas apa yang mereka alami di alam kubur dengan segala siksa dan kenikmatannya, sungguh tidak mampu membuka hijab penghalang tersebut.

Ada beberapa hal yang menghalangi manusia untuk mengenal Allah yaitu;
Pertama, terhalangnya ma’rifatullah bagi seorang hamba dikarenakan hanya menyandarkan segala sesuatu itu kepada panca indra [2;55] dengan alasan karena Allah tidak teraba dan tidak terasa sehingga mereka mengingkari keberadaannya.
”Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya".

Kedua, karena kesombongan, tidak sedikit tokoh-tokoh dunia mengakui kebesaran Islam dan kewibawaan Rasulullah, tapi ketika dituntut untuk beriman mereka harus menolak karena dapat merendahkan derajat mereka di hadapan para pengikutnya, sebagaimana Abu Thalib dan Abu Jahal, satu ketika mereka ditanya oleh seseorang sahabat Nabi tentang kebenaran Islam, maka Abu Jahal menjawab,”Seandainya islam ini turun bukan kepada Muhammad maka sungguh sayalah orang pertama yang memperjuangkan dan mempertahankannya, lantaran karena kepada Muhammad, nanti dulu !”

Demikian pula halnya Heraklius, sudah mengakui kebenaran wahyu Ilahi, bahkan dia pernah berkomentar,”Seandainya Muhammad datang kemari maka akan aku sembah kakinya”, ketika hal itu dia sampaikan kepada pengikutnya, maka para pendeta berkata,”Hai Heraklius, bila anda ingin beriman kepada agama yang dibawa Muhammad, silahkan tapi tinggalkan istana….” Waktu itu Heraklius berkilah “Ah, tidak, saya hanya menguji kalian, sampai dimana loyalitas kalian kepada saya”.
Fir’aun, Haman, Qarun, Namrudz dan tokoh-tokoh sombong lainnya menentang Islam karena kecongkakan mereka.

Ketiga, karena bodoh mereka sehingga tidak tahu mana yang hak dan mana yang bathil , tidak bisa membedakan yang haram dan mana yang halal, yang dibolehkan dan mana yang dilarang oleh agama islam [2;188]
”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

Keempat, yang menyebabkan manusia terhalang untuk mengenal Allah dengan baik adalah karena lengah dan lalainya sebagaimana firman Allah dalam surat Al Anbiya ayat 1-2
”Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,”

Kelima, yang menyebabkan manusia tidak dapat mengenal-Nya dengan baik karena ragu-ragu dengan kebenaran [6;109-110] sehingga mereka sibuk dengan meneliti dan mengkaji sampai usia beakhir masih juga sibuk meneliti kebenaran, wal hasil tidak sempat beriman kepada Allah, atau mereka menemukan kesimpulan yang keliru tentang adanya Allah.

”Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah." Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.”

Keenam, yang menyebabkan manusia tidak dapat mengenal kepada Allah sebagai Khaliqnya karena taqlid [5;104] yaitu menerima secara bulat informasi dari orang lain tanpa mau menelaahnya, sehingga terjadilah sesat menyesatkan.

”Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul." Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.”

Demikian pentingnya kita mengenal Allah sebagai Ilah yang wajib disembah, dicintai, ditaati, dikagumi, disyukuri karunianya sehingga menambah kemantapan posisi iman kepada Allah, para hukama dengan bijaksana telah memberikan pedoman, tidaklah kita jauh-jauh belajar tapi selidiki saja apa yang didalam tubuh manusia “Man arafa nafsah faqad arafah robbah ” Barangsiapa yang mengenal dengan baik dirinya sendiri niscaya dia akan mengenal dengan baik siapa Tuhannya” , wallahu a’lam, [Media Rakyat Sumbar Edisi 8 Desember 2004 ]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar