Selasa, 17 April 2012

Asal Kejadian Manusia


Oleh Drs. Mukhlis Denros
Allah menciptakan makhluk-Nya dengan berbagai asal kejadian, malaikat berasal dari cahaya, jin dan sebangsanya terbuat dari api sehingga kedua makhluk ini hidup tanpa memiliki jasad, sedangkan manusia adalah makhluk Allah yang terbuat dari tanah sebagai mana asal kejadian Adam As, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari jasmani dan rohani, kejadian jasmani terjadi melalui proses atau dengan istilah tingkatan, Al Insyiqaq 84;19 menerangkan firman Allah, ”Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat [dalam kehidupan] ” artinya ialah dari setetes air mani sampai dilahirkan, kemudian melalji masa kanak-kanak, remaja sampai dewasa. Dari hidup menjadi mati kemudian dibangkitkan kembali.

Manusia pertama yaitu Adam yang diciptakan dari tanah lumpur hitam dan tembikar sebagaimana firman Allah, ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia [Adam] dari tanah liat kering [yang berasal] dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan [ingatlah] ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ”Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering [berasal] dari lumpur hitam yang diberi bentuk” [Al Hijr 15;26 dan 28].

Dalam surat Ar Rahman 55;14-15, ”Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan dia menciptakan jin dari nyala api”. Kejadian Adam ini bukanlah seperti pendapat kita dahulu, cukup dengan ucapan ”Kun ” lalu jadi, bukan demikian, tapi mengalami proses yang cukup panjang sesuai dengan kemauan dan kehendak Allah.

Kejadian Adam setelah ditetapkan tinggal di bumi akibat menyalahi petunjuk Allah mengalami perkembangan melalui proses perkawinan sebagaimana firman-Nya, ”Hai sekalian manusia, bertawalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak....”[An Nisa’ 4;1].

Dari keturunan Adam inilah kejadian manusia mengalami proses yang lain dari kejadian asalnya, yaitu dengan proses perkawinan, Allah menerangkan beberapa versi kejadian manusia dalam Al Qur’an:
1. Berasal dari tanah
Dalam surat As Sajadah 32;7, Allah berfirman ”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulainya penciptaan manusia dari tanah”. Dalam surat Al An’am 6;2, ”Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal [kematianmu]... ”

Tanah yang dimaksud adalah secara tidak lansung yaitu segala yang dimakan manusia berasal dari tanah seperti tumbuh-tumbuhan yang dimakan, tumbuh-tumbuhan hidup yang mencari makanan dari tanah.

2. Berasal dari saripati tanah
Disini Allah lebih jelas menerangkan asal kejadian manusia yaitu bukan dari tanah mutlak tapi saripati tanah yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan/hewan lalu dimakan oleh manusia, ”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh [rahim]” [Al Mukminun 23;12-13].

3. Berasal dari sel benih
Kalau disebut dati tanah atau saripati tanah maka versi yang lain dikatakan dari sel benih, yaitu sel-sel pilihan yang disiapkan untuk kejadian manusia, katakanlah bibit unggulnya manusia, inilah yang disebut dengan mani atau sperma, ”Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hinan[air mani],” [As Sajadah 32;18].

4. Berasal dari air terpancar
Walaupun sel benih atau mani tadi sudah disiapkan untuk membuahi sel telur pada tubuh wanita, tidak akan berhasil bila ari mani tersebut tidak mau dan tidak mampu terpancar menemui sasarannya. Menurut penyelidikan dokter bahwa kekuatan pancar sperma mencari sel telur akan mempengaruhi keberhasilan terciptanya generasi baru, bila tidak ada daya untuk menembakkan sel benih ke sasarannya tentu saja tidak akan membuahi sel telur, ”Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan, dia diciptakan dari air yang terpancar” [Ath Thariq 86;5-6].

5. Berasal dari air yang tercampur
Bila kemampuan pancar tadi cukup kuat dia akan menemui sasarannya dan bercampur dengan sel telur maka dalam waktu yang telah ditentukan Allah percampuran sel telur dengan sperma akan membentuk jasad manusia baru. Walaupun sperma tidak dapat terpancar dengan baik sehingga tidak dapat menembus dinding rahim mencari sel telur dapat juga terjadi dengan jalan mencampurkannya di luar proses koitus, inilah yang disebut dengan bayi tabung, ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur” [Al Insan 76;2].

6. Berasal dari darah
Setelah percampuran sel lelaki dengan sel perempuan akan beraksi dan bereaksi dalam waktu 40 hari lamanya, 40 hari kedua air yang bertemu tadi akan mengental dan berkembang, inilah yang disebut dengan darah,”Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”[Al Alaq 96;2].

Asal kejadian manusia yang disebutkan Allah dengan berbagai versi tersebut tidaklah bertentangan antara ayat satu dengan ayat lainnya tapi memperinci dan memperjelas, bila disebutkan tanah saja tentu kita akan bertanya ”tanah yang bagaimana dan tanah jenis apa?” diperjelas oleh Allah yaitu dari saripati tanah, kemudian dari daripati tanah tadi setelah melalui proses kimiawi dalam tubuh manusia akan berujud sel benih, sel benih itu lalu dipancarkan maka tercampurlah dia, hasil percampuran inilah yang mengental menjadi segumpal darah. Proses selanjutnya darah akan berbentuk daging, juga membentuk tulang, lebih jelasnya dalam firman Allah Al Hajj 22;5, ”Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan dari kubuh maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kami sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angur kamu sampai kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahui...”

Kalau manusia menyadari asal kejadiannya yaitu dari tanah yang busuk, tidak laku dijual dan menjijikkan tentu dia tidak akan mampu berlaku sombong, angkuh, takabur dan menentang Allah, lalu disadari pula bahwa tubuh yang cantik, tampan dan gagah nanti hanya jadi santapan cacing-cacing tanah, hancur jadi tanah dan berbau, sungguh kehidupan ini hanya proses dari tanah dan akan kembali ke tanah. [Tulisan ini pernah dimuat pada Tabloid Lentera Padang Nomor 22/ Februaru 2000].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar