Sabtu, 21 April 2012

Jangan Terpengaruh Doktrin Menyesatksn


Drs. St. Mukhlis Denros

Sepanjang sejarah yang berlalu sepanjang itu pula terjadinya perubahan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh kondisi, situasi dan miliu. Akibatnya persepsi manusia zaman dahulu dengan manusia zaman sekarang berbeda. Kebenaran hari ini dapat ditolak dengan pendapat esok, ajaran dahulu akan terbantah oleh ajaran baru yang berdasarkan pengolahan dan kecerdasan manusia, karena ajaran yang lalu tidak ada standard juga bersifat relatif. Besar kemungkinan pendapat baru yang dipakai akan tergilas oleh pendapat lain yang lebih baru dan baik menurut zamanya atau akan kembali mencari dan menganut paham yang lalu dengan sedikit dipolesi pembaharuan, sebagaimana paham komunis terkubur dengan runtuhnya teori Darwin.

Michael Gorbachev, Presiden Uni Sovyet ketika itu, bersama Glasnot dan Prestroikanya menghembuskan angin segar bagi tokoh dan agamawan untuk menjalankan ibadahnya masing-masing tanpa merasa takut ataupun dimusuhi setelah sekian tahun dengan dada sesak tertekan ajaran Komunis yang memberi kekuasaan negara untuk memusuhi agama.

Di Uni Sovyet [kini setelah lemah menjadi negara-negara kecil dan Rusia] mesjid dan gereja tidak dapat dan dilarang untuk tempat ibadah, lalu terjadi perubahan dan dapat difungsikan seluruh rumah ibadah yang sebelumnya dijadikan sebagai musium. Berdasarkan Glasnot dan Prestroinkanya Gorbachev menurut penilaian sebuah tim bahwa dia telah berjasa dalam merintis perdamaian dan berhak menerima hadiah Nobel. Kita tidak tahu setelah generasi berikutnya bisa saja ajaran baru menyingkirkan atau menjungkirbalikkan hembusan angin segar ini menjadi angin panas yang mematikan.

Dari perjalanan sejarah kita lihat adanya empat doktrin yang berpengaruh di dunia ini, satu sama lain saling bertentangan dan tidak sepandangan, inilah Atheisme, Politeisme, Pertapaan dan Islam.

Pertama, Atheisme; paham ini berpendapat bahwa alam terjadi dengan sendirinya menurut ukuran yang telah ada. Manusia tidak perlu percaya kepada Tuhan karena kepercayaan itu hanya akan menghambat pemikiran, kebebasan dan pembangunan, adanya aturan yang menata manusia hanya sekedar hasil interaksi manusia dengan lingkungan, tentu saja peraturan ini landasannya hanya hawa nafsu manusia yang membuatnya. Paham ini mengajarkan bahwa manusia tidak akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan Tuhan tapi dia bertanggungjawab kepada penguasa, bila perbuatannya tidak sesuai dengan penguasa maka tempatnya di penjara.

Sifat dari faham ini materialistik, menilai segala sesuatu berdasarkan kebendaan. Ukuran keberhasilan manusia ditentukan seberapa banyak dia mengumpulkan benda. Disini tidak mengenal kalah dan menang karena konsep yang dipakai yaitu Machiavellis, dia seorang pakar politik yang mengajarkan tujuan menghalalkan segala cara. Cara yang digunakana tidak perlu tahu apakah baik atau tidak asal tujuan tercapai, sehingga kebaikan bukan suatu ukuran, bahkan kejahatan dinilai suatu kebaikan.

Faham ini melahirkan Nasionalisme yang beranggapan negaranya teratas dari segala negara lain, maka timbullah nafsu untuk menguasai bangsa lain, penindasan, penjajahan dan perkosaan hak-hak azasi manusia yang berlangsung untuk beberapa lama dari pemuas pribadi. Doktrin ini mengajarkan bahwa hidup manusia hanya di dunia ini saja dan akan hancur sesuai dengan masanya tanpa dibangkitkan di alam kubur, sehingga wajar kalau watak mereka perusak dan penghancur agama-agama dan penganutnya disiksa.

Kedua, Polytheisme, doktrin ini menakui bahwa alam diciptakan oleh banyak tuhan yang disebut dengan dewa. Kalau manusia ingin selamat hidup di alam ini harus berbakti kepada dewa-dewa yang kekuasaannya terbagi-bagi menjadi tuhan perusak, pencipta, pemelihara dan dewa-dewa lainnya sesuai dengan keinginan mereka untuk menciptakannya. Jadi tuhan tercipta dari keinginan atau pendapat manusia yang melahirkan pemujaan kepada patung-patung, orang-orang yang dianggap keramat atau pohon-pohon atau kuburan yang dikatakan memiliki kekuatan setara dengan Tuhan atau memang dewa yang bersemayam didalamnya. Faham ini ada kalanya mengakui bahwa tuhan memiliki anak, sebagaimana orang-orang Yahudi mengangkat Uzair dan orang Nasrani yang menobatkan Isa sebagai anak tuhan.

Satu alasan yang beranggapan bahwa Isa sebagai anak Tuhan karena dia lahir tanpa melalui proses perkawinan atau tidak ada bapaknya, kalau alasan ini dipakai jelas tidak kuat, kenapa bukan Adam saja yang dianggap sebagai anak Tuhan karena dia lahir lebih ajaib dari Isa. Isa masih ada ibu yang mengandungnya sedangkan Adam lahir tanpa ayah dan tidak ada ibu, mana yang lebih keramat?

Ketiga, Pertapaan; ajaran ini percaya bahwa alam diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tapi bukan untuk kesenangan. Alam ini sebagai penjara dan penyiksaan terhadap diri manusia, dengan pendapat segala penderitaan yang dialami di dunia ini sebagai balasan dosa yang telah dilakukan sedangkan segala kebahagiaan adalah balasan kebaikan yang telah dilakukan, untuk menyelamatkan diri dari dunia harus berkontemplasi atau bertapa, baik pertapaan fisik seperti tidak melakukan aktivitas, berdiam diri dengan duduk pada satu tempat, tidak makan dan tidak minum serta berpakaian yang serba jelek, atau mereka mengekang keinginan terhadap dunia, karena dunia hanya menjanjikan kesengsaraan, kenikmatan dunia adalah semu, akhiratlah atau hidup setelah kematian itulah kehidupan yang layak dikejar.

Doktrin ini melahirkan anti sosial, tidak peduli dengan lingkungannya bahkan mereka cendrung mengasingkan diri melalui hidup di goa-goa atau dalam pengembaraan sepanjang hidupnya, salah satunya membentuk pendetaisme sebagai pendeta yang mengharamkan perkawinan, membunuh fihrah dan nalu bri manusia dengan mengekang diri tanpa menikah sebagaimana layaknya manusia, tak ubahnya dengan biaraisme. Apakah dengan ajaran ini betul-betul terkekang naluri manusiawinya ? Ternyata di beberapa negara bertebaran anak-anak haram yang tidak tahu siapa bapaknya.

Salah satu fithrah manusia yaitu memiliki nafsu biologis yang harus disalurkan sesuai dengan jalan yang benar melalui pernikahan. Mungkin secara formal dia dapat dikatakan mampu sebagai pendeta atau biarawati tapi dibalik itu penyelewengan seks akan terjadi dalam berbagai bentuk. Manusia bukan malaikat, dan tidak bisa menuruti kehidupan malaikat. Kalau doktrin pertapaan ini dituruti maka memiliki sifat pesimis, dia anggap dunia ini tidak berharga sehingga segala kesenangan wajar didalamnya yang layak direguk manusia dijauhi atau dicampakkannya.

Keempat, Islam, bukanlah ajaran yang timbul dari nalar atau nafsu manusia tapi adalah wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad. Ajarannya sesuai dengan fithrah dan naluri manusia yang ditentukan oleh Allah, yang disebut dengan islam bukan Muhammadisme sebagaimana yang dikatakan oleh para orientalis, karena islam bukan ajaran yang timbul dari fikiran Nabi Muhammad, dia hanya sebagai penyampai kebenaran kepada manusia.

Islam mengakui bahwa dunia diciptakan oleh Allah, Tuhan Yang Esa, baik sifat ataupun perbuatannya sedangkan manusia hanya sebagai hamba yang wajib mengabdikan diri kepada-Nya, ”Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku” [Adz Dzariat 51;56].

Kesenangan atau kesengsaraan yang diterima manusia di dunia ini bukanlah balasan dari Allah tapi sekedar ujian, apakah yang menerima kesenangan akan bersyukur atau kufur, atau apakah mendapat kesengsaraan akan bersabar atau putus asa, dunia dengan kebahagiaan dan kesenangan serta kesengsaraan dan penderitaan hanya sebagai media testing saja.



Karena perjalanan sejarah serta pengaruh ajaran-ajaran lain, kini islam telah pula berbaur dan bercampur, bukan ajarannya yang bercampur lalu menghilangkan ajaran islam yang asli akan tetapi oleh pemeluknya yang telah menyalahi ajaran islam, menyelewengkan ajarannya. Doktrin aheisme dalam islam tampak pada pemeluk yang kurang yakin dengan Allah atau sama sekali menghilangkan ajaran islam tetapi atribut islam masih melekat. Hal ini terjadi bila kemiskinan menimpa yang berkepanjangan lalu sudi menuduh Allah tidak adil, Allah telah hilang dari kehidupannya. Ajaran politheisme masuk dalam islam dengan penyembahan kepada para wali, pengabdian kepada batu atau kuburan, inilah yang disebut dengan syirik.

Sedangkan pertapaan menyelusup dalam ajaran islam dengan ajaran tidak mau melaksanakan sunnah Nabi yaitu nikah, dengan mengadakan petualangan ke tempat-tempat sunyi sebagai seorang sufi dengan pakaian compang camping, meminta-minta serta malas berbuat, beranggapan dunia ini miliki orang kafir dan milik kita ialah akherat. Padahal islam menuntut ummatnya untuk berbuat bagi dunia dan mencari ladang akherat. Bila ajaran ini terpatri dalam benak pemeluknya jadilah islam itu terpenggal-penggal.

Ada ummat islam berwatak atheisme, predikatnya islam tapi pelaksanaannya politheisme. Orang yang dibesarkan dalam lingkungan islam tapi pemikirannya bercorak pendetaisme atau biaraisme, sedangkan Allah telah memperingatkan agar kita berhati-hati dengan ajakan ajaran syaitan yang berkedok kebaikan, ”Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam islam itu keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata” [Al Baqarah 2;208].

Kewajiban semua ummat islam tanpa kecuali untuk tetap berada dalam lingkaran poros islam secara kaffah lahir dan batin, pemikiran dan amalnya sesuai dengan islam, tidak terpengaruh dengan tiga ajaran baik atheisme, politheisme, maupun pertapaan. Untuk itu ummat islam harus berhati-hati bahkan menentang ajaran tersebut minimal membenahi pribadi dan keluarga masing-masing. Tantangan islam bukan hanya atheisme, politheisme dan pertapaan tapi juga faham dan ajaran yang lain secara nyata bertentangan dengan islam yaitu materialisme, kapitalisme, zionisme, salibisme serta isme-isme lainnya.

Permusuhan ini akan tetap berkepanjangan sampai akhir zaman sebagaimana bangsa Arab yang dibantai oleh Yahudi Zionis Israel, sebagaimana ummat islam yang terpaksa menggadaikan aqidahnya karena bujuk rayu propaganda mereka melalui bantuan sosial dan gerakan-gerakan lainnya yang tersusun rapi, Allah memperingatkan, ”Mereka Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu sehingga kamu mengikuti millah mereka” [Al Baqarah 2;2;120] ’’Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu hingga kamu meninggalkan agama ini, jika mereka mampu” [Al Baqarah 2;217].

Kepada kita semua, perlu kiranya untuk mewaspadai segala bentuk doktrin yang menyesatkan, jalan keluarnya adalah tarbiyah islamiyah yang kontinyu dan menyeluruh agar hidup kita ini imun [kebal] dari segala serangan. Dengan tarbiyah juga akan membentuk kepribadian islami dengan karakter; salamatul fikrah, yaitu fikiran yang selamat, tidak terkontaminasi oleh racun-racun yang menyesatkan, salimul aqidah, yaitu aqidah yang selamat dari noda-noda syirik, shahihul ibadah, yaitu ibadah yang mengacu pada tuntunan Rasululah dan mathinul khuluq yaitu prilaku yang sollid, wallahu a’lam [Harian Mimbar Minang Padang, 20, 27/09 dan 11102002].


Penulis Drs. St. Mukhlis Denros
Ketua Yayasan Garda Anak Nagari Sumatera Barat
Anggota DPRD Kab. Solok 1999-2009
Hak Cipta Dilindungi Allah Subhanahu Wata’ala
Tidak Dilarang Keras Mengkopi dan Menyebarkan Materi ini
dengan menyebutkan sumbernya; http://mukhlisdenros,blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar