Selasa, 17 April 2012

Pengaruh Lingkungan

Oleh Drs. Mukhlis Denros

Lingkungan keluarga adalah pembina utama dan pertama dalam pembinaan kepribadian anak, kemudian pada umur sekolah pertumbuhan anak dipengaruhi oleh guru, pada usia anak-anak suka hidup bermasyarakat, jika temannya baik maka ia cendrung akan baik pula demikian sebaliknya, sehingga pergaulan bagi sianak akan mempengaruhi pertumbuhannya. Untuk itu orangtua agar berhati-hati dalam melepas anaknya hidup bergaul dengan anak-anak lain, Rasulullah bersabda’
”Perumpamaan teman bergaul yang baik dan teman yang jahat ialah bagaikan pedagang minyak wangi dan tukang besi,bila berteman dengan pedagang minyak wangi akan memperoleh salah satu dari dua kemungkinan, membeli minyak wangi atau kena percikan harumnya minyak wangi tersebut, dan berteman dengan tukang besi akan memperoleh dua kemungkinan, badan akan terpercik api atau memperoleh bau yang tidak sedap”

Lingkungan yang rusak akan menciptakan manusia yang rusak pula sebab si anak dengan muda meniru tingkah laku temannya, ahli hikmat berkata,”Bila kau berteman dengan pencuri, minimal cara mencongkel pintu dapat kau kuasai dan bila berteman dengan orang alim minimal membaca bismillah kau dapat”.

Tumbuhnya kenakalan remaja seperti terlibat narkoba [narkotik dan obat-obat terlarang], mabuk-mabukan, mencuri, memperkosa, membunuh dan perbuatan biadab lainnya, semuanya berangkat dari keadaan lingkungan yang tidak sehat, baik lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat sekitarnya.

Dalam Shaheh Muslim dapat kita ikuti sebuah riwayat bagaimana rusaknya manusia bila dia hidup dalam lingkungan yang tidak baik;
Zaman dahulu ada seorang pembunuh yang telah membunuh korbannya sebanyak 99 orang, lalu dia bertanya kepada penduduk negeri, siapa orang yang paling alim di negeri ini, maka ditunjukkan seorang Rahib, didatanginya Rahib itu seraya mengatakan bahwa dia telah membunuh 99 orang, kemudian dia bertanya, apakah pintu taubat masih terbuka untuknya ? jawab Rahib, tidak. Maka dibunuhnya Rahib itu dan genaplah korbannya 100 orang.

Kemudian dia bertanya pula kepada warga setempat tentang orang yang paling alim di kampung itu, maka ditunjukkan orang kepadanya seorang ulama. Dia menceritakan bahwa ia telah membunuh korbannya 100 orang, apakah pintu taubat masih terbuka baginya, jawab orang alim itu, ya bertaubatlah. Orang alim itu melanjutkan, kalau anda ingin bertaubat atas perbuatan jahat yang pernah dilakukan, maka sinsaflah dan ikutilah jalan Allah, pergilah anda kesuatu tempat yang disana penduduknya menyembah Allah, sembahlah Allah bersama-sama mereak dan janganlah kembali ke negeri anda, karena negeri anda telah rusak....

Walau seseorang yang jahat kemudian bertaubat maka untuk menjadi orang yang baik dia harus meninggalkan lingkungan yang rusak, mencari tempat baru atau istilah agama hijrah, sebab kalau tidak hijrah taubatnya akan luntur dan lentur kembali. Apalagi bagi anak-anak yang masih mentah lagi fithrah. Sangat diperlukan lingkungan yang harmonis, bi’ah shalihah [lingkungan yang bersih], tertib, aman tentram serta damai, baik di rumah,di sekolah maupun di masyarakat agar menciptakan suasana agamis.

Suatu fakta telah membuktikan bahwa manusia dibesarkan oleh lingkungannya, terdapat dua anak manusia yang ditemukan oleh seorang pemburu di liang Srigala di pegunungan Himalaya dalam tahun 1920 dan kemudian diserahkan ke rumah yatim piatu di Madnafur. Perkembangan kedua anak perempuan yang diberi nama Amala dan Kamala oleh Jel Singh. Amala sesudah satu tahun berada dalam rumah yatim itu meninggal, tetapi Kamala tinggal disana sampai umur 17 tahun dan meninggal tahun 1929.

Waktu baru masuk asrama prilaku mereka seperti Srigala; merangkak dengan kaki tangannya, melolong pada bulan terang, menggonggong seperti srigala, berani keluar malam hari, siang hari hanya tidur, makan hanya daging mentah, air tidak diteguk tapi dijilati dengan lidah, tak dapat berbicara. Cirinya seperti manusia yang pertama yaitu berjalan tegak lurus baru dapat dikuasai oleh Kamala sesudah 4 tahun belajar, itupun belum dapat berjalan cepat, pelajaran bahasa lambat dan lama sekali, sampai meninggalnya Kamala pada umur 17 tahun ia hanya dapat menguasai 50 kata.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,”Setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci, maka orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi dan Nasrani”

Artinya orangtua memegang peranan penting dalam mencetak anak agar jagi anak yang baik, kalau hal ini dilalaikan maka kehancuran manusia akan terjadi, dia akan terseret ke lembah kenistaan dan kemaksiatan karena terjerembab dalam pergaulan lingkungan yang tidak baik.

Jauh sebelumnya Allah telah memperingatkan kepada orangtua agar menyelamatkan pribadi dan keluarga dari hal-hal yang dapat membawa ke neraka, hal ini tercantum dalam surat At Tahrim 66;6
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Bila orangtua ingin anaknya menjadi baik, shaleh dan shalehah maka lingkungan keluarga dahulu harus baik, jangan harapkan anak akan berkata baik dan benar bila di rumah tangga dia mendengar kata-kata kotor yang meluncur dari bibir ayah dan ibunya, jangan mengharapkan akan lembah lembut sang anak dalam bersikap bila ayah dan ibunya bersikap kasar, keras dan kejam kepadanya, jangan harapkan anak akan rajin mengaji, menegakkan shalat dan berakhlaq sebagaimana akhlak rasul dan para sahabat bila contoh teladan tidak dia peroleh dari ayah dan ibunya, wallahu a’lam [Risalah Da’wah Al Furqan Solok No. 218/ Maret 1998].



Tidak ada komentar:

Posting Komentar