Selasa, 17 April 2012

Memurnikan Kalimat Syahadat


Drs. St. Mukhlis Denros
Keselamatan hidup manusia terletak sampai dimana dia mampu mensucikan tauhid dari noda-noda syirik, memurnikan kalimat syahadat dari segala kotoran sekaligus menerapkan dan memperjuangkan kalimat ini hingga akhir kehidupannya [9;111], setelah itu barulah bermakna hidup dan perjuangannya yang akhirnya akan dibalas dengan syurga [2;25].
”Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”

Sebenarnya orang-orang kafir Quraisy dahulu juga mengakui Allah sebagai Pencipta [7;52], Pemberi rezeki [10;31-32], Pengatur alam jagad raya [39;4-6], sebagai Penguasa [35;11-14], Maha Perkasa [30;26-30] namun demikian mereka hanya mengakui Allah sebagai “Rabb” saja, tapi menolak Allah sebagai “Ilah”, mereka tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah [114;3], sebagai Tuhan yang wajib dicintai [2;165, 9;24] sebagai Tuhan yang berhak ditaati segala aturannya [2;285, 24;51] dan mereka juga menolak Allah sebagai satu-satunya Penolong dalam hidup ini [2;257]
”Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”.

Itulah pengakuan kafir Quraisy kepada Allah tidak murni, tauhid mereka dicampuri dengan noda-noda syirik, mereka mengenal Allah sebatas apa yang mereka dapat lihat dari hasil perbuatan-Nya tapi tidak mau kenal Allah hingga mendatangkan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya.

Seorang mukmin yang telah menyatakan diri sebagai muslim dengan mengucapkan kalimat syahadat dituntut untuk memurnikannya agar syahadat tersebut diterima Allah, bila melanggar aturan Allah otomatis telah merusak tatanan syahadatain, tentu saja syahadatnya batal dan tidak diterima Allah, dimanakah posisi seseorang yang syahadatnya batal dan tidak diterima Allah ?

Ada beberapa syarat agar syahadat kita diterima Allah dan tercatat sebagai muslim yang tidak hanya formalitas tapi terujud dalam segala asfek kehidupan lalu mengantarkannya ke alam akherat dengan segala kemenangan, syarat yang dimaksud adalah;

Pertama, syahadat akan diterima Allah bila seseorang itu mampu menghindari segala prilaku jahiliyah pada seluruh asfek kehidupan. Yang dimaksud dengan jahiliyah adalah segala tata aturan kehidupan manusia diluar konsep Islam, baik berasal dari adat istiadat, budaya barat maupun pemikiran manusia lainnya, hal ini bisa saja dalam sistim perdagangan yang cendrung menjalankan praktek ribawi, dalam bidang budaya bercorak primitif, dalam pergaulan dengan watak permisiv [serba boleh], dalam bentuk agama bersifat sinkritis [semua agama sama] dan seluruh kehidupan yang jauh dari tata aturan Islam.
Disamping itu orang-orang jahiliyah selain beriman kepada Allah mereka juga mencari tuhan-tuhan lain sebagai tandingan [47;19] yang menghancurkan keimanannya. Bagi seorang muslim dia harus mampu menerapkan Islam dalam seluruh asfek kehidupannya secara kaffah [menyeluruh 2;208].
”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Kedua, keimanan seseorang akan ditolak Allah walaupun telah mengucapkan syhadat bila dalam hatinya terbersit sedikit saja keraguan, ragu dengan hukum Allah, ragu dengan segala ketentuan Allah dan ragu dengan segala aturan yang dirancang Allah melalui wahyu-Nya, sehingga mengharuskan ummat untuk merevisi Al Qur’an bahkan Al Qur’an dikatakan bertentangan dengan zaman, sebenarnya kita tidak perlu ragu dengan segala keimanan kita bila syahadat tersebut telah duduk di hatinya, namun demikian Allah membalas imannya sesuai dengan keyakinannya itu [49;15]
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.

Ketiga, syahadatain akan diterima Allah bila menjauhi syirik, inilah penyakit terbesar ummat ini, imannya ternoda oleh kemusyrikan sehingga iman demikian tidak ada lagi artinya kecuali mereka bertaubat [31;13], syirik yang paling ringan adalah beribadah bukan karena Allah, ini saja sudah cukup untuk memasukkannya ke neraka dan menggugurkan amaliyah ibadah seluruhnya [98;5], orang yang mampu membersihkan tauhidnyalah yang tidak akan tergiur oleh rayuan dan godaan iblis, karena relung hatinya telah terisi penuh dengan tauhidullah [15;39-40]
”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka."

Keempat, syahadat kita tidak akan bermakna di sisi Allah bila terselip di hati kita sifat nifaq, yaitu imannya hanya di bibir saja sedangkan hatinya menolak keimanan tersebut [2;8], bila ini terjadi maka sia-sialah keimanan seseorang, ibadah yang dilakukan hanya mendapat letihnya saja tanpa hasil yang dapat dibawa ke akherat. Rasulullah menggambarkan watak munafiq itu dengan tiga ciri; bila berbicara dusta, bila berjanji ingkar dan bila diberi amanat dia khianat.
”Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”

Kelima, syahadat akan diterima Allah adalah syahadat yang diiringi dengan amal shaleh ,amal merupakan ujud nyata dari persaksian [8;2], imanpun harus terhunjam di hati nurani [8;2] dan terucap di lisan [24;51]. Bila iman hanya di hati saja maka Fir’aun juga beriman [10;90], atau syahadat hanya terkesan di bibir saja, maka munafiq lebih beriman dari pada kita [2;8], iman yang hanya terlihat pada amal saja tanpa didorong oleh motivasi hati nurani untuk berbuat maka nilainya sia-sia.
”Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” Al Baqarah 2;25]

Keenam, syahadat harus teraplikasi melalui ketundukan kepada Allah tanpa dicemari oleh pembangkangan. Secara amal sebenarnya Iblis telah banyak beramal dari pada Nabi Adam bahkan dialah senioritas dibandingkan makhluk Allah yang lain, hadits Rasulullah juga menginformasikan bahwa tidak ada tanah yang kosong di dunia ini, semuanya telah digunakan oleh Iblis untuk menyembah Allah, tapi penyembahan Iblis tadi tidak diiringi oleh sikap loyalitas yang penuh kepada Allah sehingga begitu Allah memerintahkannya untuk sujud, nampaknya ketika itu Iblis tidak loyal kepada Allah sehingga gugurlah semua ibadahnya dan dia dicap oleh Allah sebagai makhluk yang terlaknat [15;39].

Adapun rukun kalimat syahadat adalah pertama meniadakan seluruh bentuk tuhan-tuhan kecil yang ada di dunia ini, baik tuhan hawa nafsu [25;43], tuhan patung dan berhala [26;69-76], tuhan dari jin dan malaikat [34;40-41], tidak menjadikan para nabi sebagai tuhan [3;79] serta meninggalkan tuhan-tuhan thaghut [2;256].
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Sedangkan rukun kedua dari syahadat atau kalimat “Laa ilaaha illallah” adalah menetapkan bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah semata, dalam surat Al Anbiya’ 21;25 Allah berfirman, ”Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya,”Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

Bagi orang yang mengucapkan syahadat, mempelajari, menghayati serta memperjuangkan akan mendapat fadhilah yaitu keutamaan; aman dari azab Allah di dunia dan di akherat [6;82] dan merupakan sebaik-baiknya iman sebagaimana sabda Rasulullah,”Iman itu ada 70 cabang, yang penting dan utama adalah Laa Ilaaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan duri dari jalan”[HR.Muslim], dengan syahadat akan menghapuskan segala dosa dan maksiat yang dilakukan seorang muslim, kalimat ini pula yang menyebabkan kita masuk ke syurga dan tidak kekal di neraka, Rasulullah bersabda,”Allah berfirman,”Barangsiapa menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun maka ia masuk syurga, barangsiapa menemui-Ku dengan sesuatu perbuatan syirik pasti ia masuk neraka”[HR.Muslim].

Itulah sebabnya Lukmanul Hakim sejak dini membersihkan hati anaknya dari noda-noda syirik yang dapat merusak tauhid seseorang [31;13] dan menjadikan pondasi pendidikan itu adalah tauhid yang bersih setelah itu baru yang lain seperti hormat kepada orangtua, shalat, zakat, amar ma”ruf nahi mungkar,
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." walllahu a’lam [Media Rakyat Sumbar Edisi 7/ 1 Oktober 2004]






Tidak ada komentar:

Posting Komentar