Jumat, 20 April 2012

Tempaan Hidup Manusia


Drs. St. Mukhlis Denros

Salah satu sifat manusia yang dilukiskan Allah dalam Al Qur’an ialah sifat keluh kesah dan ingin cepat melihat hasil usahanya; hal ini membuat manusia merasa diburu waktu, nafasnya tersengal-sengal, langkahnya cepat namun tidak terkontrol lagi jalan yang akan ditempuh.

Waktu memang berharga tapi harus diperhitungkan rugi laba dalam mempergunakannya, letak berharganya waktu bukan tergantung banyak hasil yang diperoleh dari hari ini sementara mengabaikan kualitas, untuk memperoleh mutu yang tinggi waktu singkat tidak mungkin, tentunya dalam tempo panjang dengan berbagai macam perbaikan disana sini serta mengurangi segala hal yang dapat menghambat.

Manusia akan ditempa oleh waktu, lingkungan dan pendidikan yang diperolehnya selama mengontrak sebidang kehidupan di dunia ini, seorang Nabi lebih dahsyat tempaannya daripada manusia biasa, cobaan yang diterimanya akan menentukan sampai dimana mutu manusia itu.

Dalam menghadapi segala tempaan ini, tidak sedikit manusia yang gugur dan gagal, putus asa dalam kehampaan, tidak sanggup menerimanya ibarat padi dalam satu tangkai yang memiliki beberapa butir, setelah datang berbagai bencana seperti serangan hama, angin serta banjir maka tidaklah semuanya akan jadi padi yang montok dan berisi, tentu ada juga butir yang hampa hingga tidak masuk dalam hitungan.

Manusia dalam menyelesaikan hidup ini cendrung kepada apa yang nampak lahir saja, tidak mau menguak makna yang terkandung di balik itu, setiap yang lahir belum tentu baik bagi manusia, nampaknya baik tetapi terselip penderitaan.

Kerugian dalam perdagangan adalah hal yang tidak diinginkan manusia siapapun orangnya, tetapi dibalik itu bagi kita akan menjadikan selalu berhati-hati, tidak seenaknya dalam menggunakan modal.

Tidak lulus dalam ujian bagi seorang pelajar adalah beban yang memusingkan namun dibalik itu akan menjadikan pelajar tadi semakin tekun dan rajin mengikuti pelajaran dimasa datang.

Terlalu sulit bagi manusia untuk mencintai hal-hal yang tidak disukai seperti musibah, kegagalan dan lain-lainnya walaupun disebelah kejadian itu terkandung hikmah yang besar, Allah berfirman, ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” [Al Baqarah 2;216].

Kepercayaan kepada ketentuan Allah menimbulkan keseimbangan jiwa, tidak putus asa bertemu suatu kegagalan, hidupnya selalu optimis dan tidak pula membanggakan diri karena sebuah kemujuran sebab segala sesuatu bukanlah hasil usahanya sendiri. Juga akan membawa manusia kepada peningkatan ketaqwaan bahkan segala keberuntungan maupun kegagalan dapat dijadikan sebagai ujian dari Allah, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,”Kami telah beriman” sedangkan mereka tidak diuji lagi ?”[Al Ankabut 29;2].

Dalam menghadapi ujian ini harus pula terujud sikap-sikap keimanan bagi seorang muslim yaitu sesuai dengan At Taubah 9;111-112,”Sesungguhnya Allah telah memberi dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka, mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh, itu telah menjadi janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah lebih menepati janjinya selain Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji Allah, yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan memelihara hukum-hukum Allah, dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”.

Dari ayat di atas ada beberapa sikap mukmin yang harus dimiliki manakala kita ingin menjadi seorang mukmin yang kelak meraih syurga yang dijanjikan Allah. Sikap seornag mukmin bila melakukan kesalahan atau dosa maka tidak segan-segan dan tidak menunda untuk bertaubat membersihkan dirinya karena sesuai dengan ajaran Allah dalam Ali Imran 3;133, ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”.

Kehidupan seorang muslim nampak dalam semaraknya mereka melakukan ibadah kepada Allah yang merupakan sikap ketundukan atas perintah Allah, ”Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum diantara mereka, ucapan mereka ialah ”Kami mendengar dan kami patuh”, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” [An Nur 24;51].

Dalam setiap gerak dan gerik muslim tidak pernah lepas dari pujian dan sanjungan kepad Khaliqnya, ini bertanda kesyukuran kepada Allah karena dapat mengatasi ujian hidup dengan baik,”Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku” [Al Baqarah 2;152].

Dari sikap diatas akan membawa seseorang muslim menghadapi kehidupan ini tanpa harus mengeluh dan takut karena semua itu uji coba dari Allah. Ujian itu adakalanya sengsara, ada dengan penderitaan atau ujian yang berbentuk kesenangan, kemewahan dan keberhasilan. Nampak prilaku seorang muslim yang selalu bertaubat dikala melakukan kesalahan atau sebaliknya merasa diri suci, selalu taat beribadah dan bersyukur kepada Allah atau malah mengingkari nikmat yang telah diberikan Allah.

Realisasi dari iman harus diwujudkan dalam merentang tali menuju hidup yang hakiki, syurga tidaklah semudah yang kita impikan, dia milik Alah bukan milik nenek moyang kita, harus diperoleh sesuai dengan persyaratan yang disediakan-Nya, ”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah yang berjuang diantara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar”[Ali Imran 3;142].

Kesabaran dalam menerima tempaan hidup ini mutlak diperlukan, betapa tidak, angin yang kencang, petih bergelegar, bah yang dahsyat setiap saat akan menguji butir padi yang terdapat pada tangkainya, setiap insan akan menghadapi ujian dengan berbagai bentuknya untuk mengetahui kualitas seseorang, bukankah emas dapat dikatakan emas setelah mengalami ujian dan tempaan. [Tulisan ini pernah dimuat pada Harian Mimbar Minang Padang, 17122008].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar