Selasa, 17 April 2012

Kewajiban Mukmin Terhadap Allah SWT


Drs. St. Mukhlis Denros
Hadirnya manusia di dunia ini bukan untuk makan, minum, berkeluarga serta punya keturunan, dan itu bukan tujuannya, namun punya program yang cukup matang dari yang menciptakan hidup ini yaitu Allah Swt, ada hak dan kewajiban yang perlu dipenuhi, apalagi sebagai muslim yang beriman kepada Allah dengan segala konsekwensinya harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa kewajiban mukmin terhadap Allah yaitu;
Pertama, mengerjakan rukun islam yang lima, ruang lingkup ini mengajak seorang mukmin ntuk beribadah dan beramal, sejak dari mengucapkan syahadat, shalat, puasa, zakat hingga menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu. Salah satu rukun islam yang lima ini kita ingkari berarti gugurlah semuanya. Pelaksanaan rukun islam ini juga sesuai dengan hirarkinya, bagi mereka yang belum duduk persoalan syahadatnya jangan dituntut untuk baik menegakkan shalat, bagi yang masih belum sempurna ibadah shalatnya tidak akan sempurna ketika mereka menunaikan puasa, zakat dan haji.

Di tengah masyarakat, rukun islam tersebut tidak berlaku semuanya secara bertingkat, tapi mereka lakukan menurut selera masing-masing, kita lihatlah setelah syahadat diucapkan, walaupun sudah bertahun-tahun masuk islam, masalah shalat belum juga beres, namun ketika datang waktu bulan Ramadhan maka ibadah ini dikerjakan dengan baik sementara shalat diabaikan, begitu juga zakat terabaikan dibandingkan ibadah haji, karena pembayaran zakat sangat berat sekali sebab muzakki tidak menikmatinya lansung di dunia, tapi haji walaupun berjuta-juta dikeluarkan juga bahkan ada yang sudah berulang-ulang menunaikan ibadah ini karena ada unsur show dan fikniknya.

Kedua, menerima ketentuan Allah dengan ridha, segala keputusan dan ketentuan Allah harus diterima dengan baik karena ini berkaitan dengan aqidah, ketika mempertanyakan ketentuan Allah maka nampaklah kadar iman dan aqidah seseorang. “orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innalillahi wainna ilaihi raji’un” [2;156]

Ketiga, kewajiban seorang mukmin kepada Allah juga termasuk berbuat karena mengharapkan ridha Allah yaitu ikhlas. Amal manusia mukmin dipandang Allah bukanlah banyaknya tapi kualitasnya, amal yang berkualitas adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas “Tidaklah Aku perintahkan menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan ikhlas”[98;5]

Keempat, juga termasuk kewajiban kita kepada Allah adalah sabar agar mendapat simpati-Nya. Kita perlu sabar pada empat tempat yaitu; sabar ketika menerima musibah, sabar dalam menghindari maksiat, sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan sabar dalam melaksanakan da’wah ,”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga diperbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”[3;200]

Kelima, kewajiban mukmin kepada Allah adalah selalu merasakan bahwa Allah mengawasinya dimanapun dan kapanpun, hal ini menjadikan orang akan berhati-hati dalam berbuat, hal kelima ini bila terlaksana sangat efektif sekali mengurangi bahkan menghabiskan KKN [korupsi, kolusi dan nepotisme] atau NKK [nolong kawan-kawan], Allah berfirman,”Bukankah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan”[2;33].

Keenam, mencintai Allah dan Rasul-Nya, ini sebagai sandaran iman yang mutlak untuk menyelamatkan seluruh amal hamba, kecintaan kepada Allah harus diiringi dengan kecintaan kepada Rasul dan sebaliknya, dia ibarat uang logam yang kedua sisinya tidak bisa dipisahkan, bahkan Allah memberikan gambaran kepada orang beriman agar menyemai bibit cinta itu sesuai dengan prioritasnya, urutan pertama yang perlu kita cintai adalah Allah, kedua Rasul dan yang ketiga adalah Jihad yaitu berjuang di jalan Allah, setelah itu baru yang lain [9;24].
’Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik’’.

Satu ketika Umar bin Khattab berkata,”Ya Rasulullah aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri”, beliau menjawab,”Hai Umar, belum sempurna, seharusnya engkau mencintaiku lebih dari mencintai dirimu sendiri, keluargamu dan manusia seluruhnya” saat itu Umarpun menjawab,”Ya Rasulullah aku mencintaimu lebih dari mencintai diriku sendiri, keluargaku dan manusia seluruhnya”, Rasul bersabda,”Nah Umar, itu baru iman yang sempurna”

Ketujuh, kewajiban seorang mukmin kepada Allah adalah yang bekaitan dengan harta, yaitu bersifat wara’ adalah sikap berhati-hati terhadap barang yang syubhat. Seorang mukmin wajib meninggalkan yang haram tapi diantara halal dan haram itu ada yang disebut syubhat yang belum jelas posisinya, untuk menunjukkan baiknya iman seseorang kata Rasulullah, sejauh mana dia meninggalkan yang syubhat itu.

Kedelapan, mengharapkan rahmat Allah, seluruh usaha yang dilakukan manusia akan mendapat berkah bila di dalamnya ada rahmat Allah, ada kasih sayang Allah yang tidak tergantung hanya dari rezeki dan penghidupan yang baik saja, tidak sedikit Allah memberikan kekayaan dan jabatan kepada manusia tapi dijauhkan dari rahmat, tapi ada orang yang sengsara hidupnya namun dibawah rahmat Allah, Rasulullah bersabda,”Bila Allah mencintai dan memberi rahmat kepada ummatnya maka hamba itu ditimpakan ujian dan cobaan” [2;218]
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Kesembilan, tawakkal kepada Allah, dimaksud dengan tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha seoptimal mungkin, yang dituntut Allah dalam hidup ini bukanlah hasil perjuangan dan hal itu nomor sekian tapi sejauh mana kita memperjuangkan dengan segala daya dan upaya untuk mencapai tujuan dari perjuangan itu [14;12].
”Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri."
Kesepuluh, percaya kepada pertolongan Allah. Semua usaha yang dilakukan manusia tidak akan berhasil kecuali dengan izin Allah, apalagi seorang mukmin sangat mengharapkan bantuan dan pertolongan dari Allah atas segala jihad yang dilakukannya tanpa mengenal putus asa [26;62], pertolongan Allah tidak terkait dengan waktu dan usia manusia yang berjihad, bahkan pertolongan itu akan diberikan setelah seluruh potensi hidup yang dimiliki habis untuk menegakkan agama Allah [2;214]
”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Kesebelas, selalu menyertai niat jihad dalam seluruh kegiatan, yang disebut jihad bukan hanya perang saja, perang merupakan puncak dari jihad [9;111] sedangkan lingkung jihad itu banyak sekali seperti bidang ekonomi, pendidikan, politik, budaya dan seluruh lini kehidupan manusia yang berorientasi mencari ridha Allah.
”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”

Kedua belas, selalu memperbaharui niat dan istighfar, niat manusia kadangkala mudah berubah sesuai dengan kondisi dan situasi yang mempengaruhinya [98;5] untuk itu perlu setiap waktu memperbaharui niat dengan istighfar kepada Allah sehingga tetap istiqamah di jalan Agama dan da’wah Allah.
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.

Ketiga belas, selalu mengingat mati, dalam rangka untuk meluruskan tujuan hidup, kematian perlu diingat-ingat agar tidak menyimpang dari skenario yang sudah ditentukan Allah, kata Imam Al Gazali,”Mengingat mati dapat melunakkan hati manusia” karena manusia tidak lama tinggal di dunia ini, dia pasti mengakhiri kehidupannya, bila tidak punya bekal iman dan amal sia-sialah kehidupannya [3;185].
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”


Keempat belas, selalu mengintrosfeksi diri; yaitu mengoreksi dirinya setiap waktu untuk berhati-hati menempuh kehidupan ini yang penuh dengan segala tipu dan daya, kadangkala manusia lebih banyak mengoreksi orang lain tapi melupakan aib dan kekurangan diri sendiri, orang yang bijak adalah orang yang habis waktunya untuk introsfeksi daripada mencari kesalahan orang lain [Al Hasr 59;18]

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Itulah beberapa kewajiban mukmin terhadap Allah sebagai bukti keimanan, agar iman itu tidak sekedar utopia dan hiasan bibir saja, berat memang dan sulit merealisasikannya tapi manis buahnya di hadapan Allah, wallahu a’lam.[Media Rakyat Sumbar No 9 Desember 2004 ]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar